Kontributor : Nur Azizah (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, salah satunya agama Islam. Islam adalah agama yang luas, di dalamnya membahas mulai dari hal yang besar hingga kecil sekalipun seperti mengajarkan untuk berdoa sebelum dan sesudah bangun tidur kepada umatnya.

Sedari kecil sebelum beranjak tidur kita pasti selalu diajarkan dan diingatkan oleh orang tua untuk cuci tangan dan cuci kaki, namun Islam sudah lama sekali mengajarkan untuk berwudhu yang bahkan lebih sempurna, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al Baro’ bin ‘Azib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berwudhu senantiasa mengajarkan kita kebersihan, melunturkan dosa-dosa yang melekat kepada kita seharian. Tak hanya berwudhu saja, doa sebelum tidur pun tidak lupa dihanturkan agar Allah swt. Senantiasa selalu menjaga kita dari mimpi buruk yang disiasati oleh syaitan.

Seperti yang saya dapatkan dari Naskah asli atau sebuah manuskrip yang berjudul Musnad Mahmud Ibnu Ghailan, pengarang dari naskah tersebut adalah Abi al-Asybal Salim Ibn Ahmad ibn Jindan dan sekarang naskah ini menjadi milik Habib Ahmad ibn Novel ibn Salim dan disimpan di Pesantren Al-Fachriah Ciledug, Tangerang, Banten. Dalam naskah ini Ibnu Ghailan meriwayatkan hadits dari Bukhari tentang berdoa sebelum dan sesudah tidur.

Foto: lektur.kemenag.go.id

Sekilas tentang naskah atau manuskrip, dalam catatan yang saya dapat dari M. Nida Fadlan seorang filolog sekaligus dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, arti dari masnuskrip sendiri adalah rekaman masa silam, tulisan tangan yang bukan cetakan seperti masa sekarang yang mana ia sudah ada sebelum teknologi mesin cetak itu ditemukan. Indonesia kaya akan manuskrip namun masih sedikit orang yang tertarik untuk mengkaji ataupun memelajari manuskrip, mungkin dikarenakan berasal dari tulisan tangan yang harus lebih teliti serta cermat dalam membacanya dan bahkan bisa jadi terdapat kesalahan maka dari itu dibutuhkan untuk melakukan penyuntingan teks sehingga bebas dari kesalahan dan ini merupakan salah satu tugas dari seorang filolog.

Pak Nida juga berpesan bahwa, “Manuskrip akan menjadi sekadar benda kuno yang lusuh kalau tidak dikaji, maka dari itulah tugas bagi yang sudah mulai memahami eksistensi manuskrip untuk mengkajinya.”

Dituliskan di dalam naskah tersebut,

 حدثنا محمود بن غيلان حدثنا عبد الرّزاق حدثنا سفيان عن عبد الملك بن عميرعن ربعى بن حراش عن حذيفة قال كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا أوى إلى فراشه قال اللهم باسمك أموت و أحيا و إذا استيقظ قال الحمدلله الذي أحيانا بعدما أمتنا وإليه النشور

Diriwayatkan oleh Muhammad ibn Ghailan, diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq diriwayatkan oleh Sufyan Abd al-Malik ibn Umayr, dari Rubaiy ibn Harashi, dari Hudhayfah. Adapun Nabi, apabila beliau naik ke atas ranjangnya beliau berkata: Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup dan jika bangun (dari tidur) mengucap, segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-Nya kami kembali.”

Terdapat kesalahan dalam menulis kalimat,

اللّهُمَّ بِسْمِكَ اَمُوْتُ وَ اَحْيَا   

yang seharusnya ditulis

بِسْمِكَ اللّهُمَّ اَمُوْتُ وَ اَحْيَا 

karena sesuai dengan yang tertera di dalam hadis dan yang seperti saya tulis tadi bahwa manuskrip ini memang ditulis oleh tulisan tangan yang mana rentan terdapat kesalahan seperti kita saja yang menulis membutuhkan alat penghapus ketika terjadinya kesalahan.

Doa tidur tersebut selalu saya ingat sedari kecil ketika ibu saya menuntun kedua tangan saya untuk mengadahkan tangan ke arah muka lalu mengucap kata Aamiin setelahnya, walaupun doa ini cukup sederhana dan singkat semestinya kita amalkan karena merupakan bagian dari adab sebelum tidur.

Foto: mudahsujud.wordpress.com

Artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati/tidur dan aku hidup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa lebih dahulu kata اَمُوْتُ , karena sejatinya ketika tidur seperti dimatikan oleh Allah swt. Hanya denyut jantung, nafas yang kelihatan berfungsi. Dan Allah swt. Berfirman dalam quran surah Az-zumar:42

ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

Foto: poskajian.blogspot.com

Lalu bagaimana dengan doa tidur yang terdapat kata اَحْيَا terlebih dahulu? Dalam kedua doa tersebut memang mengajarkan kebaikan dengan melafalkannya kita semakin mengingat akan pentingnya kita hidup di dunia ini, bayangkan saja ketika ingin tidur pun kita masih selalu diingatkan untuk mengingat Allah swt.

Menurut saya, perbedaan kedua letak kata dari doa tersebut tidak menjadi masalah karena doa tersebut memiliki arti untuk meminta perlindungan Allah swt. ketika hendak tidur, namun dalam pengertiannya, kata اَمُوْتُ terlebih dahulu yang paling pas untuk diucapkan karena seperti dari Quran surah Az-zumar:42 yang Allah mengatakan bahwa Allah swt. Mewafatkan kita semua di dalam tidur dan Allah bangunkan supaya kita selalu bersyukur diberi kesempatan hidup lagi, agar kita dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kita lakukan di hari kemarin, menyempurnakannya dengan melakukan kebaikan di hari esok, maka dari itu terdapat doa bangun tidur yang juga sudah tertulis dalam naskah di atas.

Foto: poskajian.blogspot.com

Artinya:

Segala Puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-Nya kami kembali.”

Doa bangun dari tidur tersebut untuk mengingatkan kita selalu bersyukur masih diberi kesempatan lagi untuk hidup oleh Allah swt. Dan jadikan hari kesempatan itu seakan kita hanya mempunyai satu hari untuk mengerjakan amal kebaikan sebelum ajal mejemput kita.

Wallahu a’lam bis-shawab

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *