Orang zuhud itu wajahnya selalu terlihat cerah, mbah. Karena tiak ada hal duniawi dibenaknya yang menjadi ganjalan. Kayak kita sering ketemu pedagang yang baik banget. Misal ada orang beli sekilo cabe, timbangannya dilebihin. Dikasih bonus tanpa menambah harga. Dan mereka melakukannya tanpa nyesel. Mereka biasanya selalu terlihat senyum, ramah, suka bercanda sama orang-orang walau mukanya kumel kecapekan.

Sedang pedagang yang tidak zuhud biasanya mukanya mbesengut, mecucu kayak tumpeng walau sudah pakai skincare. Kadang timbangannya dipas-pasin malah dikurangin. Karena hatinya ada yang ngganjel berupa angan-angan duniawi yang bikin hatinya sumpek lalu berpengaruh pada roman mukanya.

Tapi sialnya, biasanya pedagang zuhud itu sering dicolongi dagangannya sama pembelinya. Ini yang bikin pedagang lain takut-takut mau zuhud. Jadi ada baiknya kalo tau ada yang mencuri, jangan dikasi ampun. Kita harus bela pedagang zuhud. Biar tidak ada orang yang takut jadi orang baik. Kita pula yang kebagian untung, kan?

Kisah Kyai Sarif dan Pedagang Pasar

Tentang pedagang pssar, jadi inget satu anekdot yang diadaptasi cerita nyata.

Ada cerita Kyai Sarip pas umroh, saat pulang dari masjid, mau beli kurma. Setelah milih-milih, terjadilah tawar menawar antara Kyai Sarip dan pedagang kurma yang asli arab.

Kyai Sarip menawar, “Kam? berapa?”

“70 Real,” Pedagang arab menjawab.

“40 real, halal?”

“Haraaam !”

Karena biasa beli kurma di pasar kurma di Ampel Surabaya, Kyai Sarip jadi terbawa suasananya dan spontan njawab, “Preeeet .. 45, halal?”

“Haram!”

“Preeet..” seru Kyai Sarip gak jadi beli.

Dan saat Kyai Sarip mau pergi dari toko itu, karena si pedagang kurma penasaran, akhirnya bertanya apa arti pret, “Ya Syekh, preet.. halal?”

“Halal,” jawab Kyai Sarip asal-asalan. Pedagang kurma cuma manggut-manggut.

Alhasil, setiap Kyai Sarip pulang dari masjid dan melewati toko itu, selalu disapa pedagang itu dan teman-temannya sambil teriak, “Ya Syekh, preeeet..!”

Dunia Serasa Membosankan?

Kyai Sarif dan Tukang Bakso

Misal kita keseringan nonton sinetron Indosiar, sampai kita hapal alurnya karena ceritanya ya itu-itu aja dari jaman jepang. Sampai kita akhirnya bosen dan jenuh. Trus kita bertekad untuk menghindari nonton sinetron Indosiar selamanya. Artinya kita zuhud sinetron Indosiar. Nah, itu gambaran kecil tentang zuhud.

Begitu juga kalo zuhud dunia seperti yang diamalkan para ulama zahid, mereka melihat dunia serasa membosankan. Dari jaman dinosaurus, dunia ya begitu-begitu saja. Sehingga mereka mencari dunia motifasinya bukan untuk hidup di dunia, karena sudah bosen. Tapi untuk hidup di akhirat. Akhirnya mereka senang sedekah dan lain-lain.

Soal sedekah ini ada anekdot yang diadaptasi dari kisah nyata.

Kyai Sarip ini punya anak banyak. Istrinya memang terkenal subur. Hingga usia 45 tahun, dia mampu melahirkan anak kesebelas.

Satu sore, Kyai Sarip dan keluarga besarnya lagi ngumpul. Di depan rumah Kyai Sarip, yang ada papan nama “PENGURUS MUSLIMAT MWC NU”, tiba-tiba ada gerobak bakso mangkal. Lama tukang bakso itu berhenti di depan rumah sambil sesekali teriak, “Bakso.. Bakso!”

Kyai Sarip sejurus melihat tukang bakso itu. Mulanya heran kok tumben ada bakso mangkal di depan rumah. Lalu timbul rasa iba, sesore ini dagangannya masih banyak. Kyai Sarip pun inisiatif memesan bakso untuk keluarganya.

Si tukang bakso pun meracik dagangannya. Beberapa saat kemudian, setelah diperkirakan racikan bakso selesai, Kyai Sarip menyuruh semua anak-anaknya keluar untuk mengambil sendiri mangkok jatah masing-masing.

Saat Kyai Sarip membayar, si tukang bakso bertanya dengan muka keheranan, “Itu tadi kecil-kecil, anak kandungnya semua ya, Kyai?”

“Iya, kebetulan lagi ngumpul,” jawab Kyai Sarip.

“Dari satu istri?” Selidik tukang bakso.

“Iya. Emang kenapa, sih?” Kyai Sarip heran.

“Ooo…” Tukang bakso melongo, “Nggak, saya dari tadi mangkal di sini soalnya dari luar kedengeran rumahnya rame banget, saya kira lagi ada rapat Muslimat,”

“Rapat ndasmu!”

Hati yang Thomak

Misal kita melihat orang yang tidak pernah sholat, tapi kaya, istrinya cantik, rumahnya mewah. Trus kita yang merasa sering sholat, terbesit kesombongan “Dih, mending aku, rajin sholat”. Tapi dalam hatinya meronta-ronta protes pada Tuhan, “Tuhan, kenapa sih aku yang taat tetep melarat, yang tidak taat malah jadi konglomerat? Dia seharusnya Engkau laknat!”

Ini tandanya kita punya hati yang thomak. Ini penyakit endemik yang menjangkiti orang bermental miskin, setengah miskin dan setengah kaya. Kalo orang bermental kaya, dipastikan tidak bakal thomak. Karena orang bermental kaya itu tidak pernah melihat nikmatnya, tapi melihat Sang Pemberi nikmat.

Gusti Allah dawuh dalam Surat Ath Thoha 131

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan mereka, sebagai bunga kehidupan dunia yang Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu itu lebih baik dan lebih kekal.”

Ini larangan buat thomak atau tidak pernah puas terhadap rejekinya sendiri dan mengharapkan (nggrangsang) rejekinya orang lain. Thomak ini nenek moyangnya kerakusan. Gak ada puasnya dan gak ada kata cukup, walau seluruh dunia sudah di genggamnya. Tidak punya ridho atas anugerah yang telah ditetapkan. Sehingga bikin pelakunya jadi berbuat hasud, iri, permusuhan, dzolim dan fitnah.

Bagaikan lelaki yang udah punya istri cantik juara dunia, kalo punya hati yang thomak, masih pingin yang lain.

Dawuh seorang bijak.

ﻟﻮ ﺃﻧﻚ ﺗﺰﻭﺟﺖ ﻛﻞ ﻧﺴﺎﺀ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ، ﻟﺮﺃﻳﺖَ ﺍﻟﻜﻼﺏ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻮﺍﺭﻉ ﺃﺟﻤﻞ ﻣﻦ ﻛﻞّ ﻧﺴﺎﺀ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ

“Andai sampeyan nikahi semua wanita di dunia ini, maka sampeyan pasti akan melihat anjing-anjing yang terkapar di jalan-jalan itu lebih cantik dan lebih menarik ketimbang semua wanita di dunia ini yang telah sampeyan nikahi”

Kenapa demikian?

ﻷﻥ ﺍﻟﻤﺸﻜﻠﺔ ﻟﻴﺴﺖ ﻓﻲ ﺯﻭﺟﺘﻚ، ﺍﻟﻤﺸﻜﻠﺔ ﺃﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺇﺫﺍ ﺃﻭﺗﻲ ﻗﻠﺒﺎً ﻃﻤّﺎﻋﺎً، ﻭﺑﺼﺮﺍً ﺯﺍﺋﻐﺎً، ﻭﺧﻼ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ

“Karena masalahnya bukan pada istri sampeyan, tapi yang jadi masalah adalah manusia itu bila diberikan hati yang thomak, maka selalu melihat hal-hal yang menyimpang dari syari’at dan tidak punya rasa malu kepada Gusti Allah”

Maka, hati manusia yang thomak ini tidak pernah puas sebelum matanya ditabur tanah kuburan. Karena masalahnya ada pada mata yang tidak pernah menundukkan pandangannya dan tidak punya hati yang penuh syukur.

Semoga kita diselamatkan dari hati yang thomak dan terjaga pandangan kita.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *