‎“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta ‎perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: ‎‎98)‎

Al-Qur’an memerintahkan kepada kita untuk membaca ta’awudz atau ‎isti’adzah sebelum membaca al-Qur’an. Adapun bacaan ta’awudz atau ‎isti’adzah tersebut adalah kalimat: ‎أعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم ‏‎ . ‎

Muhammad Mahmud al-Hijazi dalam Al-Tafsir Al-Wadhih menjelaskan ‎bahwa makna isti’adzah adalah permohonan perlindungan kepada Allah Swt. ‎secara sungguh-sungguh. Melalui perlindungan dari Allah tersebut, pada ‎gilirannya setan akan hengkang dari sisi si pemohon. Dengan demikian ‎bisikan keraguan pun akan hilang. Walhasil, hati seseorang akan menjadi ‎ikhlas, dan amalnya ditujukan hanya kepada Allah Swt. semata.‎

Rangkaian kalimat isti’adzah atau ta’awwudz tersebut biasa ‎diterjemahkan dengan, “Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang ‎terkutuk”. Pertanyaannya kemudian, kenapa kita mesti meminta perlindungan ‎kepada Allah sebelum membaca al-Qur’an? Bukankah al-Qur’an adalah kitab ‎suci dan bacaan mulia yang di dalamnya terdapat ayat-ayat Allah yang ‎memiliki nilai tinggi dan Allah sudah menjamin untuk selalu menjaganya?‎

Mayoritas ulama berpendapat bahwa permohonan kita kepada Allah ‎bertujuan untuk melindungi kita dari setan ketika membaca al-Qur’an. Karena ‎setan merupakan sosok makhluk yang begitu lihai dalam melancarkan tipu ‎daya kepada manusia. Tipu daya tersebut bisa berupa bisikan halus ke dalam ‎hati manusia agar enggan membaca al-Quran. Bisa juga berupa bujuk rayu ‎untuk meragukan isi al-Qur’an. Dan yang paling berbahaya adalah godaan ‎untuk meninggalkan al-Qur’an, serta mengabaikan ajaran al-Qur’an dalam ‎menjalani kehidupan sehari-hari. Inilah alasan yang dikemukakan oleh para ‎ulama, mengapa kita diperintahkan untuk selalu memohon perlindungan ‎kepada Allah ketika hendak berinteraksi dengan al-Qur’an, baik membaca, ‎mempelajari, mengkaji bahkan mengamalkannya.‎

Dengan memohon perlindungan kepada Allah, maka kita berharap agar ‎Allah selalu menjaga kita pada saat kita berinteraksi dengan al-Qur’an, baik ‎ketika hendak membaca, pada saat membaca dan setelah membacanya. ‎

Permohonan perlindungan kepada Allah juga dimaksudkan agar kita ‎diberi kemantapan hati dan keteguhan jiwa, sehingga tidak mudah goyah oleh ‎bisikan keraguan yang dihembuskan setan. ‎

Ketika keraguan terhadap al-Qur’an sudah hilang dari diri kita, dan ‎berganti dengan keyakinan jiwa serta kemantapan hati yang kokoh, maka ‎pada saat itulah interaksi kita dengan al-Qur’an akan terjalin indah.‎

Kita akan merasakan nikmatnya bergaul dengan al-Qur’an ketika ‎perlindungan Allah melingkupi seluruh kita. Tak ada lagi syak wa sangka ‎terhadap al-Qur’an. Yang ada tinggalah jalinan harmonis antara kita dengan ‎al-Qur’an. ‎

Sungguh, betapa nikmatnya hidup di bawah naungan al-Qur’an. Dan ‎nikmat ini tidak akan pernah bisa dipahami kecuali oleh orang-orang yang ‎sudah benar-benar merasakannya. Demikian ungkap Sayyid Quthb, penulis ‎Kitab Tafsir Fi Dhilal al-Qur’an.‎

Untuk itu, sebagai langkah awal kita agar dapat menikmati jamuan ‎Allah (ma’dubatullah) ini, yaitu al-Qur’an, yang pertama kali harus kita ‎lakukan adalah ber-isti’adzah, memohon perlindungan kepada Allah dari setan ‎yang terkutuk. 

Dengan perlindungan serta penjagaan dari Allah itulah kita ‎akan dapat berinteraksi dengan al-Qur’an secara baik. Dan pada gilirannya, ‎jalinan harmoni yang kita bangun dengan al-Qur’an ini akan melahirkan rasa ‎nikmat yang luar biasa. Hari-hari kita yang selalu dinaungi oleh al-Qur’an akan ‎menjadi hari-hari yang penuh dengan keberkahan dan keselamatan. So, ‎berlindunglah kepada Allah!‎

* Ruang Inspirasi, Senin, 19 Juli 2021.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *