A. Ginanjar Sya’ban

————————————
Berikut ini adalah cap atas nama Syaikh Abdullah b. Abdul Aziz Basyaiban Surabaya. Tertulis dalam cap berbentuk bingkai persegi delapan panjang itu dengan jenis aksara Arab (khath) fârisî:

عبد الله بن عبد العزيز باشيبان سرباي

(‘Abdullâh bin ‘Abd al-‘Azîz Bâsyaibân Surabâya)

Saya mendapatkan gambar cap ini dari laman Facebook milik Syaikh Muhammad Ali Yamani محمد علي يماني, warga Makkah (Saudi Arabia) keturunan Syaikh Sa’id Yamani (W. 1935). Nama terakhir yang disebut ini (Syaikh Sa’id Yamani), merupakan salah satu ulama besar madzhab Syafi’i yang mengajar di Makkah pada awal abad ke-20 M dan memiliki banyak murid dari Nusantara, di antaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari (w. 1947), KH. A. Wahhab Hasbullah (w. 1970), dan lain-lain.

Siapakah sosok pemilik nama Abdullah b. Abdul Aziz Basyaiban yang ditengarai berasal dari kota Surabaya sesuai yang terdapat dalam nama akhir pada cap tersebut? Saya belum menemukan jawaban pastinya. Hanya saja, pihak yang kerap memakai nama klan Basyaiban di Surabaya adalah keluarga pesantren Sidoresmo (Dresmo). Pesantren Sidoresmo sendiri didirikan tahun 1613 oleh KH. Mas Ali Akbar Basyaiban.

Di Surabaya, terdapat seorang ulama besar yang bernama KH. Mas Alwi, putra dari KH. Mas Abdul Aziz yang berasal dari keturunan marga Azmatkhan (Basyaiban) di Surabaya. Beliau dikenal dengan nama KH. Mas Alwi yang lahir sekitar 1890 namun belum diketahui tahun wafatnya. KH. Mas Alwi merupakan salah satu tokoh utama pendiri Nahdlatoel Oelama dan menjabat sebagai katib NU di masa-masa awal kepengurusannya.

Apakah Abdullah b. Abdul Aziz Basyaiban Surabaya yang namanya terdapat dalam cap tersebut adalah saudara dari KH. Mas Alwi b. Abdul Aziz (Basyaiban) Surabaya? Wallahu a’lam. Belum bisa dipastikan. Namun kemungkinan besar, Abdullah b. Abdul Aziz Basyaiban Surabaya ini bermukim lama di Makkah dan wafat di sana. Hal ini diindikasikan dari beberapa koleksi kitab milik beliau yang masih tersimpan di kota suci itu. Bisa jadi, beliau ini di Makkah satu generasi dengan KH. A. Wahhab Hasbullah Jombang dan KH. Mas Mansur Surabaya. Mereka bermukim di Makkah pada awal abad ke-20 M.

Ada beberapa ulama asal Surabaya yang bermukim lama di Makkah dan mengajar di kota suci itu pada rentang masa akhir abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M. Di antara ulama Nusantara asal Surabaya tersebut adalah Syaikh Abdul Syakur b. Abdul Jalil b. Abdul Rahman Surabaya (Syaikh Abdul Syakur Surabaya), menantu dari Sayyid Muhammad Syatha, juga ipar dari Sayyid Abu Bakar b. Muhammad Syatha (dikenal juga dengan Sayyid Bakri Syatha, w. 1899), pengarang kitab I’ânah al-Thâlibîn. Nama Syaikh Abdul Syakur Surabaya ini terekam dalam sanad KH. Hasyim Asy’ari yang meriwayatkan kitab “al-Hikam al-‘Athâiyyah” dari beliau pada Ramadhan 1318 H/Desember 1900 M.

Snouck Hurgronje dalam bukunya Mekka in the Latter Part of the 19th Century (diterbitkan pertamakali dalam bahasa Jerman pada tahun 1888), menulis sosok Syaikh Abdul Syakur Surabaya ini dengan cukup gamblang. Dikisahkan Hurgronje bahwa Syaikh Abdul Syakur adalah salah satu ulama sufi Makkah asal Nusantara yang memiliki forum intelektual dan majlis keilmuan dengan jumlah audiens ratusan.

Syaikh Abdul Syakur Surabaya memiliki seorang putra bernama Syaikh Hasan b. Abdul Syakur b. Abdul Rahman al-Surabawi al-Makki (w. 1934), yang hidup dan berkarir di Makkah. Sosok Syaikh Hasan b. Abdul Syakur Surabaya ini terekam sebagai salah satu guru dari Syaikh Yasin Padang (w. 1990).

Selain dua sosok di atas, seorang ulama asal Surabaya lainnya yang bermukim dan berkarir di Makkah adalah Syaikh Abdul Muhith b. Ya’qub b. Hamdani Panji Surabaya (w. 1964), yang berasal dari keluarga pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo-Surabaya). Syaikh Abdul Muhith Surabaya ini adalah menantu dari Syaikh Nawawi Banten (w. 1897). Syaikh Abdul Muhith menurunkan seorang putra, yaitu KH. Ahmad b. Abdul Muhith, yang menjadi imam besar masjid Ampel Surabaya.

Dalam kitab kamus biografi berbahasa Arab “Natsr al-Jawâhir wa al-Durar” yang ditulis oleh Yûsuf al-Mar’asylî, disebutkan beberapa nama ulama Nusantara asal Surabaya lainnya yang bermukim dan mengajar di Makkah pada awal abad ke-20 M, seperti Syaikh Manshur b. Mujahid b. Talhah Basyaiban (hal. 1623), Syaikh Azhari b. ‘Ali Surabaya (hal. 1049), Syaikh Muhsin b. Muhammad Hasan Surabaya (hal. 1010), Syaikh Ahmad Ghalib Surabaya (hal. 906), dan lain-lain.

Bandung, Mulud (Rabi’ul Awwal) 1440 H/ Desember 2018 M

Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

No responses yet

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *