Oleh : Rohman Horizone
Saat panjenengan sering mendengarkan Kajian Gus Baha’ (Rois Syuriyah PBNU) tentu bukan sesuatu yang asing dengan istilah Gerakan Cangkem Elek . Lalu sebenarnya apa itu makna Gerakan Cangkem Elek? Dan bagaimana penerapan nya yang tepat?
Cangkem Elek itu jurus ampuh saat kita menjumpai orang orang yang Sok Pinter juga Sok Suci . Perlu kita ingat Dawuh
Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki :
“Ilmu tidak akan berkumpul dengan sifat sombong dalam satu dada”
Kesombongan adalah jalan Iblis durjana untuk merusak generasi Bani Nabi Adam. Untuk menghadapi orang sombong jika didebat dengan Ilmiah, tidak akan maslahat. Langsung jalur patas dengan “Cangkem Elek” ben gag kesuwen.
التكبر على المتكبر صدقة
“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah Sedekah”
Dalam keterangan yang lain,
التكبر على المتكبر حسنة
“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah perbuatan Baik”
Penyataan di atas bukanlah Hadist, melainkan hanya perkataan manusia yang banyak tersebar di masyarakat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful Khafa, dengan menukil keterangan dari Al-Qari. Kemudian, Al-Qari mengatakan : “Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa Ulama”
Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan : “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap Tawadhu’ di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar” Ini sesuai dengan Nasihat Imam Syafi’i : “Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali”. Imam Az-Zuhri mengatakan : “Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh” Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan : “Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk Ketawadhuan”
Jika berjumpa orang orang Sombong, sok pinter, juga sok suci langsung Cangkemi elek ae ben gag kesuen . Masuk Pak Eko
Dan terakhir yang wajib diperhatikan. jangan sampai berani Cangkem Elek terhadap orang orang yang Tawadhu’ (Rendah Hati) serta memiliki Adab yang luhur. Karena jika kita berani cangkem elek terhadap orang yang Rendah Hati, maka bersiap siaplah menerima Kuwalat. Didalam Kitabulloh Al Quran ada satu Ayat :
وَإِذَاحُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَورُدُّوْهَا
“Apabila kamu diberi Penghormatan dengan pemberian salam, maka balaslah Penghormatan itu dengan pemberian salam yang Lebih Baik dari padanya atau ulangilah ucapan salamnya itu”
(QS. An-Nisa: 87)
Oleh karenanya saat kita Dihormati orang lain maka balaslah Penghormatan itu dengan lebih Menghormati, jika kita tak bisa lebih Baik dalam Menghormati maka minimal kita sama dalam Menghormati orang yang telah Menghormati kita, bukan malah memanfaatkan penghormatan itu untuk Adigang Adigung Adiguna
Saat terkadang Gus Baha’ waktu menyampaikan kajiannya terkesan sombong, itu bukan sombong namanya lurr. Tapi Gus Baha’ sedang Berdakwah dengan Jahr (terang terangan).
فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”
(QS. Al-Hijr Ayat 94)
Dan perwujudan sikap Tawadhu’ itu tak selalu hanya dengan nggah nggeh tapi mboten kepanggih . Oleh karena didalam Kitab Al Hikam dijelaskan bahwa :
“Tawadhu’ yang sebenarnya bersumber dari syuhud (menyaksikan Keagungan-Nya) dan penampakan sifat-Nya”
(Ibnu Atha’illah al-Iskandari)
Syekh Syarqawi menyebutkan sejumlah tanda konkret Mutawadhi‘in yang memiliki kepribadian tangguh dalam menghadapi berbagai tekanan sosial dan tabah dalam menjaga diri dari godaan kemunafikan Hidup. Berikut ini kutipannya :
ليس المتواضع الذي إذا تواضع) أى فعل أفعال المتواضعين بأن جلس فى أسفل المجلس مثلا (رأى أنه فوق ما صنع) أى أنه يستحق الجلوس في صدر المجلس مثلا (ولكن المتواضع) هو (الذي إذا تواضع) أى فعل أفعال المتواضعين بأن جلس قريبا من صدر المجلس مثلا (رأى أنه دون ما صنع) أنه يستحق أن يجلس في أسفل المجلس مثلا…
ومن علامة التحقق بهذا الخلق أن لا يغضب إذا عوتب أو انتقص ولا يكره أن يذم أو يقذف بالكبائر ولا يحرص على أن يكون له عندهم قدر وجاه ولا يرى لنفسه موضعا في قلوب الناس
“Orang yang Tawadhu’ itu bukan ia yang ketika merendah berlaku sebagai laku orang bermaqam Mutawadhi‘in, antara lain duduk di belakang dalam sebuah forum (menganggap dirinya lebih tinggi dari yang dilakukannya) merasa dirinya berhak duduk di depan. (Tetapi, orang yang Tawadhu itu) adalah (ia yang ketika merendah) berlaku sebagai laku orang bermaqam Mutawadhi‘in, antara lain duduk tak jauh dari depan pada sebuah forum (menganggap dirinya lebih rendah dari yang dilakukannya) merasa dirinya justru lebih berhak duduk di belakang. Tanda riil dari perilaku Mutawadhi‘in adalah ia yang tidak marah ketika dicela atau difitnah, tidak membenci ketika dicaci atau dituduh melakukan dosa besar, tidak ngotot mengejar pencitraan, mencari muka atau mengambil Hati orang lain, dan tidak merasa bahwa dirinya memiliki tempat di Hati banyak orang”
(Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Thaha Putra, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 60-61)
Tawadhu adalah mereka yang siap Belajar (Mondok, Ngaji, Sekolah, Kuliah, Latihan Bela Diri, Dll, Pokoknya Belajar) ketika bodoh, bertanya ketika tidak mengetahui, berterima kasih atas Budi Baik orang lain, Memohon Maaf atas kesalahan. Tidak banyak orang yang bersikap Tawadhu’, karena Hanya mereka yang Berjiwa Besar dapat mencapai Derajat Mutawadhi‘in. Karena hanya mereka yang siap melawan arus demi Hak dan Harkat Hidup Manusia.
Wallohu A’lam