Oleh : Syaroni As-Syamfury

Sosok satu ini asli produk Nusantara. Meskipun secara nasab berjalur ke Hadhramaut Yaman. Namun beliau lahir di Indonesia, tepatnya Surabaya, bahkan ayahnya juga Indonesia yakni Sulawesi. Wafat tahun 1969, sejaman dengan para pendiri NU. Kakak kelas dari ulama kebanggaan Nusantara Syaikh Yasin al-Faddani. Diantara alasan inilah beliau Habib Salim Bin Jindan sangat mencintai Indonesia.

Dibuktikan setiap kali menulis kitab setelah membubuhi al-Alawy al-Husaini di belakang namanya selalu mencantumkan al-Indonesiy. Tidak kurang dari 400 ulama seluruh dunia yang menjadi gurunya. Hingga dirinya menjadi ulama pakar sejarah (muarrikh), hadits (muhaddits), nasab (munsib), sanad (musnid), dlsb.

Terhitung karya tulisnya sebanyak 133 buah kitab. Dimana satu contoh kitabnya saja yang berjudul asy-Syamikh disebut oleh Syaikh Abdul Halim Mahmud memiliki 28 jilid. Sedangkan yang masih tersisa ada di tangan sang cucu, Habib Ahmad bin Novel bin Salim Bin Jindan, hanya 4 jilid. Sedangkan satu jilidnya saja mencapai 1000-an halaman. Kitab yang memuat biografi para gurunya Habib Salim ini ditulis detail. Urut dari abjad alif, ba’, ta, dst. Dari 4 jilid itu saja baru sampai huruf kho’.

Habib Ahmad Novel Jindan mengungkapkan bahwa jumlah manuskrip karya ulama Nusantara asal Hadhramaut (para sadah Alawiyyin) jauh lebih banyak dibanding negara asalnya. Dari segi suku (fam/marga) pun banyak yang di negara asalnya sudah punah namun di Nusantara masih ada, misalnya Khoneiman dan Bin Jindan. Bahkan ulama-ulama Nusantara itu hebat-hebat dan jauh lebih banyak dari ulama-ulama Timur Tengah. Tapi entah kenapa para ulama Nusantara jarang disebut oleh ulama-ulama Timur Tengah.

Menurut Habib Ahmad Bin Jindan, sedikitnya ada dua alasan; karena jaraknya yang jauh di ujung dunia dan faktor bahasa yang berbeda. India masih banyak disebut karena jaraknya cukup dekat dengan Timur Tengah. Adapun ulama Nusantara yang menjadi rujukan ulama Timur Tengah semisal Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Mahfudz Termas dan Syaikh Yasin Padang, pun dikarenakan mereka berhijrah dari Nusantara ke negara Arab.

Alhasil, wallahu a’lam. Inilah bagian dari rahasia Allah yang belum terungkap. Apalagi besok tanggal 8-10 April akan berlangsung Konferensi Ulama Sufi Internasional terbesar di dunia. Acara yang diinisiasi oleh JATMAN NU dan Menhan ini membuktikan negara ini benar-benar negara yang dipenuhi keberkahan, gudangnya ulama, dan ummat Islam terbesar di dunia. Saya bangga menjadi Indonesia. Kita NU. Pancasila Jaya. NKRI Harga Mati!

Tulisan ini saya resume dari sedikit cuplikan pembahasan dalam acara Islam Nusantara Center – INC di Perpusnas bersama Habib Ahmad Jindan, Syaikh Faishal an-Najjar dan TG. Ajengan KH. Ahmad Ginanjar Sya’ban. Selengkapnya bisa disimak di sini video ini : https://youtu.be/XTx4OkP7Pgs

10 Responses

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *