Setiap manusia yang lahir ke muka bumi ini tentu berharap mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia ini, lebih-lebih di akhirat kelak. Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah agar kebahagiaan itu dapat dicapai? Apa syarat utama untuk mendapatkan kebahagiaan itu?
Dalam al-Qur’an terdapat sebelas ayat yang diakhiri dengan kalimat la’allakum tuflihuna (agar kalian berbahagia). Ayat-ayat tersebut menyebutkan syarat-syarat yang harus ditempuh agar kita dapat berbahagia.
Dalam pembahasan kali ini, saya akan menguraikan satu di antara sekian syarat tersebut, yaitu yang termaktub dalam Surat Al-A’raf: 69: “Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kalian berbahagia”.
Di antara penyakit yang sering melanda jiwa manusia adalah perasaan resah, gelisah, cemas, khawatir dan kecewa. Kesemua perasaan tersebut menunjukkan satu rasa: tidak bahagia. Jika penyakit tersebut tidak segera diobati, maka lambat laun seseorang akan merasakan kegamangan hidup, bahkan lebih jauh, ia tidak tahu lagi apa tujuan hidupnya. Sehingga kehidupan yang dijalaninya terasa hambar tanpa makna (the meaningless life). Akibat paling fatal dari penyakit kejiwaan ini adalah, seseorang mudah mengakhiri hidupnya dengan cara tragis: bunuh diri!
Jika kita cermati lebih lanjut, pokok persoalan yang memicu lahirnya sejumlah penyakit kejiwaan tersebut adalah tidak adanya rasa syukur pada diri seseorang atas segala limpahan nikmat serta anugerah yang telah Allah berikan kepadanya. Ketiadaan rasa syukur ini melahirkan perasaan ‘selalu kurang’ dalam segala hal. Segala fasilitas yang telah Allah berikan berupa nikmat hidup, kesehatan, rezeki, waktu dan beragam nikmat lainnya tidak pernah diperhatikannya. Seolah-olah semua itu tak ada artinya, hilang tanpa bekas. Inilah sesungguhnya sumber utama munculnya penyakit-penyakit kejiwaan yang menjadikan seseorang tidak bahagia.
Padahal, kalau seseorang mau menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat sekian banyak nikmat serta anugerah yang telah Allah berikan, yang sampai mati pun ia tak akan sanggup untuk menghitungnya, niscaya ia akan selalu dapat merasakan kebahagiaan dalam hidup ini.
Pernahkah kita menghitung berapa biaya yang harus kita keluarkan setiap hari, jika setiap tarikan nafas kita harus dibayar dengan rupiah, seperti halnya pasien di ruang ICU yang menggunakan tabung oksigen untuk sekadar bisa bernafas?
Pernahkah kita berpikir berapa ongkos operasi yang harus kita bayarkan, jika penglihatan kita tidak sempurna? Pernahkah kita merenung berapa banyak uang yang harus kita keluarkan jika pendengaran kita terganggu dan harus menjalani operasi?
Betapa tersiksanya kita jika indera penciuman kita tidak berfungsi secara normal. Dan betapa hambarnya hidup ini jika lidah kita sudah mati rasa sehingga tidak bisa membedakan rasa manis, asin, pahit dan aneka rasa lainnya.
Inilah nikmat-nikmat luar biasa yang sering kita lupakan. Kita menganggap nikmat-nikmat tersebut sebagai hal biasa yang lazim kita rasakan. Betapa kita terlalu mudah melupakan anugerah Allah berupa nikmat-nikmat yang begitu besar tersebut. Sungguh, jika kita menghitung nikmat Allah, sampai kapan pun kita tidak akan mampu menghitungnya.
Dengan mengingat dan memperhatikan nikmat-nikmat yang Allah berikan, akan melahirkan rasa syukur dalam diri kita. Rasa syukur yang terus menerus dipupuk dalam lubuk hati ini akan menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwa kita.
Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kalian berbahagia.
- Ruang Inspirasi, Kamis, 3 Juni 2021
No responses yet