Categories:

Penulis: Muhammad Farhan. Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. Asal daerah Kota Medan, Sumatra Utara.

Pengantar.

            Islam adalah agama yang mengajarkan manusia untuk peduli terhadap sesama. Salah satu bentuk kepedulian Islam berupa ajakkan untuk bersedekah.

Bersedekah adalah bagian dari kegiatan dakwah. Tujuannya untuk membantu terhadap sesama. Membantu mereka yang kekurangan, dan mereka yang membutuhkan. Sehingga dakwah tidak hanya dipahami sekedar mengajarkan manusia tentang nilai agama lewat pesan atau tulisan dakwah saja, namun juga bisa bernilai kepedulian sosial.

Namun, sering sekali ditemukan sebuah pandangan agar bersedekah itu prioritaskan keluarga terlebih dahulu. Sebenarnya pandangan ini secara umum tidak masalah, apalagi jika memang benar kalau keluarga kita tidak mampu, dan membutuhkan dana sedekah tersebut. Namun akan bermasalah jika dalil ini digunakan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak ingin bersedekah. Mereka akan menggunakan dalil bahwa keluarga kami masih butuh. Padahal niat dalam hatinya sama sekali tidak ingin bersedekah.

Jika seseorang tidak memiliki niat, dan kesadaran untuk bersedekah. Akibatnya seseorang tersebut lebih memilih menyimpan hartanya, dan tidak mau berbagi kepada yang membutuhkan. Akhirnya orang seperti ini akan hilang sisi kepedulian sosialnya, dan memilih menjadi orang yang individualisme. 

Sedekah itu memiliki nilai kebaikkan yang lebih. Dengan bersedekah, maka pemberian tersebut dapat memberikan bantuan kemanusian kepada mereka yang sedang mengalami masa-masa sulit. Misalnya pada saat ada bencana, situasi perang, atau kondisi yang diharuskan untuk membantu korban akibat konflik.

Dari adanya permasalahan tersebut. Lewat tulisan ini penulis ingin mengajak pembaca agar bisa memahami hakekat, hukum, keteladanan, dan keutamaan dari sedekah. Harapannya dari tulisan ini kita bisa menjadikan sedekah sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap mereka yang membutuhkan bantuan.

  1. Hakekat sedekah

Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Sehingga hakekat dari sedekah adalah memberikan harta  atau non harta yang dimiliki untuk jalan kebenaran, atau kemashalatan umat.

  • Dasar hukum sedekah.

Secara dasar hukum. Sedekah ada yang wajib, dan sunnah. Sedekah yang wajib adalah sedekah yang setiap tahun harus dikeluarkan atau yang sering dikenal dengan istilah zakat. Sedangkan sedekah yang sunnah adalah sedekah yang dikeluarkan kapan saja atau istilahnya berinfaq. Sacara prinsip hukum sedekah itu dianjurkan karena memiliki keutamaan, dan pahala yang besar.

            Di dalam Al-Quran. Sedekah dapat menyucikan, dan membersihkan kita dari perbuatan dosa. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah 103:

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

  • Keteladanan dalam bersedekah

Agar bisa memiliki kesadaran dan niat besedekah. Kita sebagai umat muslim bisa belajar keteladanan bersedekah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, dan para sahabat.

Nabi Muhammad merupakan sosok saudagar yang kaya raya. Semasa peristiwa pemboikotan umat Islam yang dilakukan oleh kafir Quraish Mekkah. Nabi Muhammad dan istrinya Khadijah menyedekahkan harta yang mereka miliki untuk menolong umat muslim yang kelaparan akibat pemboikotan tersebut. Bahkan harta yang ia miliki disumbangkan semuanya demi mempertahankan perjuangan umat Islam.

Para sahabat Nabi juga tidak luput dalam menyedekahkan hartanya di jalan perjuangan. Seperti kisah Abu Bakar yang membebaskan Bilal bin Rabbah seorang budak dari Umayyah bin Khalaf.

Sedekah yang Abu Bakar lakukan merupakan bukti kepeduliannya untuk memerdekakan Bilal dari perbudakan. Abu bakar melihat sosok Bilal sebagai seseorang yang memiliki kecintaan kepada Allah meskipun dalam mempertahankan keimanannya dia harus di siksa oleh majikannya.

Melihat kesungguhan iman Bilal. Abu Bakar kemudian membebaskan Bilal dengan memberikan harta yang ia miliki untuk membeli Bilal.  

Sedekah yang dilakukan oleh Abu Bakar tidak hanya berhenti disitu saja. Pada saat peristiwa perang Tabuk. Umat Islam harus menghadapi kekuatan Imperium Romawi yang dikenal sebagai negara adidaya pada masanya. Abu Bakar, dan para sahabat lainnya menyedekahkan harta yang mereka miliki untuk memperjuangkan Islam. 

            Dari beberapa peristiwa sejarah tersebut. Nabi dan para sahabat mengajarkan keteladanan kepada kita. Agar menjadi orang yang senantiasa membantu mereka yang sedang mengalami kesulitan. Serta menjadi seorang muslim yang memiliki kepedulian sosial.

  • Keutamaan sedekah

Sedekah tidak hanya sekedar memberikan kepada orang yang membutuhkan. Namun keuntamaan sedekah dapat membuat seseorang yang memberi memiliki kesadaran untuk berbagi, mendapatkan pahala jariyah, dan memiliki kepedulian sosial untuk membantu terhadap sesama.

Seseorang terbiasa bersedekah dia tidak akan berat ketika mengeluarkan sebagian hartanya untuk membantu mereka yang membutuhkan. Sebab orang yang sudah terbiasa bersedekah sudah memiliki kesadaran, dan kepedulian untuk membantu sesama.

Sehingga ketika ada situasi yang mengharuskan dia untuk bersedekah, maka secara reflek dia akan memberikan sedekahnya. Misalnya ketika orang tersebut mendapatkan berita tentang saudara-saudara muslim di Gaza yang sedang mengalami penderitaan akibat perang antara Hamas dengan Negara Israel. Perang tersebut telah banyak menewaskan anak-anak, dan korban sipil. Adanya situasi tersebut tentu kita harus membantu para korban perang tersebut lewat sedekah.

Selain itu, dalam QS. Al-Baqarah ayat 261, Allah menyampaikan keutamaan bagi mereka yang bersedekah akan dilipat gandakan pahala bagi mereka yang bersedekah.

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

Penutup.

            Allah mengajarkan manusia untuk bisa memiliki kepedulian sosial terhadap sesama dengan mengajak manusia untuk bersedekah.

Sebagai umat muslim sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita yang memiliki kelebihan harta untuk berbagi. Apalagi sedekah memiliki keutamaan dapat membuat seseorang yang memberi memiliki kesadaran untuk berbagi, mendapatkan pahala jariyah, dan memiliki kepedulian sosial untuk membantu terhadap sesama.

            Nabi, dan para dalam berbagai peristiwa sejarah. Tercatat mereka menyedekahkan hartanya untuk memperjuangkan agama Islam, memerdekakan para budak, dan menolong mereka yang kelaparan.

Sedekah yang Nabi, dan sahabat berikan tidak sedikit, bahkan sangat besar. Justru sebagai umat Islam kita harusnya bertanya. Apakah kita saat ini sudah memiliki kesadaran, dan kepedulian sosial untuk bersedekah? Seperti Nabi, dan para sahabatnya?

Andaikata belum, marilah saat ini kita  bangun perilaku untuk senantiasa bersedekah. Dengan membantu mereka pihak-pihak yang sangat membutuhkan. Sebab bersedekah adalah bagian dari bentuk kepedulian sosial kita. Dengan bersedekah kelak amalan pahala yang didapatkan akan membantu kita untuk masuk ke dalam surga.

Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang memiliki kesadaran, dan kepedulian sosial untuk bersedekah. Aamiin yarobbal allamin.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *