Pertama: da’i-dai karbitan dan pengaku diri sebagai mujtahid dan reformis: bacaan maulanassyaikh tentang fenomena akhir zaman.
Coba perhatikan ungkapan Maulanassyaikh yang ditulisnya 80 tahun silam. Kini tak terbantahkan realitas itu terjadi dengan massifnya fenomena-fenomena itu sebagai berikut:
ولما شاع فى عصرنا هذا وذاع من ادعى بالاجتهاد واستنباط الأحكام من الكتاب العزيز والسنة الغراء وزعموا أنهم مجتهدون كالأئمة الأعلام مجددون لدين الله مصلحون لسائر الأنام مع أنهم لا يعرفون النحو والصرف ولا البيان -لا نقيرا ولا قطميرا – بل ولا غيرها من وسائل العلوم وآلاتها التى لا بد منها لفهم الكلام العربي العادي وأسراره فضلا عن كلام رب العالمين وكلام أفضل المرسلين صلى الله عليه وآله وسلم وانتشروا فى البلاد انتشار يأجوج ومأجوج. الا إنهم هم المفسدون ولكن لا يشعرون.
Totally menyebar di era kita saat ini dan tersiar orang-orang yang mengklaim diri ahli ijtihad dan ahli pengambilan keputusan hukum agama, dari Al-quran dan al-Sunnah dan mereka menganggap diri sebagai Mujtahid yang berhak mengeluarkan fatwa hukum laksana para imam-imam yang cerdas dan mendalam keilmuannya. Mereka mengganggap diri sebagai Mujaddid pembaharu hukum agama, mereka menganggap diri sebagai orang yang bisa mengkonstruksi hukum agama, merubah tatanan di tengah masyarakat, Padahal mereka tak mengerti Ilmu Nahwu Ilmu Sharaf Ilmu Bayan sedikitpun, secuilpun bahkan ilmu-ilmu lain yang dapat menopang keilmuan yang harus dipenuhi oleh orang yang mujtahid itu sebagai modal awal untuk memahami bahasa Arab lebih-lebih dalam memahami al-Quran dan sabda Nabi Muhammad saw. Mereka menyebar mereka tenar terkenal seantero negeri seperti terkenalnya Ya’juj wa Ma’juj, sebenarnya mereka bukanlah orang yang melakukan perbaikan kondisi melainkan mereka merusak tatanan sosial masyarakat.
Ini terbukti saat ini betapa banyak orang yang ngaku diri orang alim padahal jahil terhadap ilmu nahwu ilmu sharaf ilmu bayan. Ilmu yang dijadikan pondasi dasar untuk mengetahui seluk beluk alquran dan alhadis sekaligus kitab-kitab turast lainnya.
Inilah kewaspadaan Maulanassyaikh yang harus dijadikan sebagai acuan dalam mengantisipasi kebobrokan zaman dan kebobrokan Sumber Daya Manusia.
Kedua: penguatan kapasitas keilmuan dasar sebagai penentu profesionalitas seseorang.
coba baca dengan seksama syair yang disusun oleh Maulanassyaikh berikut ini:
يا من يروم الكتاب أو حديث النبى *
بغير نحو وصرف اقصرن يا غبى
أنت حمار الكتاب أو حديث النبى *
أنت أضر من الحكيم (توما) الغبى
Siapa saja yang menghendaki faham al-Quran dan Al-Hadis * Tanpa memahami terlebih dahulu ilmu nahwu dan sharaf, Mundurlah duhai sang Bodoh!
Anda laksana keledai yang hanya bisa memikul kitab dan hadis Nabi * Anda tak ubahnya lebih mudharat / berbahaya dari hakim Tuma Yang bodoh itu.
Imam Al- Bajuri dalam syarah fathi rabbil bariyyah atsar qauli shohibil bahiyyah menegaskan bahwa: Ilmu nahwu ilmu pemula awal yang harus dipelajari maka tak akan bisa difahami ilmu ilmu yang lain tanpa terlebih dahulu tahu ilmu nahwu ini. Beliau berucap:
والنحو أولى أولا أن يعلما * إذ الكلام دونه لن يفهما
ولهذا اتفق العلماء على أن النحو بالمعنى الشامل للصرف وسيلة الى سائر العلوم لا سيما علم التفسير والحديث فانه لا يجوز لاحد ان يتكلم فى كلام الله ورسوله حتى يكون ملما بالعربية.
فقد قال شيخ الإسلام الأصمعى إن أخوف ما اخاف على طالب العلم اذ لم يعرف النحو ان يدخل فى قوله النبى صلى الله عليه واله وسلم ” من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار. لانه لن يكن يلحن فيما روي عنه فان لحن فيه فقد كذب عليه. اھ ص٨ : بتفسير ما فليتنبه إخوانى عقلاء العصر والله الموفق
Ilmu nahwu lebih utama untuk diketahui karena pembicaraan tanpa nahwu tak bisa difahami.
Ulama sepakat bahwa ilmu nahwu itu dengan cakupan ilmu sharaf juga sebagai prasarana dan prasyarat untuk mengetahui semua ilmu terutama ilmu tafsir ilmu hadis sebab tak boleh seseorang bicara tentang makna alquran dan alhadis jika tidak ahli dalam bahasa Arab.
Syaikh al-Islam al-Asmui berkomentar: sesuatu yang paling saya khawatirkan dari para penuntut ilmu itu adalah jika tak bisa ilmu nahwu sebab itu masuk dalam ungkapan Nabi Muhammad Saw siapa saja yang berani dusta atas ucapanku hadisku maka nerakalah yang paling tepat tempatnya.
Sebab dengan pemahahan ilmu nahwu itu tak akan pernah indah bahasa dan tutur katanya tanpa dibumbuhi ilmu nahwu akibatnya nanti pemahaman yang bisa berakibat pembohongan atas nama Nabi Muhammad saw. Ini sebuah interpretasi dan pemaknaan makna maka pikirkan dan tetap terjaga logika pikirmu duhai para saudaraku yang cerdas dan terhormat!
No responses yet