Kontributor: M Maulana Fahmi (Mahasiswa UIN Jakarta)
Dari sekian banyak naskah yang ditulis dan tercecer di belahan bumi Nusantara, ada beberapa karya tulis Naskah yang fenomenal di penjuru dunia namun kurang populer di negeri asalnya, Salah satunya adalah naskah Pontang. Naskah manuskrip ini adalah karya Syekh Abdullah bin Abdul Qohar, Beliau adalah ulama besar pengikut dan penyebar thariqah Syatariyah. Syekh Abdullah bin Abdul Qohar adalah tokoh sentral dari thariqah Syatariyah di Nusantara selain Syekh Abdurrauf as-singkili dan Syekh Abdul Muhyi, Namun sangat disayangkan ketokohan beliau ini jarang sekali dikaji oleh kaum orientalis maupun para cendikiawan muslim nusantara lainnya. Sehingga sangat sulit sekali untuk melacak masa dan jejak beliau secara pasti.
Tidak hanya ketokohan Syekh Abdullah bin Abdul Qohar saja yang menjadi misteri, begitu juga dengan karyanya yaitu Kitab Masa’il atau yang lebih kita kenal dengan Naskah pontang, disebut naskah pontang karena naskah ini berasal dari Pontang, Kabupaten Serang, Banten. Sebenarnya selain Kitab masa’il ada satu lagi karya monumental beliau yang mendunia yaitu kitab Risalah Syuruth Al-Hajj, Namun penulis disini hanya akan memaparkan Kitab masa’il atau Naskah Pontang saja.
Naskah pontang ini mempunyai isi sebanyak 190 Halaman dengan bahasan yang luas dari kumpulan berbagai kitab mencakup bahasan Fiqh, Aqidah, Tasawuf, Hadis, Al-Qur’an dan pendapat para ulama besar seperti Imam syafi’I, Imam Ghazali, Syekh Ahmad Rifa’i dan lain sebagainya. Salah satu keunikan yang terdapat pada naskah ini adalah ditulis dengan aksara dan bahasa Arab namun disyarah menggunakan bahasa Jawa pegon, ini sangat identik sekali dengan ulama Nusantara khusunya ulama ditanah Jawa. Untuk lebih jelasnya dibawah ini penulis akan menyajikan beberapa halaman teks asli manuskrip naskah Pontang yang didapat dari Manuskrip Lektur Kemenag Republik Indonesia :
Pada halaman 24 naskah Pontang ini dijelaskan pasal atau bab tentang dzikir lalu dipertegas oleh pendapat dari Syekh Syu’ban putra Syekh Ahmad Rifa’i (Seorang wali Qutub yang mashur dengan thariqah Rifa’iyah)
Pada halaman 25 ini menerangkan perkataan syekh syu’ban bahwasanya beliau selalu mengingat Allah dalam lisan maupun hati, tetapi jangan terlalu kencang karena dzikir yang paling utama adalah dzikir dengan menggunakan hati, selanjutnya Syekh Abdullah bin Abdul Qohar menambahkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa sebaik-baik dzikir itu adalah dzikir khafi (samar).
Selanjutnya pada halaman 26 ini Syekh Abdullah bin Abdul Qohar mempertegas lagi dengan menambahkan dua hadis yakni hadis yang menjelaskan Allah menilai dari hati dan Hadis yang menjelaskan bahwa dalam jasad manusia itu terdapat segumpal daging yaitu hati, jikalau hatinya baik maka seluruh badannya juga baik.
Dapat dilihat dari naskah diatas bahwa hampir tidak ada celah kekurangan sedikitpun pada naskah Pontang ini, sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kekurangan dari Naskah Pontang ini hanyalah pada penulisan hadis, disini Syekh Abdullah bin Abdul Qohar tidak mencantumkan hadis tersebut diriwayatkan dari siapa, hal ini membuat sulit untuk menilai hadis tersebut. Setelah penulis mencoba melacak hadis tentang dzikir khafi (samar) itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Hadis tentang Allah menilai dari hati itu diriwayatkan oleh Imam Muslim tetapi dalam riwayat Muslim ada tambahan kata “وَاَعْمَالِكُمْ” di akhirnya, dan hadis dalam jasad ada segumpal daging tadi itu diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Sedikit kekurangan itu dapat dimaklumi karena kebanyakan para ulama dahulu mengarang kita itu murni dari pemikiran mereka tidak seperti ulama sekarang yang banyak mengutip dan menyalin dari kitab yang telah ada. Inilah sedikit paparan penulis tentang Naskah Pontang, naskah karya seorang ulama besar tasawuf yang sangat asing di tanah airnya sendiri namun dijadikan kitab rujukan oleh penganut thariqah Syatariyah diseluruh dunia.
No responses yet