Ini adalah Kitab Syair Arab Melayu di dunia melayu yang menggunakan timbangan ilmu arudh.
Part II:
Al-faqir mengawali ulasan tentang sejarah penulisan nazam batu ngompal ini dengan memulai dengan kata pengantar penulisnya sebagai berikut:
Izinkan al-Faqir menukilnya dengan bahasa Indonesia karena Naskah teksnya bertuliskan Arab-Melayu:
Pengantar:
belum ada terkenal Nazam Melayu diatur secara Nazam Arudh (menurut peraturan ilmu Arudh) belum pernah ada di medan penuntut (menurut pengetahuan kami yang picik) maka itu kami mencoba permulaan (Poro’-poro’) berkhidmat menyusun sebuah nazam bahasa Melayu terhiyas dengan lughah Arab secara bahar rojaz (arab) mengandung terjemah (syi’riyyah) selaku oleh-oleh terhadap penuntut (Sasak Khususnya Indonesia umumnya) bahasa Arabnya diantara dua kurung.
Tsumma I’lam:
Mengingat sepanjang penyidikan kami adalah kedudukan huruf illat yang tiga (alif, wawu, ya’) di dalam kalimat Melayu selaku harakat (baris)agar terang dibaca (ghaliban) atau selaku menyaksikan baris (atas, dapan, bawah) yakni bukan semata-mata menunjukkan panjang pendeknya bacaan (bukan sebagaimana di kalimat Arab) buktinya para ulama dan qaum bijaksana Indonesia berlain-lainan (lebih kurang) caranya menulis kalimat. Seperti kalimat (كات در فغهولو.. الح ) separoh menulis begini (كتا دار فغهولو) dan sebagai maklum yang ditimbang pada nazam semata-mata suara (panjang pendeknya pendengaran).
Dengan isyarat kami ini teranglah hendaknya atas umum saudara yang mukhlisin cara membaca dan menimbang nazam badi’ ini menurut kehendak fanuul Arudh yang maklum.
فافهم منصفا ولا تكن من الحاسدين والله الموفق. والسلام
Penyalin,
Al-Haj Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfanany
Pancor, 11/2/ 1362 H.
Dari kata pengantar penulis nazam batu ngompal ini dapat dianalisa konteks kesejarahan ditulisnya kitab ini sebagai berikut:
Pertama: Nazam Batu Ngompal ini ditulis pada tanggal sebelas bulan shafar tahun 1362 hijriyyah. Secara tahun Masehi kitab ini ditulis pada tahun 1942. Ditulis di era penjajahan Jepang.
Kedua: Jika dilacak lebih jauh, karya-karya Maulanassyaikh TGKH. M. zainuddin Abdul Madjid yang berbahasa Arab, semisal Mikrajussibyan ila samaai ilmil bayan, nazam nahdatuzzainiyah, Tuhfatul an-fenaniyah, hizib nahdlatul wathan wa nahdhatul banat rata-rata ditulis sepulang beliau dari madrasah al-Shaulatiyah sembari beliau mendirikan Madrasah NWDI beliau menyusun syair Antiya Fancor Bilady, Hizib Nahdatul Wathan, saat NBDI lahir lahir karya beliau Hizib Nahdlatul Banat, Lahir Nazam Batu Ngompal, lahir nazam nahdatuzzainiyyah, tuhfah al-fenaniyyah. Rentang waktu 1932-1942 (kurang lebih 10 tahun-satu dasa warsa) Maulanassyaikh dapat melahirkan karya-karya akademik yang luar biasa.
Ketiga: Salah satu karya monumental Maulanasyyaikh yang tak ada duanya pada masa beliau adalah karya kitab nazam batu ngompal dengan berbahasa melayu yang seirama dengan ilmu Arud. Yang era itu belum fameliar di kalangan ulama-ulama Nusantara untuk menyusun syair Arab Melayu dengan timbangan ilmu Arudh.
Beliau dengan bahasa Tawaddu’nya mengatakan belum ada terkenal nazam melayu diatur secara nazam Arab. Belum pernah ada di medan penuntut (menurut pengetahuan kami yang picik). Bahasa Maulanassyaikh ini dapat dipahami bahwa belum didapatkan karya ulama Nusantara yang menyusun syair Melayu dengan wazan timbangan ilmu Arud. Dan dapat dikatakan bahwa inilah inovasi baru dan sumbangan baru bagi ulama Nusantara terhadap khazanah peradaban literasi Islam.
Coba perhatikan ungkapan beliau dalam bait akhir kitab ini:
Bermi meterjemah dengan Rajaz Arab=
Dan terhiyas dengan lisan orang Arab.
Diterjemah oleh otak luar jasad
Tahun tetap taapa pikirkan dihasad
Wahai Adik hai saudara hai saudari
Coba ukur ini syair kanan kiri
مستفعل مستفعل مستفعل * مستفعل مستفعل مستفعل
Keempat: Maulanassyaikh mencoba sebuah gagasan baru untuk membangkitkan gairah masyarakat Sasak yang senang bekayaq, belakak, bepinje panje, benyanyi dan lain-lain. Terkhusus dalam konteks sosio historis masyarakat Sasak yang sedang dijajah Jepang, sedang terkungkung dalam kebodohan, terkungkung dalam kegamangan. Maulanassyaikh hadir di tengah-tengah masyarakat Sasak dengan menghadirkan sunguhan nyanyian yang mengandung pembelajaran penting berupa ilmu tajwid sebagai pedoman anak-anak Sasak membaca dan mengkaji al-Quran.
Coba perhatikan bahasa beliau dalam kitab ini:
Diterjemah oleh seorang yang Faqir
Berselimut dhoif berkain taqsiir
Diperlukan untuk anak yang shogir
Belum membaca kitab yang kabir
Menjadi perintis membuka fikir
Menjadi sikap membaca tafsir
Mogalah Tuhan al-aliyul kabir
Sampaikan tujuan hilangkan taqsir.
Kelima: Karya Nazam Batu Ngompal ini pernah dibuatkan syarah oleh Maulanassyaikh namun hilang atau kebakar saat kebakaran hebat melanda desa Pancor saat awal awal NBDI didirikan.
Keenam: inilah karya sang maulana yang selalu responsif dengan realitas sosial masyarakat yang mengitarinya. Maulanassyaikh menyuguhkan makanan dan minuman spritual yang bergizi untuk disantap oleh anak-anak negeri yang sedang kelaparan dan kehausan spritual karena kungkungan penjajahan.
No responses yet