Oleh: Nailin Nimah
Hidup di akhir zaman seperti sekarang ini adalah sebuah tantangan yang besar bagi kita. Terlebih kita berada di tengah zaman milenial dengan segala keterbukaan media komunikasi dan tekhnologi. Layaknya sebuah pisau yang memiliki dua sisi, kita dituntut untuk dapat menggunakannya dengan tepat.
Kecanggihan media, dan keterbukaan komunikasi harus kita sikapi dengan bijak.
Menggunakan media untuk hal-hal positif yang membangun diri kita serta generasi penerus harus kita biasakan, sebagai andil kita memanfaatkan tekhnologi dan sosial media.
Sebagai bagian dari santri, tetap menjaga akhlakul karimah dalam bersikap adalah cara yang bijak dalam menjalankan peran kita sebagai makhluk yang berakal. Sebagaimana yang telah banyak diajarkan para guru dan murobbi ruuhina.
Beliau Murobbi ruuhina KH. Sahal Mahfudz pernah berpetuah kepada para santri , yang petuah tersebut dimuat dalam bulletin Mutakhirrijin Maslakul Huda tahun 1986, namun petuah tersebut rasanya masih relevan untuk kita jadikan pedoman hingga saat ini, ketika kita sudah banyak ditinggalkan para pendidik jiwa kita.
Beberapa petuah tersebut adalah
1. Ilmu yang sudah kamu terima dari madrasah atau kiai kiai Kajen lainnya, walaupun itu sedikit, walaupun kamu anggap sepele, supaya tetap dipelihara, dijaga dan hendaknya punya niat untuk diamalkan. Karena syarat ilmu bermanfaat itu jika diamalkan.
2. Hendaknya akhlak santri dipelihara dalam
keadaan apapun. Untuk semua hal jangan sampai lupa jika kalian semua adalah santri yang dididik di pesantren, yang semestinya harus mempunyai akhlak cara pesantren. Jangan sampai berbuat mengikuti arus dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh santri.
3. Jangan sampai kalian semua melupakan dan mengabaikan guru-gurumu semua. Entah guru madrasah atau lainnya yang pernah mengajarimu walaupun satu huruf. Sebab syarat mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah menghormati dan bersopan santun kepada guru. Baik itu di hadapan guru atau tidak di hadapan guru. Artinya harus berhusnudzon kepada guru karena Allah memberikan ilmu yang bermanfaat itu melalui guru dan tetaplah melakukan perbuatan yang tidak mengecewakan para guru walaupun tidak di hadapan mereka.
4. Di manapun nanti kalian berada, hendaknya tetap berusaha dan berupaya melakukan apa saja dengan memakai pertimbangan syariat. Letakkan syariat sebagai tolok ukur pertama. Mengingat peran kita sebagai santri adalah menjaga syariat dengan baik.
5. “Terhadap diriku pribadi, kalau kalian sudah tidak ada di sini, barangkali tidak lupa, sekali- kali bacakanlah surat Alfatihah syukur syukur bisa sering, aku akan sangat berterima kasih. Terlebih kelak jika aku sudah mati.Saat aku masih hidup supaya Husnul khotimah dan jika sudah mati bisa dapat tambahan pahala dari kalian semua.”
Akhirnya aku berdoa kepada Allah, semoga aku dan keluargaku dan kalian semua mendapatkan Taufiq dari Allah, mendapat petunjuk dariNya sehingga apa yang kalian lakukan mendapat ridlo dari Allah. Demikian pawelingku.
Semoga kami dimampukan olehNya untuk menjalankan petuah panjenengan ya Syaikhinaa….
Aamiin ya robb….
Mari kita menyelam bersama, mengambil sari ilmu dari para guru pendidik jiwa kita, supaya tak gersang jiwa dan ruhani kita.
Semoga kita diakui sebagai murid dan santri beliau. Katur dumateng Murobbi ruuhinaa KH. Sahal Mahfudz Allahu yarham, lahul fatihah……
Cebolek, Jum’at, 12 Februari 2021