Mungkin banyak yang pernah mendengar nama “Ahbaash”. Ya, mereka adalah murid dan pengikut Syeikh Abdullah al Abdariy al Qurasyi Al Harari al Habasyi, atau akrab disebut Syeikh Harari. Ia adalah ulama pakar Teologi Islam yang berdomisili di Bairut Libanon dan wafat pada 2008 silam. Karena saking digjayanya menegakkan dan membela Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), Asy’ariyah-Maturidiyah, di abad 20 dan awal abad 21 ini, Prof Nadirsyah Hosen menyebutnya sebagai Pendekar Aswaja.

“Pendekar” dalam KBBI merujuk pada seseorang yang gagah berani, pandai bersilat, dan pahlawan. Istilah ini akan terasa melekat pada Syeikh Harari di saat berargumen menguatkan Aswaja Asyariyah-Maturidiyah dan memerangi paham musyabbihah-mujassimah. Ia sangat konsisten dalam hal ini, hingga akhir hayatnya. Serta, ini pula yang dilanjutkan oleh para murid dan pengikutnya yg disebut Ahbas tersebut, dan telah menyebar di berbagai penjuru dunia.

Tentu yang namanya “Pendekar”, adalah ia yang akrab dengan aktivitas ‘dilawan-melawan’ dan ‘diserang-menyerang’, atau dalam khasanah Islamnya disebut area Ar-Ruduud. Inilah yang dapat dilihat dari sosok Syeikh Harari. Dan sepertinya hal ini begitu dominan padanya. Meskipun, Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus) menyatakan, sbgaimana dinukil Prof Nadir, bahwa Syeikh Harari adalah orang alim dan tawadhu’.

Sosok aktivitas kependekarannya, misalnya saja, terlihat dari keberaniannya menyatakan bahwa Wahabiyah (pengikut Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahab An Najdi) adalah kelompok yg secara jelas menyerupakan Allah ta’ala dengan makhluk-Nya, sehingga disebutnya mereka sebagai kelompok al-musyabbihah wa al mujassimah. Dan, berdasarkan dalil dan argumentasi ulama yg diyakininya, Syeikh Harari tegas menyatakan bahwa al-Musyabbihah wa al Mujassimah adalah kafir.

Kemudian, sebagai implikasi konkrit dari kaidahnya ini, Syeikh Harari mengkritik Habib Ali Al Jufri yang enggan mengkafirkan Wahabiyah. Syeikh Harari menyindir; 

بل الذي يشك في كفر المجسم هو يكفر

Namun, orang yang ragu akan kufurnya Mujassim, berarti ia kufur.

Sontak saja, hal ini memancing respon yang luas, baik itu dari kalangan wahabiyah atau salafi sendiri, maupun juga respon keras dari guru, kolega dan pengikut Habib Ali Al Jufri. Sehingga, saling serang antar pengikut, adu argumen, opini ini dan itu, dan bgitu ramai menghiasi khazanah perdebatan teologi masa kini. 

Lantas, karena hal demikian, apakah Syeikh Harari takut dan mundur? Baginya, tidak. Bahkan Syeikh Harari semakin lantang mengkampanyekan; Allah ta’ala tidak sama/serupa dengan makhluk-Nya, Allah ta’ala bukan jism, Allah ta’ala ada tanpa Tempat dan Zaman, jangan menyerupaka Tuhan dengan Makhluk-Nya (tasybih), Jangan men-jism-kan/memberi sifat-sifat jism terhadap Tuhan (tajsim), dan seterusnya. 

Konsekwensi dari kaidahnya tersebut, Syeikh Harari juga mengkritik keras (tahdzir) Syeikh Ramadhan al Buthi. Karena, menurut Syeikh Harari, bhwa Syeikh Al Buthi menyebut Allah sebagai ‘illat wa sabab (penyakit&sebab) dlm kitabnya Al Kubra al Yaqiniyaaat al Kauniyah. Bagi Syeikh Harari, illat dan sebab itu muncul dari ketiadaan dan kemudian ada, ini sifat mahluk, sedangkan Allah ada tanpa didahului ketiadaan (qadim) dan Allah berbeda dgn mahluk-Nya. Sehingga illat wa sabab tidak pantas dilekatkan kpd Allah ta’ala. Tentu, Ini juga kemudian memantik respon keras dari para kolega dan pecinta syeikh Al Buthi. Sehinga, ini pun cetar dan ramai, hingga Indonesia.

Tidak hanya terhadap mereka saja, Syeikh Harari juga melakukan kritik keras (tahdzir) terhadap Syeikh Al Albani, Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Nazim al Qabrusi dan gurunya Syeikh Daghistani,  Syeikh Fatkhi Yakan, Syeikh Yusuf Al Qardhawi, Sayid Qutb, Jammah al Ikhwan al Muslimun, Jamaah Hizbut Tahrir, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, Syeikh Harari jg memberi catatan kritis terhadap statement ulama terdahulu, yg dinilainya perlu diluruskan karena bermasalah dalam aqidah. Bahkan Syeikh Harari sampai pd tahap mengkafirkan Syeikh Ibnu Taimiyah dan Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahhab, yg merupakan tokoh rujukan utama kelompok Wahabiyah dan Salafi. Ini tentu menggegerkan dan menggemparkan ‘dunia-persilatan’, sebab mereka yg dikritiknya itu memiliki pengikut yg banyak dan tersebar di banyak negara.

Hal-hal di atas dapat dijumpai di berbagai kitab karya Syeikh Harari yg diterbitkan oleh lembaganya yg bernama Jamiyah al Masyari al Khairiyah di Libanon. Misalnya saja, ini dilihat di kitabnya At Ta’awun ala an Nahyi ani al-Munkar, kitab Al Maqalaat as Sunniyah fi Kasyfi Dhalalaati Ibn Taymiyah, kitab At Ta’aqqub al Hatsits Li man tha’ana fi ma shahha minal hadits, dan lain sebagainya.

Di antara respon jg atas sikap dan pendapatnya tersebut, misalnya saja; ketika Syeikh Harari tidak mengajar selama dua bulan, karena sakit dan harus berobat, kemudian ia di-isu-kan telah meninggal dan berwasiat agar dikebumikan di Tel Aviv Israel. Sebagaimna diceritakannya dalam kitabnya At Ta’awun ala An Nahyi an al Munkar. Bagi Syeikh Harari, ini adalah perbuatan orang-orang yg tidak mampu menandingi kedigjayaan argumentasinya. Sehingga, orang tersebut memakai cara stigmatisasi, yakni; menggambarkan seolah-olah Syeikh Harari agennya Yahudi. Ada juga yg menstigmanya dgn sebutan “ghulatul asyairah” (asy’ari ekstrim). Dan, masih banyak lagi stigma-stigma lain. Yha, namanya juga Pendekar Teologi, tentu bisa dipastikan akan ramai stigma-stigma dr “lawan-sparing”nya. Jadi, Tidak semua senang kepadanya, juga Tidak semua happy dgn pendapatnya. 

Demikianlah, jalan terjal hidup Pendekar Syeikh Harari dalam membela Aqidah yg diyakininya, yakni; dengan Menyebarkan aqidahnya, konsisten pd kaidah dan teorinya, dan siap diserang/menangkis bila hrs mengaplikasikan kaidah/teorinya secara konkrit terhadap suatu pandangan/pemikiran seseorang yg mungkin saja begitu terkenal dan memiliki pengikut militan. Ini contoh hidup di jalan dakwah tauhid (aqidah); diliputi pro dan kontra, diserang-menyerang, ataupun ramai distigmatisasi. Ini konsekwensi; kullu hizbin bi ma ladaihim farihun (setiap kelompok tentu merasa bangga dan senang akan apa yg ada pada dirinya/kelompoknya sendiri). 

Meskipun demikian, Syeikh Harari tidak menuntut hukum bunuh, bagi orang yg dilabelinya “telah kufur”, melainkan ia menuntut agar orang tersebut kembali mengucapkan dua kalimah syahadat, taubat dan mencabut kata-kata kufurnya. Cuma itu. Selebihnya, pasrahkan,  terserah kehendak Allah ta’ala.

Kaidah dan Teori (manhaj) Syeikh Harari ini termanifestasi pada karya tulisnya, vidio dakwahnya, murid-muridnya, dan Jamiyyah al Masyari’ al-Khairiyah. Semua ini tersebar dgn cepat ke berbagai penjuru dunia, sebab globalisasi informasi dan urbanisasi. Sehingga, nyatanya, dunia persilatan diskursus Teologi Islam kini selalu menyebutkan namanya, baik yg pro maupun kontra. Yang demikian itu, Karena Syeikh Harari memilih hidup di jalan pendekar Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. 

Wallahu a’lam bis shawab….

جمعة بركة

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ..

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *