Dalam rubu’ terakhir dari kitab Arbain Fi Ushuliddin yaitu Bab-bab yang menerangkan akhlaq baik. Ada 10 macam akhlaq baik yang akan dikupas. Dan bab pertama adalah Bab Taubat.
Imam Ghozali menyebut hakikat taubat adalah
الرجوع إلى الله تعالى عن طريق البعد إلى طريق القرب
“Berbalik arah dari jalan yang menjauhkan menuju jalan yang mendekatkan kepada Gusti Allah”
Taubat ini hukumnya wajib bagi siapa saja karena setiap manusia gak sepi dari dosa. Karena perintah Gusti Allah demikian di surat An Nuur 31
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Gusti Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian siap menerima hidayah”
Jadi taubat itu panggilan iman, bukan panggilan trend hijrah. Apalagi panggilan nikah sama mbak-mbak sholehah.
Walau perantara taubat itu macem-macem tapi rukun taubat yang pertama adalah adanya iman. Beda dengan orang masuk Islam yang sekedar ngucap syahadat udah sah, taubat ini lebih dalam dari itu. Supaya apa?
Supaya jadi muflih. Terjemahan muflih itu macem-macem. Kebanyakan diterjemahkan orang yang beruntung atau orang yang sukses. Tapi bisa juga diterjemahkan orang yang siap menerima kebaikan hidayah berupa makrifat billah.
Hati manusia itu bagai tanah. Kalo tanah ingin produktif, maka harus dibajak dan diberi nutrisi sehingga siap digarap. Proses taubat yang didasari iman itulah alat bajak dan nutrisi tersebut. Dari situ, hati baru bisa ditanami bibit tumbuhan makrifat.
Makanya, di setiap kitab tasawuf, membahas taubat itu nomer satu. Hati harus dikondisikan biar siap ditanami bibit tumbuhan makrifat. Tanpa taubat, semua amal tidak bisa menumbuhkan makrifat, jatuhnya malah maksiyat.
Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh :
فو الله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم
“Demi Allah, jika Gusti Allah memberikan hidayah kepada satu orang sebab perantara kamu, itu lebih baik bagi kamu daripada kamu memiliki unta merah”
Dapat hidayah lalu tobat melalui dai atau kyai itu yang ideal. Tapi di dunia nyata tidak selamanya begitu.
Kadang ada kasus lelaki brengsek tobat bermula lihat mbak-mbah sholehah terus jatuh hati. Berkat itu, si lelaki jadi rajin sembahyang. Kadang juga ada yang sempet pacaran segala. Tapi akhirnya jadi suka sembahyang.
Bagaimanapun, hukum melihat lawan jenis yang bukan mahrom itu haram karena memang maksiyat. Apalagi sampai pacaran, malah deket zina. Pastinya pelakunya berdosa. Tapi kalo hal itu ternyata bikin orang tobat, terus kita mau bilang apa? Namanya jalan hidayah itu bisa macem-macem.
Fenomena-fenomena begini yang kadang bikin para kyai-kyai kita bingung, mesti mikir saat akan menanggapi pelaku maksiyat. Mereka akhirnya memperbesar husnudzon, semoga lewat itu dapat hidayah, walau sebenarnya ndredeg juga. Makanya para ulama itu kelihatan sabar tapi hatinya kebat-kebit.
Ada anekdot tentang ini.
Supri adalah mantan banci kaleng yang baru-baru ini tobat dan jadi normal lagi gara-gara jatuh cinta sama Warsini dan berencana menikahinya. Untuk itu, dia sowan ke Kyai Sarip, mau latihan ijab qobul.
“Ntar kalo saya udah bilang ‘Dibayar Tunai’, kamu langsung jawab ‘Saya terima nikahnya’ dengan tegas ya?” Kyai Sarip memberi instruksi.
“Siap, Kyai !” Jawab Supri tegas.
“Oke, kita tes,” Kyai Sarip berdehem, “Saya nikahkan Supri dengan Warsini dengan mahar satu juta dibayar tunai!”
Denger kalimat ‘dibayar tunai’, Supri spontan menjawab dengan kenesnya, “Makasih, oom!”
Imam Ghozali meriwayatkan dawuh Kanjeng Nabi Muhammad SAW :
التائب حبيب الله، والتائب من الذنب كمن لا ذنب له
“Orang yang taubat adalah kekasih Gusti Allah, dan orang taubat dari dosanya, seakan tak punya dosa lagi”
Jadi, orang yang mau taubat itu dinaikan derajatnya sehingga jadi hamba yang dicintai Gusti Allah. Usahanya untuk taubat pun membuat dosanya ilang.
Pemahaman lainnya, hanya orang yang dicintai Gusti Allah saja yang dikehendaki mau taubat. Jadi kalo kita tidak ada krenteg buat taubat, kita perlu waspada. Jangan-jangan kita dibenci Gusti Allah.
Gusti Allah itu paling seneng kalo ada orang tobat dan pasti diterima tobatnya. Dengan tobat, orang bisa merasakan bahwa kasih sayang Gusti Allah itu luas banget. Makanya, dalam Al Qur’an, sifat Gusti Allah Yang Maha Penerima Taubat itu selalu di sandingkan dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya hanya Gusti Allah saja Yang Maha Penerima Taubat dan Maha Luas Kasih Sayangnya”
Dengan kata lain, orang yang gak mau tobat, selama itu pula gak akan merasakan luasnya kasih sayang Gusti Allah. Sehingga selama gak tobat, hidupnya penuh kesumpekan.
Tidak heran, kalau hidup kita sumpek, gelisah atau punya hajat, kita dianjurkan banyak-banyak beristighfar oleh para ulama kita, seperti Mbah Kholil Bangkalan dan guru-guru kita. Agar kita bisa merasakan kasih sayang Gusti Allah dan ditambah kelapangan di dunia dan di hati kita.
Ngomong-ngoog hidup sumpek, ada anekdotnya
Sarip, seorang pengusaha yang bangkrut dan sumpek, mencoba bunuh diri minum minyak urut. Akhirnya dia koma di RS. Dalam komanya, arwahnya dibawa malaikat jalan-jalan ke neraka.
Dia kaget, di neraka ternyata rame banget, mirip diskotik dangdut. Banyak orang joget-joget, minum, judi, gak ketinggalan artis-artis cantik berpakaian mini. Wah, Sarip banget pokoknya. Sampil pilin-pilin kumisnya, Sarip mbatin, “Wah, cocok ini!”
Langsung aja Sarip cepet-cepet pingin masuk neraka, tapi ditahan oleh malaikat penjaga pintu neraka, “Tunggu dulu bro, ente belum waktunya mati, kembalilah ke dunia, bunuh diri dengan yang lebih keras lagi, pasti ente masuk sini,”
Akhirnya Sarip dikembalikan ke dunia. Esoknya, dia mencoba bunuh diri lagi. Kali ini dia minum minyak rem dan mati di tempat. Langsung arwah Sarip diantar malaikat maut masuk neraka.
Tapi kali ini dia kaget. Sekarang di neraka keadaannya gak kayak kemarin. Banyak api di mana-mana, bau amis darah dan banyak binatang berbisa. Boro-boro orang jogetan, malah banyak teriakan minta tolong kesakitan.
Bingung, Sarip akhirnya tanya sama malaikat penjaga neraka, “Loh, bukannya kemarin neraka kayak diskotik? Kok sekarang jadi ngeri gini sih?”
Malaikat penjaga neraka terkekeh, dengan enteng dia berkata, “Oh, kemarin itu kita lagi masa promo, bro,”
Rukun Taubat
Taubat menurut Imam Ghozali punya rukun-rukun, yaitu :
- Rukun pada hati yaitu muncul iman, sadar dosa2 itu merusak diri, muncul rasa takut dan penyesalan, hati cenderung menolak dosa itu datang lagi dan waspada.
- Rukun pada perilaku yaitu meninggalkan dosa tersebut seketika, tidak bertahap.
- Rukun pada sikap yaitu tekad untuk menjauhi dosa.
- Rukun pada tindakan yaitu mencegah segala faktor pendukung yang bikin terulanginya dosa.
Kalo semua rukun itu terpenuhi, terbitlah kesempurnaan taubat. Karena itu, bukan tobat namanya kalau cuma berhenti narkoba, misalnya, tapi faktor lingkungan tidak dihindari atau berhentinya bertahap. Yang bener, semua itu ditinggalkan baik barangnya maupun factor-faktor yang mendukung. Biar gak kumat lagi.
Itulah salah satu tafsir firman Gusti Allah dalam An Nuur 31
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Gusti Allah secara keseluruhan, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu berhasil”
Gusti Allah dawuh dlm Ali Imron 159
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Gusti Allah. Sesungguhnya Gusti Allah Ta’ala menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Tawakal menurut Imam Sahal At Tustary adalah
الاسترسال مع الله تعالى على ما يريد
“Memasrahkan/mencocokkan kehendak diri sesuai syariat Gusti Allah atas keadaan yang sedang dikehendaki-Nya”
Tobat itu niat keras menuju hati yang tawakal. Biar hati tawakal, maka kita cocokkan kehendak kita dengan perintah Gusti Allah. Salah satu jalan tawakal itu tholabul halal atau mencari rizki dengan jalan yang halal. Misal dulu bandar narkoba, lonthe, germo atau bandar judi trus tobat. Biar tidak nyemplung lagi ke dosa yang sama, maka sekarang buka toko, bertani, kerja pabrik atau kerja lain yang halal.
Pada prakteknya memang susah. Menghadapi kenyataan penghasilan lebih sedikit dari yang dulu, pola hidup yang belum berubah, belum lagi terbelit hutang atau mafia. Lari dari hutang ya dosa, tapi penghasilan masih belum cukup. Bikin orang mikir-mikir pas pingin mentas.
Maka diperlukan seorang guru pembimbing yang mampu membuka cakrawala dan luas pandangan lahir batinnya. Dengan bimbingan guru, kita bisa konsultasi dan mencari solusi bersama. Jangan dipikir sendiri, ntar gak jadi tobat, malah jadi bejat.
Ada Anekdotnya,
Sugeng, seorang pemilik Panti Pijat Plus-Plus, sowan ke Kyai Sarip dan curhat masalah kehidupan yg membelitnya. Kyai Sarip pun menasehati Sugeng, “Geng, ente kudu mulai hidup bener, tutup panti pijat ente, trus ganti yg lebih manfaat,”
“Enaknya ganti apaan, Yai?” Tanya Sugeng.
“Sekarang banyak orang jompo yg terlantar, coba ente tampung mereka,”
“Siap, Kyai!”
Beberapa waktu kemudian, Sugeng sowan lagi ke Kyai Sarip.
“Makin kesini, kok hidup saya tambah seret ya, Kyai? Usaha baru gak lancar, saya banyak diprotes orang,” Curhat Sugeng.
Kyai Sarip pun tanya, “Udah ente tutup panti pijatnya ?”
“Udah Kyai, saya ganti usaha lain,” Jawab Sugeng.
“Ganti usaha apa?”
“Sesuai saran Kyai, saya sekarang menampung orang jompo, jadi sekarang usaha saya Panti Jompo Plus-Plus,”
“Panti Jompo kok pake plus-plus?”
“Kalo dulu pelayannya cewek2 muda, sekarang ganti nenek2, Yai,”
“Waduh Sugeeng, goblok bener ente jadi orang!”
Inti Taubat
Inti taubat itu mengambil alih kontrol diri dengan iman yang berdasar akal dan ilmu syara’. Yang diambil alih adalah 4 sifat dasar manusia, yaitu :
- Sifat kebinatangan (bahimiyyah) yang berupa syahwat perut dan nafsu selangkangan. Biasanya menjangkiti pemuda dan yg merasa muda.
- Sifat kebuasan (sabu’iyyah) yang berupa marah, hasud, bermusuhan dan kebencian. Biasanya muncul saat ada permusuhan dan persaingan.
- Sifat setan (syaithoniyyah) yang berupa makar, tipu daya, watak culas, kecurangan. Biasanya muncul saat ada kesempatan untuk memunculkan syahwat atau kemarahan.
- Sifat ketuhanan (rububiyyah) yang berupa sifat sombong, keperkasaan, suka pujian, berkuasa. Biasanya muncul berupa ambisi-ambisi.
Di sinilah arena pertarungan pikiran jahat dan pikiran baik terjadi. Masing-masing saling berebut mengambil alih kontrol manusia. Jika ingin iman yang mengambil alih, maka akal dan ilmu harus terus diperkuat dengan amal dan fikir. Salah satu amal dan fikir tersebut adalah senantiasa bertaubat.
Jadi, orang taubat itu kayak ibu nyapih bayinya. Seperti bait burdah.
والنفس كالطفل ان تهمله شب على
حب الرضاع وان تفطمه ينفطم
“Dan hawa nafsu itu seperti bayi jika kamu membiarkannya maka bayi itu menjadi pemuda dalam keadaan masih menyusu dan apabila kamu menyapihnya maka dia akan tersapih”
Tidak cuma bayi. Anak usia sekolah kalo dituruti mbolos, lama-lama ya tidak disiplin dan manja. Maka orang tua kudu teges demi masa depan anak. Maka pada nafsu kita sendiri juga demikian. Biar tidak manja, pemilik nafsu harus teges pada nafsunya sendiri. Demi masa depan si pemilik nafsu.
Jadi ingat satu anekdot.
Kyai Sarip satu hari heran lihat cucunya, Juned, gak sekolah. Malah ndlosoran aja di sofa. Ditanyailah Juned cucunya itu, “Ente kenapa gak sekolah, Ned?”
“Males Kek, tapi Juned udah ijin kok tadi,” jawab Juned sambil terus maen Pabji.
Tiba2 terdengar gerbang besi depan dibuka. Kyai Sarip ngintip dari kaca pintu. Ternyata ada rombongan guru dan temen Juned main ke rumah.
Paniklah Kyai Sarip, “Ned, sembunyi, cepetan! Di depan ada guru2 dan temen2 ente yg datang, mungkin ente dikira sakit beneran !”
Juned spontan bangun panik juga, “Nggak, kakek aja yg sembunyi. Soalnya Juned tadi bilang ke bu guru, hari ini gak masuk sekolah soalnya kakek saya meninggal,”
“Jiaahh, kacau ente, cucu semprull !!”
No responses yet