Oleh: M Islahuddin
Kiai Sahal merupakan salah satu Kiai di Nusantara yang dijuluki sebagai pakar atau ahli di bidang Ushul Fiqh, hal tersebut tidak mengherankan karena sewaktu beliau mondok di Sarang, Rembang beliau mampu melahirkan dua karya di dalam bidang ushul fiqh berupa syarh (komentar atas matan) atas kitab al-Lumma’ karya Abi Ishaq al-Syirazy yang diberi judul al-Bayan al-Mulamma’ dan juga Hasyiyah (komentar atas syarh) atas kitab Ghayah al-Wushul yang diberi judul Thariqah al-Husul, kedua kitab tersebut ditulis ketika Kiai Sahal masih berusia 23 tahun.
Pada tulisan kali ini penulis ingin fokus pada karya beliau yang berjudul Thariqah al-Husul, karena menurut penulis kitab ini menarik, sebab kitab setebal 563 halaman ini ditulis Kiai Sahal selama kurang dari 1 tahun, dan juga beliau mampu menguraikan redaksi Ghayah al-Wushul yang terkenal ‘njlimet’ dan ‘sulit’ dengan baik, sistematis, dan juga tahqiq. Bahkan di dalam Hasyiyah ini Kiai Sahal terkadang juga menyertakan cuplikan ayat Al-Qur’an atau teks hadis sebagai syahid (bukti) atas teori yang disebutkan, semisal ketika di dalam Ghayah al-Wushul dijelaskan bahwa huruf “ب” berfaidah Lil Mushahabah, Kiai Sahal membuktikannya dengan ayat: اهبط بسلام .
Pada pengantar kitab tersebut Kiai Sahal bercerita bahwa pada tahun sekitar 1380 H beliau dimintai teman-temannya untuk mengajar kitab Ghayah al-Wushul karya Syaikh Zakariyya al-Anshary. Sebelum merealisasikan permintaan tersebut beliau meminta izin terlebih dulu kepada KH Zubayr dahlan, dan Alhamdulillah KH Zubayr mengizinkan beliau sekaligus diberikan Ijazah.
Setelah mendapatkan restu, muncul inspirasi dari Kiai Sahal untuk menulis catatan-catatan kaki atau dalam bahasa Pesantren ‘ta’liqan’ yang bertujuan untuk memudahkan beliau dalam mengajar Ghayah al-Wushul, dan menyempurnakannya. Hasyiyah ini diselesaikan bersamaan dengan khatamnya pada hari kamis, bulan Ramadlan tahun 1380 H.
Di dalam menulis Hasyiyah Thariqah al-Husul Kiai Sahal mengacu terhadap beberapa refrensi kitab, diantaranya :
1. Nayl al-Ma’mul karya dari Syaikh Mahfudz Termas (masih berupa manuskrip).
2. Al-Badr al-Thali’ karya dari Syaikh Jalaluddin al-Mahally
3. Hasyiyah al-Attar
Dan beberapa kitab-kitab ushul fiqh yang lain.
Pada akhir tulisan, Kiai Sahal juga memberikan beberapa informasi, diantaranya:
1. Hasyiyah Thariqah al-Husul ini selesai ditashih dan diajarkan saat beliau sudah di Kajen pada hari senin, tanggal 28 Rabi’ul Awal tahun 1420 H yang bertepatan dengan tanggal 12 Juli tahun 1999 M. Beliau juga menyebutkan bahwa ketua ngaji pada waktu itu adalah Ustadz Nur Hafidz putra dari Kiai Hasyir, Kajen (pengasuh pondok pesantren PMU).
2. Kiai Sahal menyebutkan 2 transmisi sanad kitab Ghayah al-Wushul:
A. Kiai Sahal mengaji kitab tersebut kepada KH Abdul Hadi bin Nur Kajen dari KH Mahfudz Salam.
B. Kiai Sahal mendapatkan Ijazah kitab Ghayah al-Wushul dari Muhammad Yasin bin Isa al-Fadany, adapun KH Mahfudz Salam dan Syaikh Yasin sama-sama mendapatkan sanad dari KH Muhammad Baqir bin Nur al-Jogjawy al-Makky, dari Syaikh Mahfudz al-Turmusy dari Kiai Kholil Bangkalan dari Syaikh Nawawy al-Bantany, dari Syaikh Arsyad Abdussamad Al-Banjary, dari Syaikh Abdussamad bin Abdurrahman al-Palimbany, dari ‘Aqib bin Hasanuddin al-Palimbany, dari Syaikh Tayyib bin Ja’far al-Palimbany, dari Syaikh Ja’far bin Muhammad bin Badruddin al-Palimbany, dari Syaikh Syamsuddin bin al-Ala’, dari Syaikh Nur Aly bin Ibrahim al-Huly, dari Syams Muhammad bin Ahmad al-Ramly, dari sang muallif Syaikh Zakariyya al-Anshary.
Sanad yang kedua diatas bagi penulis unik, karena perawi kitab Ghayah al-Wushul yang didapatkan dari Syaikh Yasin bin Isa al-Fadany didominasi oleh Ulama’-Ulama’ Nusantara.
Semoga kita mendapatkan keberkahan dari beliau-beliau, Amin. Sarang, 15 February 2021