Ulama-ulama besar yang ada di Haramain, pada masa tertentu berdatangan ke Nusantara. Terutama pada masa-masa tertentu pada abad akhir 20.

Ketika ada perubahan peta politik kekuasaan di Mekah. Kondisi sosial yang tidak stabil di Mekah, Wilayah nusantara dipilih oleh ulama dari pusat intelektual dunia Islam, sebagai tempat Eksil mereka.

Sebagian dari mereka ada yang kembali Mekah, beberapa yang lain menetap dan meninggal di Hindia Belanda waktu itu.

Mereka bukanlah pengajar agama biasa, melain para mufti atau guru besar agama di Haramain. Antara lain Syekh Abdul Hamid bin Abdul Mukti Mirdad, ia seorang khotib dan imam di Masjidil Haram.

Ia mengajar Al Quran, kebanyakan santrinya berasal dari Asia, khususnya tersebar di pulau Jawa. Di antara muridnya berasal dari Jombang, yang memiliki pusat keilmuan belajar agama terbesar di Tebu Ireng. Siapa murid beliau? Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.

Jadi, Pesantren Tebu Ireng ini jadi jumeneng atau peraduan terakhir Syaikh Mirdad. Di pesantren tua ini, beliau mengampu pelajaran Al-Qur’an di tempat atau mushola khusus.

Beliau wafat 1378 H atau sekirar 1950 an di Madura Indonesia. Tapi sampai saat ini belum diketahui dimana makamnya. Kenapa di Madura, diduga karena ada ulama besar awal abad 20 bernama Syaikhona Kholil Bangkalan.

Bisa dilihat di dalam Kitab Adabul alim wal mutaallim, Di halaman terakhir ada banyak endormens dari  ulama-ulama besar masjidil haram. Dimana ulama-ulama tersebut Eksil ke Nusanatara. Diantaranya Hasan Jamali dan Muhammad Soleh bin Yamani.

*Disampaikan Ah. Ginanjar Sya’ban di Kajian Islam Nusantara Center (INC)

No responses yet

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *