Kang Kidun. Tamatan sekolah dasar dengan prestasi nomor buncit. Tak cukup pandai tapi pintar berkelit. Bekerja serabutan sebagai buruh di kebun sebelah. Tapi ia punya satu kelebihan dibanding buruhku yang lain : suka baca koran. Baca status di Facebook dan anggota di beberapa grup wa. Ia gemar bahas politik dan ekonomi makro. 

*^^^^*

Kang Kidun punya banyak keahlian dan merasa menguasai banyak hal: termasuk agama, politik, ekonomi, budaya hingga militer. Baik nasional hingga urusan regional. Pendek kata kemampuan analisnya lumayan cukup untuk membully kebijakan dari presiden atau sekelas menteri. Bahkan beberapa kali ia lontarkan kritik tajam pada fatwa-fatwa MUI yang menurutnya lembek. 

Cak Kidun adalah jenis manusia yang punya sikap peduli tingkat dewa— hampir semua soal tak ada yang luput dari kritik tajamnya. Niatnya nahy mungkar, meski tak pernah langsung disampaikan pada yang bersangkutan. 

Kehebatan Kang Kidun lainnya adalah kopas dan share — gemar melahab berita tanpa tabayun, yang penting terdepan, agar terlihat pintar dan paling tau meski ia sebenarnya tak suka baca. Referensinya adalah status dan meme. Dan itu sudah cukup untuk melakukan penilaian kepada siapapun yang tidak sepandangan. 

*^^^*

Pernah suatu kali Cak Kidun bertanya kepadaku tentang hukumnya rakyat yang meninggal, sementara negara dalam keadaan meninggalkan utang yang belum terbayar. Ia juga mengkritik menteri kesehatan yang tak cukup mampu mengelola pandemi. Atau Mas Nadhiem Mendiknas yang menurutnya kurang tanggap dan tidak paham mengelola pendidikan. 

Tak hanya rezim yang dianggapnya tak cukup mampu mengurus negeri, tapi juga para ketua ormas keagamaan pun tak luput dari analisisnya— sebut saja ketua dan sekum PP Muhammadiyah yang dianggapnya menjilat rezim dan meminta pak Muhadjir Menko PMK mundur dan menjauhi dari rezim. Pun dengan Kyai Said Agil yang di anggapnya sebagai antek Syiah dan penyokong rezim. 

Islam bakal minggat dari Indoenesia katanya pedas —- negara kita dirampok, sebentar lagi kita bakal menjadi jongos di Negri sendiri, saat UU ‘Mely Gus Law’ di sahkan —- katanya berapi. Bagi Kang Kidun hidup ini amat susah, banyak musuh dan lawan yang harus di enyahkan. Beberapa bulan belakangan ini Kang Kidun sering mengeluh pusing, karena mikir utang luar negeri, partai yang tidak rukun, tenaga kerja asing, naga9, pemurtadan, hingga harga rupiah yang terus anjlok. Untuk itu ia jarang masuk kerja karena pikiran berat. 

*^^^*

Mungkin ini yang disebut Ruwaibidhah — komunitas yang disindir Nabi saw sebagai kumpulan orang kecil yang pandai bicara — bicara di luar kapasitas. Kelompok nimbrung yang merasa banyak tau. Ciri Ruwaibidhah yang lain, sebenarnya Ia tidak tau apa-apa tapi merasa tau semua — ‘hidupmu ruwet karena terlalu banyak mikir urusan negara yang bukan urusanmu’

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *