Categories:

Oleh Mohammad Ghozi Al Fatih

Tak ada yg aneh tentang istilah ISLAM NUSANTARA, karena substansinya sudah mewujud dalam realitas kehidupan beragama masyarakat muslim Indonesia selama ratusan tahun, semenjak Walisongo menyebarkan Islam di tanah Jawa, yg kemudian meluas ke berbagai kawasan nusantara.

Apa yg selama ini diperlihatkan dan dipraktikkan oleh mayoritas umat Islam di Indonesia sehari-hari sesungguhnya sudah merupakan wajah ISLAM NUSANTARA; Islam yg telah berbaur secara harmonis dengan aneka macam budaya lokal, tanpa melepaskan pokok-pokok Akidah dan Syari’ah.

Sarung, peci, baju koko, kebaya, dan kerudung, misalnya, telah menjadi bagian dari model busana orang Islam Indonesia, sebagaimana acara tahlilan, selamatan, barzanji/diba’an, ratiban, dan marhabanan, dengan berbagai pernik-perniknya, yg juga telah mewarnai tradisi keberagamaan mereka, yg semua itu tak banyak dijumpai di negara lain. Artinya; khas nusantara.

Apakah ISLAM NUSANTARA mereduksi atau menyalahi ajaran Islam? Sama sekali TIDAK. Semua ekspresi budaya diberi ruang gerak leluasa selama tidak melanggar syariah.

Apakah ISLAM NUSANTARA adalah antitesis apapun yg berbau Arab? Juga TIDAK. Tak mungkin ada penolakan terhadap identitas budaya Arab.

Bahasa Arab, misalnya, justru merupakan bahasa Asing yg wajib dipelajari oleh seluruh santri sejak hari pertama masuk pesantren, serta harus dikuasai secara mendalam beserta seluk beluk kesastraannya. Karena semua khazanah klasik keislaman, termasuk sumber primernya; Al-Qur’an dan Hadis, ditulis dalam bahasa Arab yg cukup rumit untuk dipahami dengan tepat oleh orang awam.

Puncak manifestasi spirit ISLAM NUSANTARA tentu saja: Pancasila, lima prinsip pokok yg dikukuhkan founding fathers sebagai dasar negara Indonesia, yg dibalut dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Meski secara eksplisit dan formal tidak mencantumkan identitas keislaman di dalamnya, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika diyakini tidak bertentangan sedikitpun dengan akidah dan syari’ah Islam.

Singkatnya, ISLAM NUSANTARA adalah sekedar sebutan lain dari Islam moderat, Islam yg rahmatan lil ‘alamin, yg selama ratusan tahun membentuk wajah Islam di bumi Indonesia hingga saat ini. Islam yg menghormati perbedaan dan keragaman, serta memiliki kesadaran kebangsaan yg tinggi.

Lantas, kenapa istilah ISLAM NUSANTARA sekarang gencar disuarakan? Karena belakangan ini terdapat kelompok yg menentang keras tradisi dan budaya keberagamaan masyarakat muslim, terutama kaum santri di Indonesia, sambil di saat yg sama mengadopsi simbol-simbol budaya Arab yg dianggap lebih islami, bahkan secara serampangan diklaim menjadi bagian dari syari’ah Islam yg paling otentik.

Lebih dari itu, mereka secara agresif menghujat kelompok lain yg berbeda; membid’ahkan, mengkafirkan, bahkan menilai Indonesia sebagai negara kafir, thaghut, sesat, dan harus diubah menjadi negara Islam atau khilafah.

Sumber: FB Mohammad Ghozi Al Fatih