Oleh A Ginanjar Sya’ban (Direktur INC)
—————————–
Beberapa petikan lagu khas Nahdlatul Ulama (NU) yang saat ini sangat populer, yaitu “Ya(h)lal Wathan”, ternyata memiliki kesamaan dengan lagu perjuangan Suriah. Petikan yang dimaksud adalah:

إندونيسيا بلادي # أنت عنوان الفخامة
كل من يأتيك يوما # طامعا يلقى حمامه

Mari bandingkan dengan petikan lagu perjuangan Suriah di bawah ini:

أنت سوريا بلادي # أنت عنوان الفخامة
كل من يأتيك يوما # طامعا يلقى حمامه

Dua bait petikan kalimat di atas merupakan petikan dari tembang perjuangan Suriah yang dianggit oleh penyair besar Suriah masa itu, Fakhri Bek al-Barudi (w. 1966). Dalam majalah Suriah berbahasa Arab dan bernama “al-Risâlah”, pada bilangan 644 (edisi 5 November 1945), Ali al-Thanthawi menulis sebuah kolom berjudul “al-Nasyîd al-Sûrî” (Lagu Suriah). Dalam artikel tersebut, disebutkan jika lagu anggitan al-Barudi di atas adalah lagu perjuangan-nasionalis Suriah terpopuler kedua setelah lagu “Ayyuhâ al-Maulâ al-‘Azhîm” (أيها المولى العظيم) yang ditulis antara tahun 1918-1920.

Diceritakan oleh al-Thanthawi, bahwa Suriah sebelum tahun 1916 adalah wilayah provinsi Turki Utsmani. Lagu kebangsaan Utsmani yang dinyanyikan oleh orang-orang Suriah (yang berbahasa Arab) adalah lagu berbahasa Turki. Rakyat Suriah tidak terlalu “menjiwai” (meski faham) lagu kebangsaan Turki tersebut.

Ketika “Gerakan Revolusi Arab Raya” meletus pada tahun 1916 yang dipimpin oleh Syarif Husain b. Ali dari Makkah dan merebak mulai dari tapal batas Suriah, Palestina, Trans-Jordan, Irak, Hijaz, hingga Yaman, bangsa Arab pun menciptakan “lagu perjuangan” mereka. Pada tahun 1918, Suriah berstatus sebagai Kerajaan dan dipimpin oleh Raja Faishal b. Husain (memerintah 1818 – 1920), anak dari Syarif Husain b. Ali. Di antara lagu perjuangan Suriah yang dianggit dan populer pada masa Raja Faishal adalah lagu “Ayyuhâ al-Maulâ al-‘Azhîm”, lalu disusul dengan lagu “Anti Suriah ya Biladi” karangan al-Barudi.
Al-Thanthawi tidak menyebutkan pada tahun berapa tepatnya al-Barudi menganggit lagu “Suriah ya Biladi” tersebut. Yang pasti, lagu tersebut dianggit setelah tahun 1918.

Sementara itu, menurut sumber Nahdlatul Ulama, disebutkan jika lagu “Ya(h)lal Wathon” dianggit oleh KH. A. Wahhab Hasbullah pada tahun 1916 sebagai mars lagu “Syubbanul Wathon” (Pemuda Negeri), sebuah gerakan kepemudaan cinta tanah air yang berbasis di Surabaya, atau sepuluh tahun sebelum NU didirikan (1926).

Membandingkan kedua angka antara tahun anggitan lagu perjuangan Suriah (Anti Suriah ya Biladi) karya al-Barudi, yaitu setelah 1918, dengan tahun anggitan lagu “Syubbanul Wathon” karya KH. A. Wahhab Hasbullah, yaitu tahun 1916, maka dapat dimengerti jika lagu Syubbanul Wathon lebih tua dan lebih dulu dari lagu perjuangan Suriah itu (jika memang betul lagu Syubbanul Wathon dikarang tahun 1916).

Wallahu a’lam.

Jakarta, Dzulhijjah 1439 H/ Agustus 2018
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban