Oleh: Hasna Adilla Pasya dan Nazila Aryanti,
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT terhadap sepasang suami istri. Tentunya setiap pasangan suami istri yang telah menjadi orang tua pun berharap kelak nanti anaknya akan tumbuh menjadi anak yang sholeh, sholehah, berakhlak al-karimah, taat terhadap Allah SWT dan orang tua. Untuk mencapai itu semua, orang tua tentu harus menyayangi dan membimbing anak dengan sepenuh hati. Karena, perilaku anak dipengaruhi gaya pengasuhan yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari termasuk lingkungan keluarga dan pendidikan (Parhan & Kurniawan, 2020 dalam Somad, 2021).
Sayangnya, banyak orang tua yang salah dalam mendidik anak. Orang tua yang cenderung mendidik anak dengan nada suara yang tinggi, memukul. Ada yang kurang memberikan perhatian, dan yang terparah, orang tua bisa menelantarkan anak. Selain itu, ada juga orang tua yang abai terhadap anaknya. Dengan dalih sibuk bekerja, membuat jarang memiliki waktu dirumah dan menyebabkan anak merasa kesepian.
Keluarga merupakan faktor penting dalam perkembangan kepribadian anak. Maka keluarga harus memiliki kehidupannya harmonis, bahagia, damai, aman, nyaman dan tentram (Chadijah, 2018). Hal ini disebut juga dengan keluarga sakinah. Namun hal itu tentu saja bukan suatu yang mudah, maka dari itu butuh banyak persiapan terutama dalam ilmu agama. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (Sofyan, 2018), menjelaskan asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam islam terletak pada ketaqwaan terhadap Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang menikmati keridhaan Allah SWT. Dalam Qur’an Surat Al-Bayyinah: 8
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Artinya: “Balasan mereka disisi Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Dengan begitu keluarga sakinah dapat membentuk karakter anak dalam perkembangannya menjadi lebih baik. Sebuah karakter yang baik hanya dapat muncul dari penjiwaan karakter tersebut. Karakter sendiri dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamental, watak. Imam al-Ghazali juga beranggapan bahwasannya karakter lebih dekat dengan akhlak karena adanya spontanitas manusia dalam bersikap sehingga muncul tidak perlu berpikir kembali. Karakter seorang anak tidak akan muncul secara alami tanpa adanya rangsangan yang positif dan peran orang-orang terdekatnya terutama peran orangtua.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk kepribadian dan watak anak:
- Mengenalkan kepada anak Allah SWT sejak dini
Seorang psikologi yang mengutarakan pendapatnya tentang anak yang masih di dalam kandungan seharusnya sudah mulai di kenalkan kepada Allah SWT. merupakan pendapat menurut Ery Soekresno, seorang konsultan pendidikan di sebuah Yayasan IQRO. Oleh karena itu disunnahkan bagi seorang ibu untuk banyak berzikir saat hamil dan menjauhkan diri dari perkumpulan orang yang melakukan ghibah, bertujuan agar anak hanya mendengar hal-hal yang baik saya (Hyoscyamina, 2011). Seorang laki-laki yang akan menjadi ayah dari calon bayi juga dapat berpartisipasi dengan menempelkan pipinya di perut ibu dan mulai berbicara atau sholat berjamaah bersama dan setelah sholat istri dapat menyimak tilawah sang suami. Maka dari itu, sebagai suami dan istri yang belum memiliki anak perdalamlah ilmu agama dan dekatkan diri kepada Allah swt. terlebih dahulu sebelum menjadi orangtua yang akan kelak mendidik anak menjadi sholeh dan sholeha.
- Menjauhkan kata – kata yang tidak baik dari hadapan anak
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٧
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (QS. 16:78).
Sesuai dengan ayat diatas, seorang bayi akan menangkap perkataan ayah dan ibunya. Karena sama seperti sebuah perekam, bayi menyerap semua hal yang ada di sekitar lingkungannya menggunakan nalurinya. Jiwa nya pun akan terpengaruh. Oleh sebab itu, jika di dekat anak, berbicaralah menggunakan perkataan yang baik, jangan yang buruk (seperti umpatan atau makian).
- Membiasakan anak untuk berkata jujur
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
“Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat kami dan kami jadikan mereka buah tutur yang jujur lebih tinggi”. (QS. Maryam:50)
Cermatlah dalam berkata agar yang kita ajarkan dan yang diucapkan tidak mengandung awal dari kebohongan. Karena orangtua adalah sebuah pedoman bagi anak-anaknya.
- Mendengarkan kritikan/ teguran anak
Mendengarkan serta menghargai kritikan/ teguran dari anak bukanlah suatu hinaan yang akan merendahkan martabat orang tua. Melainkan merupakan anugerah memiliki anak yang kritis. Tetapi sebagai orang tua, ajarilah anak untuk mengkritik dengan baik dan bijak.
- Berbuat adil
Jika kita melihat kakak dengan adik memiliki masalah, atau tidak anak kita memiliki masalah dengan orang lain, berlaku adil lah untuk menyelesaikan masalah. Cari tahu permasalahannya, mana yang salah. Jangan langsung menyalahkan satu pihak saja.
- Luangkan waktu untuk anak
Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak dan mendengarkan keluh kesahnya. Sehingga anak tidak akan merasa kesepian dan hatinya menjadi lega karena tidak memendam permasalahannya sendiri. Seperti di dalam hadits ini yang bertuliskan,
نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحة والفراغ
Artinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (HR. Muttafaqun Alaih).
Maka dari itu, waktu yang diberikan oleh Allah swt. tidak boleh disia-siakan terutama dalam mendidik anak yang kedepannya akan menjadikan generasi beragama.
- Ajaklah anak untuk mengambil ilmu dimana saja
Sebagai orang tua memastikan anak-anak memiliki akses terhadap bacaan yang berkualitas di rumah dan menciptakan suatu lingkungan dimana mereka bisa dapat membaca dan menikmati bacaannya. Memberikan paham bahwasannya ilmu bisa didapat dari berbagai hal siapa saja dan mengajarkan untuk dapat menghargai orang lain.
Sangat penting peran orangtua untuk mempengaruhi karakter anak dari kecil hingga dewasa kelak. Dan memiliki keluarga yang harmonis, bahagia, damai, aman, nyaman dan tentram selayaknya keluarga sakinah. Supaya kelak menjadi anak-anak yang berakal, berakhlak, beriman, dan bertaqwa. Yang menjadikannya sebuah generasi yang baik dan dapat menginspirasi masyarakat maupun bernegara. Itu mengapa jangan sampai sebagai orang tua mengasuh anaknya dengan kekerasan, tidak memberi perhatian, dan penelantaran anak. Karena akan berakibat buruk pada anak.
Daftar Pustaka
Chadijah, S. (2018). Karakteristik Keluarga Sakinah Dalam Islam. Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 14(1), 113–129. https://doi.org/10.31000/rf.v14i1.676
Hyoscyamina, D. E. (2011). PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK. Marine Mining, 10(2).
Sofyan, B. (2018). Building a Sakinah Family. Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan, 7(2), 1–14. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-Nafs/article/view/14544
Somad, M. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Anak. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 13(2), 171–186. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v13i2.882
No responses yet