Jakarta, jaringansantri.com – Setelah kalangan pesantren yang direpresentasikan NU menggelar Muktamar dengan meneguhkan identias keislamannya “Islam Nusantara” dan Muktamar Muhammadiyah dengan “Islam berkemajuan”, di Jakarta pada tahun 2016 menggelar Forum International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) yang diinisiasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Karakteristik keberislaman di Indonesia telah menginspirasi dunia. Sehingga sepanjang tahun 2017, media-media di luar negeri mulai membicarakannya. Harian al-Arab, koran berbahasa Arab yang terbit di London menurunkan tulisan panjang dengan judul Islam Nusantara Madkhal Indonesia li Mujtama’ Mutasamih, artinya: Islam Nusantara adalah gerbang Indonesia menuju masyarakat toleran.
Harian terbesar di Mesir Al-Ahram dan al-Masry al-Youm juga memotret Islam Indonesia yang ramah dan toleran, khususnya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Ketika Islam Nusantara menjadi perbincangan di media berbahasa Arab, maka hal tersebut akan menjadi dentuman yang dahsyat. Pasalnya, dunai Arab saat ini sedang menghadapi tantangan yang cukup serius perihal maraknya ekstremisme dan terorisme.
Bahkan, pada 24 Oktober 2017, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdulaziz berjanji pada kekuasaannya nanti, negaranya bakal menerapkan konsep “Islam moderat dan terbuka”, yang ramah bagi semua agama dan juga dunia. Mohammad juga meminta dukungan global untuk membantu mengubah wajah “garis keras” di negara kerajaan itu menjadi sebuah negara terbuka, yang bisa memberdayakan semua potensi, dan terbuka bagi investasi asing.
Ia mengatakan kembali ke ‘Islam moderat’ merupakan kunci dalam rencananya untuk memodernisir negara kerajaan itu. Ia mengatakan 70% penduduk Arab Saudi berusia di bawah 30 tahun dan mereka ingin ‘kehidupan dengan agama yang diwujudkan menjadi toleransi’. Dengan mengusung poros Saudinesia, seorang Dubes RI di Saudi Arabia, Agus Maftuh yang juga dari kalangan santri, meneruskan gagasan Muhaimin Iskandar sebagai Panglima Santri Nusantara yang menitipkan Islam Nusantara agar makin dipahami dan digandrugi di Timur Tengah.
Upaya dari kalangan umat Islam di Indonesia ini penting karena Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, yang tentu akan terpapar dampak revolusi Arab Saudi ini yang ingin mengembangkan Islam Moderat. Setidak-tidaknya hal ini terkait erat dengan konfigurasi paham, pola dan gerakan Islam di Indonesia. Jika ditilik melalui teori pusat (central) dan pinggiran (pheripherial), Arab Saudi adalah kiblat bagi umat Islam–tidak hanya karena dua kota suci Mekkah dan Madinah berada, tetapi karena posisinya vital bagi perkembangan dan pertumbuhan Islam di Indonesia.
Dalam hal ini, sebagai negara pinggiran, apa yang terjadi di pusat sedikit banyak akan mempengaruhi Indonesia sebagai negara pinggir dalam konteks peradaban Islam. Isu dan debat keagamaan di Indonesia, setidaknya, sejak dua dekade belakangan, tidak bisa dilepaskan dari isu sosial keagamaan dan politik yang terjadi di Arab Saudi dan Timur Tengah: konflik Israel-Palestina, ketegangan ideologis dan politik antara Sunni dan Syiah, dan yang terbaru perang satelit (proxy war) di Yaman, Syiria, dan Lebanon.
Selain Saudi, pada 25 November 2017 Rusia juga ingin belajar Islam di Indonesia yang dikenal moderat melalui NU dan Muhammadiyah. Pemerintah Rusia mengajukan permintaan ke NU dan Muhammadiyah untuk mengirim 500 imam masjid untuk bekerja 2 tahun ke seluruh Rusia. Rusia sendiri, dan beberapa negara seperti Libanon, Yunani dan Lithuania, sudah dikabarkan pada tahun lalu telah tertarik dengan Islam Nusantara.
Seperti diketahui, Islam adalah agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di Rusia. Sejarah mengatakan, masyarakat muslim Rusia telah hidup secara berdampingan secara damai dan aman bersama masyarakat non-muslim, salah satunya para pemeluk Ortodoks. Populasi sejumlah daerah di Rusia secara tradisional adalah penganut ajaran Islam. Daerah-daerah ini diantaranya adalah wilayah di Kaukasus Utara seperti Ingushetia, Chechnya, Dagestan, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia serta Tatarstan dan Bashkortostan.
Sumber : Islam Nusantara Center (INC)
Comments are closed