“Sampai sekarang saya masih percaya bahwa Kyai Maftuh tidaklah meninggal karena beliau adalah Ahli Al-Qur’an dan Ahli Dzikir”
(KH. Ahmad Anshari)

Begitulah kesan yang amat mendalam dari seorang guru tentang murid sekaligus kawan karibnya yang telah berpulang ke Rahmatullah hampir tiga tahun silam. Kyai Anshari tidak pernah menganggap bahwa seorang yang sudah berpulang ke Rahmatullah itu wafat.

Saat terdengar berita kewafatan KH. Maftuh Said pada Senin, 21 Agustus 2017 di Malang, tiba-tiba kata Kyai Anshari, Kyai Maftuh dalam wujud ruhaniyahnya datang menghampirinya. Sahabatnya tersebut mengabarkan bahwa sebenarnya dirinya tidaklah meninggal dunia.

Peristiwa ini kembali dialami oleh Kyai Anshari saat berumrah ramadhan setahun setelah wafatnya Kyai Maftuh. Sudah menjadi keistiqomahan bersama teman seperjuangan tersebut berumrah bersama di setengah akhir bulan Ramadhan. Namun karena Kyai Maftuh telah wafat, berangkatlah Kyai Anshari dengan tanpa didampingi oleh sahabatnya tersebut.

Sampai suatu ketika, kejadian ghaib kembali terjadi. Saat beliau sedang thawaf berkeliling Kakbah al-Musyarrafah, terlihat dengan jelas dengan mata kepala beliau bahwa kawan akrabnya tersebut juga sedang thawaf, bahkan terlihat Kyai Maftuh sempat menoleh menghadapnya, namun beliau segera berlalu.

Kisah diatas sempat diungkap oleh KH. Zulfan Syahnsyah At-Tijani yang juga muqoddam Thariqah Tijaniyyah dua tahun silam. Dan setelah saya tabayunkan ke Kyai Anshari, maka benarlah informasi yang pernah dishare oleh menantu Kyai Maftuh dari Singaraja, Bali di laman media sosialnya tersebut.

Beberapa waktu yang lalu, Kyai Anshari juga didatangi ruh Kyai Maftuh. Beliau mengharap kepada sahabatnya tersebut untuk berkenan berziarah ke makamnya di Kompleks Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah, Sudimoro, Bululawang, Malang. Sepintas kisah diatas sulit dinalar, bagaimana mungkin seseorang yang sudah dikebumikan, seakan akan kembali hidup. Namun tenyata peristiwa diatas sebenarnya telah difirmankan oleh Allah SWT:

وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ

“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah: 154)

Baik Kyai Anshari maupun Kyai Maftuh adalah Muqoddam Thariqah Tijaniyyah yang amat besar jasanya dalam menyebarkan tarekat yang didirikan oleh Sayyidi Syaikh Ahmad at-Tijani RA. dari Fez, Maroko. Kedua ulama ini dipertemukan pertama kali sekitar tahun 1995.

“Saya mulai dekat dengan Kyai Maftuh sekitar bulan Agustus 1995. Saat itu sayalah yang mengundang Syaikh Idris bin Muhammad bin Abid al-Husaini at-Tijani (w.2009) seorang Khalifah Thariqah Tijaniyyah dari Maroko. Saya pula yang membiayai perjalanan keliling ke berbagai tempat di Indonesia ini, termasuk ke Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah asuhan Kyai Maftuh yang didirikan pada 28 Juli 1983” ujar Kyai Anshari

Kyai Anshari sendiri mulai bergabung thariqah Tijaniyyah, yaitu ketika masih bermukim di Mekkah sekitar tahun 1983. Saat itu beliau yang bermukim di tanah suci 1975 sampai 1995 ini berjumpa dengan almaghfurlahu KH. Badri Masduqi, seorang muqoddam yang juga mendirikan Pondok Pesantren Badri Duja, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo yang menjadi besan dari Kyai Maftuh Sa’id (Nyai Hj. Hafsoh menikah dengan KH. Mustofa Badri, putra pertama KH. Badri Masduqi)

Sanad thariqah tijaniyyah di Jawa kata beliau, kebanyakan tergolong nazil (rendah) yakni 12 tingkatan. Kyai Maftuh berbai’at thariqah kepada Syaikh Muhammad bin Yusuf, Ampel, Surabaya. Begitu juga Habib Ja’far Baharun yang belum lama berpulang ke Rahmatullah sebelumnya telah berbaiat kepada KH. Muhammad Cirebon. Maka dengan kehadiran Syaikh Idris at-Tijani yang dikenal sebagai ahli hadist dan Dosen di Universitas tertua di dunia Qarawiyyin Maroko ini, maka sanad masyayikh tijaniyyah menjadi aly (tak sampai 10 tingkatan).

Kyai Anshari juga berperan dalam membebaskan tanah untuk perluasan Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah untuk santri putra. Dan Alhamdulillah dengan izin Allah tanah tersebut dapat terbeli dan saat ini telah terbangun, masjid, tiga asrama besar dan lokal kelas panjang membentuk huruf U. Dan saat ini beberapa hektar di sekitar pesantren juga sudah dibeli dan rencana untuk perluasan Al-Munawwariyyah kedepan.

Saat ini, Kyai Anshari selain berkedudukan sebagai Khalifah Thariqah Tijaniyyah khususnya untuk muqoddam dan ikhwan di Sumatera dan Kalimantan ini juga telah membuka Ma’had Anshari li tahfidz Al-Qur’an di Kota Banjarmasin (putri) dan Batakan, Tanah Laut. Rencana beliau juga akan membuka pesantren baru di Nunukan, Kalimantan Utara, Kapuas, Kalimantan Tengah, Amuntai, Kalimantan Selatan dan di beberapa sudut lainnya. Dari semua pesantrennya semua beliau bebas biaya atau gratis.

Ketika saya bertanya kepada beliau tentang apa kenangan yang begitu membekas dari Kyai Anshari kepada guru kami, maka beliau menjawab:
“Kenangan indah pada sosok Kyai Maftuh, adalah keberhasilan beliau empat anak saya seperti Khatim Kanan, Fathi Ahmad dan kedua kakaknya mampu menjadi penghafal Al-Qur’an 30 Juz” ungkap Kyai kelahiran tahun 1956 ini

Meski tak lama bisa bersilaturahmi dengan sahabat dekat guru kami, namun banyak hikmah yang saya dapatkan. Dan sebelum melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Batulicin, Tanah Laut beliau mengijazahkan wirid yang telah diamalkan di Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah setiap menjelang adzan maghrib, yakni

يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ

… rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,

(QS. An-Nahl, Ayat 112)

Wirid diatas berasal dari beliau sendiri lewat sebuah ilham yang datang kepadanya. Wirid tersebut dibaca sebanyak 114 kali dengan diawali membaca istighfar, sholawat al-fatih tiga kali dan ditutup sholawat fatih tiga kali. Insya Allah wirid ini yang menjadi satu kunci sukses Kyai Maftuh dalam pesatnya pembangunan pesantren Al-Munawwariyyah yang belum lama ini telah menginjak usia ke-37 tahun ini.

Wallahu A’lam

Amuntai, 15 Dzulhijjah 1441 H

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *