Tadi saya berkesempatan mengisi acara di pertemuan para wali santri Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. Acara sesungguhnya adalah pembagian rapor para siswa. Lalu sekalian dijadikan ajang silaturrahmi bersama pengasuh dan para dewan asatidz untuk memperbincangkan banyak hal plus evaluasi proses belajar mengajar sampai saat ini. Diakui atau tidak, proses belajar online memiliki banyak kelemahan. Ini menjadi tantangan utama bagi tim pengelola pendidikan bagaimana caranya untuk mempersembahkan secara maksimal apa yang bisa dilakukan.
Dalam kesempatan itu, saya berbicara hal makro, terutama tentang kebulatan tekad dan niat para pengajar dan wali santri untuk mengantarkan putera-puterinya ke kehidupan yang baik dan penuh berkah. Majlis ilmu, dalam berbagai bentuknya, adalah majlis penuh berkah. Ka’ab al-Ahbar berkata: “Andai saja pahala majlis ta’lim (pengajian dan pengajaran agama) itu ditampakkan secara jelas pada manusia, maka para pemilik kantor (tempat kerja) itu akan meninggalkan pekerjaannya dan para pemilik toko (mall) akan meninggalkan toko (mall)nya untuk menuju ke majlis ta’lim itu.”
Yang terjadi kini bagaimana? Banyak manusia meninggalkan majlis ta’lim demi yang lainnya. Banyak yang enggan mengaji tapi terus berada dalam toko atau mall. Urusan duniawi sepertinya lebih menarik bagi sebagian manusia. Padahal, kata kitab yang saya baca, dunia ini diberikan oleh Allah kepada orang yang Allah sukai dan kepada yang tidak Allah sukai. Sementara ilmu agama itu diberikan Allah hanya kepada orang yang Allah suka. Begitu mulianya mereka yang dipilih Allah untuk dianugerahi ilmu agama yang barakah.
Ada banyak orang yang begitu perhitungan dengan biaya pendidikan anakknya, untuk kekokohan hatinya dalam iman dan Islam, sementara tidak perhitungan sama sekali untuk kepentingan perut dan kenyamanan lidahnya yang hanya bersifat sementara itu. Padahal, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, Allah menjamin rizki para pencari ilmu. Menurut penjelasan Habib Abdullah Alawi al-Haddad, orang tua atau wali murid/santri pasti akan dimudahkan rizkinya selama niatnya tulus ikhlas membiayai anaknya mengaji, belajar agama. Masih tak percayakah?
Dalam pertemuan itu akhirnya saya mengajak semuanya untuk bersama-sama tulus ikhlas dan semangat dijalan keilmuan ini, jihad fi sabilillah dalam makna membangun generasi yang kuat mental agamanya menatap masa depan yang sangat penuh dengan ketidakpastian. Mari kita bersama masuk dalam kelompok ini, kelompok pejuang pendidikan. Yakinlah ada keberkahan di sini.
No responses yet