Ciputat, jaringansantri.com- Banyak yang tak tahu kalau ada orang keturunan Indonesia yang menjadi pelopor drama sastra Arab modern. Namanya adalah Ali Ahmad Bakatsir, seorang sastrawan keturunan Yaman dan Indonesia. Sosok ini diulas oleh Ajengan Ginanjar Sya’ban dalam kajian yang bertema ‘’Kontribusi Ulama Nusantara untuk Peradaban Islam Modern’’ di Islam Nusantara Center, Sabtu (18/11).

‘’Ibu Ali Ahmad Bakatsir adalah orang Surabaya. Ia hidup pada tahun 1910-1969. Masa kecilnya belajar di Mekah dengan ulama-ulama Nusantara. Kemudian ia pindah ke Mesir mengggeluti sastra. Kontribusinya sangat nyata di bidang sastra. Ia dikenal sebagai novelis, cerpenis dan penulis skenario drama,’’ ujarnya.

Ginanjar menunjukkan beberapa karya  Ali Ahmad Bakatsir, diantaranya salamah al-qis, waa islamah, lailatun nahr, dan lainnya. Ia mengungkapkan kalau novel waa islamah  adalah novel yang berisi kisah jatuhnya Yerussalem. Bahkan, karya Ali Ahmad Bakatsir ada yang difilmkan.

Selain itu, Ginanjar juga menceritakan sosok Abdul Wahab Asyi dari Aceh pelopor jurnalistik dan pimpinan redaksi Shout al Hijaz pada tahun 1931,  Muhammad Basyuni Imran yang  melayangkan surat kepada majalah  al-Manar dengan pertanyaan kenapa orang muslim tebelakang dan non muslim maju?

Dosen STAINU ini juga menceritakan sosok Soekarno di mata Liga Arab, Kontribusi AR Baswedan dan Agus Salim yang membuka hubungan diplomatik Indonesia-Mesir, Syekh Yasin Padang serta kontribusi ulama perempuan seperti Syaikhah Fatimah yang masyhur sebagai ulama hadis dan Rahmah El Yunusiah yang perjuangannya menginspirasi Grand Syaikh Abdurrahman Taj untuk mendirikan Kulliyat al-Banat al-Islamiyyah di Universitas Al-Azhar Kairo. (Zainal)