Tangerang Selatan, jaringansantri.com – Dalam kajian mingguan Sabtu 2 Desember, Islam Nusantara Center (INC) mengangkat tema “Kajian Al-Qur’an di Tatar Sunda : Distingsi Lokalitas Tafsir untuk Peradaban Islam Nusantara”. Mendatangkan akademisi Dr. Jajang A. Rohmana dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kenapa tafsir Sunda, Jajang mengungkapkan 3 alasan penting, antara lain kajian tafsir Nusantara cenderung didominasi kajian tafsir Melayu-Indonesia dan Timur Tengah, Ekspresi lokalitas tafsir Sunda sebagai representasi kreatifitas tafsir Nusantara, dan Pengaruh budaya Sunda dalam tafsir dan indigenisasi Islam di tatar Sunda.
Hal tersebut dapat ditemukan dalam unsur-unsur keunikan dan kekhasan yang terkandung dalam Tafsir Al-Qur’an bahasa Sunda. Diantaranya yang pertama adalah unsur bahasa alam Pasundan. Jajang mengatakan “di sini penafsir sunda berusaha menyelami perasaan orang sunda dan menggunakan realitas alam di sekitarnya sebagai bagian dari penafsiran al-Qur’an.”
“Menafsirkan dengan meminjam simbol-simbol alam pasundan. Seperti tafsirnya Haji Hasan Mustapa ketika menafsirkan al-Baqarah : 256,” tambahnya.
Kedua adalah unsur tatakrama atau tingkatan bahasa sunda. Ada perbedaan kata yang sangat tegas. Misalnya tafsirnya Ahmad Sanusi ketika menggunakan kata berbeda dalam mengartikan “qola” atau “mengatakan” dalam surat al-A’raf ayat 12 dimana Iblis berhadapan dengan Allah.
“Ini sangat sulit dipahami oleh anak muda zaman now. Rumit katanya. Berbahasa sunda saja bagi mereka tidak laku,” ujar Jajang.
Unsur ketiga dalam tafsir Sunda, menurut dosen fak. Ushuludin Bandung ini adalah ungkapan tradisional Sunda yang mempunyai makna simbolis yang diambil dari bahasa tradisional.
Keempat, lanjut Jajang, lokalitas latar sosial juga menjadi penting bagi penulisan tafsir sunda. Sedangkan kelima adalah Puitisasi lokal Al-Qur’an. Seperti Dangding dan Pupujian Al-Qur’an. “ditafsirkan dengan makna simbolis,” katanya.
Terakhir Jajang menyampaikan pesan bahwa kebijaksanaan lokal itu sangat penting. “Kita sebagai calon penerus studi Islam di Indonesia untuk memperkaya kajian tafsir lokal Islam. Karena tidak kalah dengan tradisi di luar sana” pungkasnya.(Wahid).
Comments are closed