Jelajah Turats A Ginanjar Sya’ban
Kamis (18/7) kemarin saya mendapat kehormatan untuk menengok sejumlah manuskrip dan arsip-arsip penting peninggalan Almarhum KH. Abdul Halim Iskandar (1887-1962) dari Majalengka, salah satu tokoh besar sejarah gerakan Islam modern, pendiri organisasi “Persjarekatan Oelama” (1917) dan “Persatuan Umat Islam” (PUI, 1952 bersama KH. Ahmad Sanusi Sukabumi).
Saya bersama Bapak Amin Ridwan dan Bapak Sofyan Sahuri Sofyan Sachuri (Perguruan Darul Ulum Majalengka rintisan KH. Abdul Halim), juga Bapak Asep (Perguruan Santi Asromo Maja yang didirikan KH. Abdul Halim) berkesempatan “membedol” lemari perpustakaan pribadi peninggalan KH. Abdul Halim Iskandar yang sejak sekian lama “terbiarkan” begitu saja termakan putaran zaman.
Ditemukan di sana beberapa koleksi literatur berharga, dari manuskrip (naskah kuno tulis tangan), arsip-arsip, kitab-kitab cetakan tua (mathbu’at qadimah), hingga tesis KH. Abdul Karim Halim, putra KH. Abdul Halim, di Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo, Mesir, pada tahun 1965 dengan tajuk “Sejarah Gerakan Islam di Indonesia dan Keterpengaruhannya oleh Gerakan Pemikiran Arab”.
Sebelumnya, saya juga mendapati beberapa peninggalan intelektual KH. Abdul Halim Iskandar yang tercecer di beberapa edisi majalah tua koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) di Jakarta, termasuk sepucuk surat berbahasa Arab yang dikirim oleh KH. Abdul Halim kepada Majalah al-Manar asuhan Sayyid Rashid Ridha yang berbasis di Kairo, Mesir, pada tahun 1930-an.
Tentu, peninggalan arsip-arsip lawas KH. Abdul Halim Iskandar di atas menjadi sumbangsih yang sangat penting dan dapat memberi manfaat yang amat besar bagi dunia pengetahuan dan peradaban Islam di Indonesia jika dapat dirawat, dilestarikan, diteliti, dan dikaji lebih jauh, utamanya oleh generasi masa kini agar tidak terputus rantai sejarah mereka, baik secara genealogi organisasi atau pun pemikiran.
Sejumlah peninggalan “harta karun peradaban” di atas juga dapat menjadi penanda dan pengingat zaman bagi generasi saat ini, bahwa Majalengka pernah menjadi salah satu pusat perkembangan sejarah gerakan Islam Indonesia yang sangat penting, khususnya di awal abad ke-20 M, melalui sejumlah tokoh besarnya semisal KH. Abdul Halim Iskandar dan juga KH. Abdul Halim Kedung Leuwimunding (w. 1972, salah satu tokoh pendiri NU di Surabaya pada tahun 1926).
3 Responses