Kalau hari ini kita melihat ada 2 Kiai yang berbeda pandangan dalam hal berorganisasi tidak perlu heran, sebab sebenarnya sudah ada sejak dulu.

Guru saya Ust Muslim, santri Kiai Hunain Lekok Pasuruan, pernah bercerita kepada saya bahwa saat para Kiai mendirikan organisasi NU, ada seorang Kiai yang yang mengeritik dengan menyampaikan separuh Bait Alfiyah Ibnu Malik kepada KH Hasyim Asy’ari:

كَمُبْتَغِي جَاهٍ وَمَالًا مَنْ نَهَضَ

“Orang Nahdlah (bangkit) itu seperti orang yang mencari jabatan dan harta”.

Tidak kalah alim di bidang gramatika Arab, Kiai Hasyim Asy’ari menjawab dengan seperempat Bait Alfiyah pada Bab Inna wa Anna:

وَرَاعِ ذَا التَّرْتِيْبَ

“Jagalah ketertiban”

Maksud Kiai Hasyim Asy’ari, beliau mendirikan organisasi NU adalah untuk mengorganisir, bukan mencari tujuan duniawi.

Tipikal para Kiai di NU itu beragam, ada yang tipe ‘keras’, ‘kurus’, suka ‘keris’ juga ada. Ada yang di jalur struktur, di jalan kultur, di bagian ‘ahli sembur’, masa-masa politik menjadi ‘ahli catur’, asalkan bukan kiai ngawur. Ada juga tipe kiai indoor (di pondok terus), ada yang outdoor, bakat jadi door to door, bahkan kiai model koboi Dar Der Dor. Tapi tentu semua mereka lakukan untuk kemaslahatan santri dan masyarakatnya.

Lengkap sudah. Kita nikmati saja keindahan karakter yang lengkap dan komplit dari para kiai kita. Tinggal cocokkan saja jiwa kita untuk makmum kepada kiai panutan kita, tanpa menjelekkan kiai-kiai yang lain.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *