Jelajah Nusantara A Ginanjar Syaban di Ambon

Jaringansantri.com . Benteng Amsterdam di Leihitu, Maluku Tengah. Pada mulanya bangunan in adalah loji Portugis yang didirikan pada masa Fransisco Serrao tahun 1512, sebagai pos pertahanan sekaligus gudang pendistribusian rempah-rempah pada jalur niaga Asia-Eropa.

Tahun 1511, Portugis menaklukkan Kesultanan Malaka yang kaya. Setahun kemudian, 1512, Kesultanan Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus (kelak menjadi Sultan Demak), membawa ratusan armada pasukannya untuk mengepung Malaka guna mengusir Portugis darinya. Pengepungan Demak gagal. Portugis kian di atas angin. Gerak mereka terus menuju arah Timur Nusantara: menjamah pulau-pulau rempah di Jazirah al-Muluk (Maluku) yang kaya raya.

Rupanya di Kepulauan Maluku, Portugis ditakdirkan bertemu dengan “saudara tua”-nya: Spanyol. Portugis dan Spanyol pada akhir abad ke-15, setelah kejatuhan Kesultanan Islam Granada di Andalus (1492), keduanya sama-sama berlayar dari Iberia guna mencari pulau rempah yang kaya dan berkehendak menjadi pemain tunggal dalam perdagangan komoditas itu untuk pasar Eropa. Keduanya pun berlayar dengan menempuh jalur baru: Spanyol ke arah barat (lewat Atlantik), Portugis ke arah selatan lalu Timur (menyusuri Afrika lalu Samudera India). Spanyol tiba di Kepulauan Maluku dari arah Amerika dan Filipina, sementara Portugis dari arah Samudera India, Sumatra, dan Jawa.

Maluku adalah kepulauan yang memang sejak awal dicari-cari Portugis dan Spanyol. Dari kepulauan itulah segala jenis produk rempah yang harganya sangat mahal di pasar Eropa dan Timur Tengah itu berasal, utamanya cengkih dan pala. Satu gram pala pada saat itu saja hampir seharga dengan satu gram emas. Saat itu, yakni pada abad ke-16, yang menguasai dunia dagang Timur Tengah dan Eropa adalah Kesultanan Mamluk di Mesir dan Suriah juga Kesultanan Ottoman (yang setengah abad sebelumnya baru saja menaklukkan Kota Konstantinopolis).

Portugis dan Spanyol ingin ikut bersaham dalam dunia niaga rempah yang menguntungkan itu. Namun mereka harus mencari jalur dagang baru yang berlainan dengan jalur dagang konvensional yang saat itu masih berada dalam genggaman kekuasaan Kesultanan-Kesultanan Muslim di Timur Tengah: Mamluk dan Ottoman.

Tahun 1512, Portugis lebih dahulu sampai di Kepulauan Maluku, lalu disusul oleh Spanyol. Namun, dua “saudara” yang (kembali) bertemu di kepulauan impian mereka itu justru bukan untuk saling melepas rindu dan berbagi kongsi, namun untuk berseteru dan berperang.

Saat itu di Kepulauan Maluku ada dua kesultanan Islam yang kaya, yaitu Ternate dan Tidore. Portugis bersekutu dengan Ternate, sementara Spanyol berseteru dengan Tidore. Sejarah peperangan Ternate-Portugis vis a vis Tidore-Spanyol ini pun menjadi salah satu babakan perang paling rumit dan sengkarut dalam sejarah peradaban manusia. Kesultanan Islam Nusantara-Kerajaan Kristen Eropa saling bersekongkol untuk berperang melawan sesama Kesultanan Islam Nusantara-Kerajaan Kristen Eropa yang lain. Tentu, motifnya bisa ditebak: merebutkan harta melimpah kekayaan niaga rempah.

Di tahun 1512 itu jugalah, Portugis membangun lojinya di Leihitu, sebagai gudang pendistrbusian rempah-rempah sekaligus pos pertahanannya. Sengkurat konflik Ternate-Portugis vis a vis Tidore-Spanyol sendiri baru bisa diselesaikan dalam Perjanjian Zaragoza pada tahun 1529: tahun yang sama ketika pasukan besar Ottoman dibawah pimpinan Sultan Sulaiman al-Qanuni mengepung benteng kota Vienna yang menimbulkan ketakutan luar biasa di jagat Eropa saat itu.

Namun di Leihitu, Portugis harus menghadapi kekuatan kesultanan Islam yang lain di sana: Kesultanan Hitu. Sepanjang keberadaan Portugis di lojinya itu, mereka terus menerus mendapatkan rongrongan dari orang-orang Hitu.

Memasuki abad ke-17, Perusahaan Dagang Belanda (VOC), datang ke Kepuluan Nusantara untuk ikut serta dalam dunia niaga rempah yang mendatangkan kekayaan melimpah. VOC datang dan berperang dengan Portugis. Keduanya berebut pengaruh, dan tentu saja berebut tirkah harta kekayaan niaga. Tahun 1605, VOC berhasil mengalahkan Portugis di Maluku dan mengusir mereka dengan bantuan Kesultanan Hitu. Loji Portugis di Leihitu pun diambil alih VOC dan dikembangkan menjadi sebuah benteng yang lebih besar dan kokoh. Benteng itu kemudian dinamakan New Amsterdam.

Teluk Ambon, 11 Agustus 2018 Meneer Jerry