Sisi Lain Dari Matan Al-Jurumiyah:
Nun-fiil mudhori’: perbuatan dan kebeningan hati (tsubutunnun-ثبوت النون)
واما النون فتكون علامة للرفع فى الفعل المضارع اذا اتصل به ضمير تثنية او ضمير جمع او ضمير المؤنثة المخاطبة.
Tetapnya Nun Menjadi tanda baris dapan hanya ada pada fiil mudhari’ apabila menyambung dengan damir tastniyah, (يفعلان -تفعلان) dhamir jama’ (يفعلون -تفعلون )dan dhamir muanastaril mukhatabah.(تفعلين).
Dari redaksi di atas dapat dipetik inspirasi positif sebagai berikut:
Pekerjaan yang baik dan berkesinambungan akan selalu dikenang sepanjang masa disebabkan karena tiga faktor utama:
Pertama: dhamir tastniyah:
Dhamir adalah maknanya bisa hati bisa juga ada yang tak terungkap dengan pandangan orang lain.
Hati manusia harus terisi dengan dua hal: Hati yang bersendikan syariah dan hati yang bersendikan makrifat.
Dua damir ini harus menyatu salam dimensi kekuatan keislaman dan keimanan.
Kedua: dhamir jam’in
Kekuatan hati yang paling urgensi adalah kekuatan hati yang teriisi dengan tiga hal utama: islam, iman dan ihsan. (jama’) yang kesemuanya termasuk dalam aspek syariah, hakikah dan makrifah.
Semua kekuatan ungkapan, perbuatan, kekuatan situsional terletak pada posisi hati.
Di sinilah esensi ketetapan nun sebagai tanda rafa bagi fiil mudharik.
Ketiga: dhamir muannats mukhatabah
Kekuatan mental dan fisik terletak pada kekuatan naluri dan jiwa berinteraksi dengan penuh keikhlasan dan kesadaran.
Jiwa yang selalu berdialog dengan penuh kelembutan.
Kesuksesan haqiqi adalah kesuksesan menata hati dan mampu berdialog dengan hatinya. Mampu mengendalikan perasaan hati yang terkadang sering terlarut dalam ketidakpastian dan ketidaktenangan.
Dhamir mannats mukhatabah memberikan eksistensi kekuatan nun yang selalu berdengung dalam relung hati sanubari yang terungkap dalam tarikan nafas kehidupan.
No responses yet