Wahai pecinta, jika kau sedang sendiri tanpa kekasih menyertaimu, maka bersabarlah, dan lakukan pekerjaan yang bisa menjadi pelipur rasa rindumu. ketahuilah, sesungguhnya kesabaran bisa menenangkan jiwa, mendamaikan pikiran, memperbarui semangat, dan menyegarkan batin. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang yang sedang tidak bersama kekasihnya, tergantung dari kemungkinan dan keadaan yang sedang dihadapinya.

Hal pertama yang dapat ia lakukan adalah pergi mengunjungi kekasih. Berkunjung ke rumah kekasih merupakan salah satu kegiatan yang sangat diidam-idamkan oleh orang yang sedang jatuh cinta, dan merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan, ketika satu sama lain dengan malu-malu dapat saling mengungkapkan perasaan cinta. Ada dua macam kunjungan, yaitu kunjungan orang yang jatuh cinta (muhibb) kepada orang yang dicintai (mahbûb). Dalam kunjungan seperti ini banyak hal yang dapat dilakukan oleh keduanya. Jenis kunjungan yang kedua adalah kunjungan orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya. Biasanya dalam kunjungan seperti ini yang dapat dilakukan hanyalah saling mencuri pandang dan bicara seperlunya. Terbatasnya tindakan yang bisa dilakukan mungkin karena yang dikunjungi tidak menyangka kekasihnya akan datang berkunjung. Tentang hal ini aku bersyair:

Seandainya ia datang berkunjung tiba-tiba
Aku rela walau hanya dapatkan isyarat mata
Perjumpaan denganmu cukup sehari sekali
Tak hendak aku menghasratkan yang lebih
Yang penting bagiku, rindu hati ini terobati

Meski sekadar curi-curi pandang dan bicara seperlunya sudah dirasa cukup, namun saling mengucap salam dan berbicara panjang lebar tentu akan lebih menyenangkan. Syair yang hendak kulantunkan berikut,
Aku rela meski sekadar tegur sapa
Dan setelah itu kita segera berpisah

hanya cocok bagi orang yang memiliki kesempatan yang sangat terbatas dan ia kurang pandai menggunakan peluang yang sempit tersebut. Dalam perjumpaan singkat semacam ini setiap orang bisa melakukan tindakan yang berbeda tergantung dari peluang yang dimiliki dan kemampuan masing-masing untuk menggunakan kesempatan yang ada. Aku tahu ada orang yang berkata kepada kekasihnya: “Berjanjilah untuk berkunjung kepadaku. Walau kau tak suka, bilang saja suka!” dengan tujuan untuk menyenangkan dirinya dengan janji kekasihnya, meskipun ia tahu bahwa kekasihnya tidak berniat untuk mengunjunginya. Tentang perbuatan orang seperti ini aku bersyair:

Jika kau tak berniat berjumpa
Berjanjilah kan datang meski kau tak suka
Setidaknya aku senang mendengar janjimu
Hati ini lama tersiksa karena kau tak datang jua

Bukankah dia yang tersesat dalam kegelapan malam
Cukup senang dengan kilatan cahaya di ufuk semesta

Salah satu peristiwa yang hendak kukabarkan kepadamu adalah peristiwa yang aku, dan beberapa orang yang sedang bersamaku, saksikan secara langsung. Kami melihat seorang sahabat kami dilukai oleh orang yang dicintainya dengan pisau. Lalu aku melihat dia mencium lukanya itu dan tak henti-henti mengelus-elusnya. Tentang tingkah laku orang seperti ini kugubah sebuah syair:

Mereka bilang, dia yang kau cinta telah membuatmu luka
Dan aku bilang kepadamu, sungguh dia tak pernah melukai
Justru setiap aliran darahku merasakan kedekatan kepadanya
Sehingga setiap bulir darah berlomba keluar mendekatinya

Hal lain yang dapat dilakukan oleh orang yang sedang tidak bersama kekasihnya adalah memandangi benda yang pernah diberikan oleh kekasihnya dengan penuh keceriaan dan kegembiraan. Hal ini setidaknya dapat memberi efek yang baik bagi hati yang sedang dilanda rindu dan jiwa yang sedang gelisah. Peristiwa semacam ini seperti ini terdapat dalam Alquran ketika Allah Swt. mengisahkan kepada kita peristiwa kembalinya penglihatan Nabi Ya‘qûb setelah ia mencium baju milik Yûsuf as. Tentang hal ini aku mempunyai syair:

Saat aku sedang berada jauh dari sang pujaan
Dan hatinya tak juga tergerak untuk berjumpa
Kupandangi pakaiannya setiap saat rindu melanda
Atau kupandangi apa pun yang pernah ia berikan

Ya‘qûb, nabi pembawa hidayah, melakukan hal serupa
Ketika kesedihan menimpa karena Yûsuf terpisah darinya
Ia cium baju Yûsuf, tumpuan hati, yang tertinggal di rumah
Seketika penglihatan Ya‘qûb kembali seperti sediakala

Sepasang kekasih yang sedang memadu cinta pasti akan memberikan hadiah kepada pasangannya masing-masing, baik seikat bunga mawar atau bunga lainnya, atau pun benda-benda unik lainnya yang dapat dijadikan sebagai pelipur rindu di kala mereka berjauhan.

Jika kau hendak memberikan hadiah kepada kekasihmu, janganlah kau berikan sepotong kayu siwak (semacam sikat gigi dari kayu khusus) yang pernah dipakai atau mashthakâ (kayu yang biasa dibakar untuk dijadikan alat penerangan) yang pernah dibakar.

Alih-alih menjadi pelipur rindu dan penyegar rasa, benda-benda seperti itu malah akan membunuh rindu dan membuat enggan untuk berjumpa. Aku pernah menggubah sebait syair tentang kayu siwak bekas yang dijadikan sebagai hadiah percintaan:

Kulihat jelas air ludah tergenang di atasnya
Setelah itu cinta dan rinduku hilang tak tersisa

Seorang sahabatku suatu ketika bercerita tentang Sulaymân ibn Ahmad, seorang penyair, yang mengisahkan pengalaman pertemuannya dengan Ibn Sahal, penguasa pulau Sisilia. Sulaymân mengatakan bahwa Ibn Sahal memiliki rupa yang sangat tampan. Pada suatu hari ia melihatnya sedang berjalan-jalan di tempat rekreasi, sementara seorang wanita yang dilaluinya terpaku menatapnya. Setelah Ibn Sahal menjauh, wanita itu berjalan menghampiri jejak-jejak kaki Ibn Sahal. Lalu ia menciumi jejak kaki itu. Tentang perbuatan wanita ini aku memiliki beberapa bait syair. Salah satunya kusampaikan di sini:

Mereka mencela saat aku mengikuti jejak kakinya
Seandainya mereka tahu, tentu mereka iri padaku

Wahai penghuni bumi, kenapa tak bertanya
Mengapa aku bertingkah seperti kau lihat
Ambillah tanah dari bekas jejak kakinya
Aku jamin kalian takkan cemoohkan aku

Setiap jengkal tanah bekas jejak kakinya
Adalah tanah yang indah tak terbantahkan
Itulah yang dilakukan Samiri, pengikut Musa
Ia lihat jejak-jejak Jibril melintas di depannya
Ia bentuk dari tanah itu anak sapi yang bersuara

Bait syair berikut ini masih tentang keindahan jejak sang kekasih:
Diberkatilah tanah yang pernah kau jejaki
Diberkati dia, mengambil tanah bekas jejaknya
Baginya, setiap kerikil tanah itu bagaikan permata,
Tetes-tetes air di dalamnya laksana tetes-tetes madu
Dan setiap lumpurnya adalah kesturi yang mewangi

Hal lain yang biasa dilakukan oleh orang yang sedang tidak bersama kekasihnya adalah menerawang dan mengumbar khayalan tentang pujaan hatinya. Hal itu mereka lakukan karena antara keduanya telah tercipta begitu banyak kenangan yang tidak mungkin terlupakan, tersimpul sekian janji yang tidak mungkin dibaikan, dan terukir bayangan-bayangan yang tak bisa terhapuskan.

Saat mata terpejam dan segala kegiatan dihentikan, semua itu muncul dalam angan-angan. Tentang hal ini aku mempunyai syair:
Khayalan mencumbui jejaka yang sedang merindu
Karena perjumpaan sudah lama tak juga terlaksana
Saat malam tiba, semua khayalan hadir dalam angan
Semua bayangan indah menyelimuti pikirannya

Dan syair berikut:
Bayangan Nu‘m tercipta dalam mimpiku
Setiap malam ia hadir mengisi lelap tidurku
Ia yang kini terkubur tanah berbincang denganku
Tak ubahnya masa lalu ketika ia masih bersamaku

Zaman seakan berputar kembali ke masa lalu
Ketika kami habiskan hari-hari indah bersama

Para penyair berbeda pendapat tentang sebab yang melatarbelakangi munculnya khayalan dan bayangan tentang sang pujaan hati.

Abû Ishâq ibn Sayâr al-Nazhâm, tokoh aliran Muktazilah, mengatakan bahwa ketakutan ruh terhadap malaikat yang selalu mengawasi dan mengintai jasadnya merupakan alasan mengapa seseorang berkhayal dan membayangkan pujaan hatinya.

Sementara itu Abû Tamâm Habîb ibn Aws al-Thâ’î menyatakan bahwa alasannya adalah karena “menikahi” bayangan tidak akan merusak cinta, sedang menikahi kenyataan dapat menghancurkan cinta. Sedangkan al-Buhtûrî mengatakan bahwa alasan mengapa seseorang mengkhayal dan membayangkan orang yang dicintainya adalah karena ia selalu merindukannya.

Sedangkan mengapa ia berhenti berkhayal dan membayangkan adalah karena ia takut larut dalam kesedihan.
Aku tidak sependapat dengan pandangan mereka. Apa yang kuungkapkan dalam syairku tentang alasan mengapa orang berkhayal dan membayangkan kekasihnya berbeda dengan alasan yang dikemukakan oleh para penyair itu.

Meski demikian, kita tetap menghargai pendapat mereka sebab mereka mempunyai keunggulan dari sisi senioritas dan karena mereka lebih awal mengemukakannya.

Kita juga tetap mencontoh pola dan metode pemikiran yang mereka tempuh. Bagaimanapun mereka adalah para pendahulu sedang kita datang belakangan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *