Terdapat perbedaan budaya antara pendidikan di Indonesia khususnya Indonesia Timur dengan pendidikan di Amerika Serikat. Salah satunya adalah kedisiplinan, di mana para mahasiswa di Amerika Serikat memiliki kebiasaan memanfaatkan waktu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dengan membaca buku, berdiskusi bahkan menanyakan materi kepada dosen secara langsung di luar jam perkuliahan. Selain itu, mahasiswa di Amerika Serikat juga selalu tepat waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak penting.

Menurut Paskalis Kaipman, alumni awardee LPDP, S2 jurusan Kebijakan Pendidikan dan Kepemimpinan di American University, AS. dengan cita-cita yang kuat dan kepercayaan diri yang kokoh, akan dapat mencapai apa yang diinginkan. Orang Papua harus memiliki target untuk mengangkat potensi yang dimiliki Papua agar dapat mencapai dunia internasional baik produk unggulan maupun SDM unggul Papua. Karema itu, soft skill seperti sikap jujur, berani, dan rajin harus dimiliki untuk bertahan selama di tempat rantau.

“Bagi pemerintah Indonesia, terima kasih banyak yang telah membantu dan memberikan beasiswa LPDP dan saya siap mengabdi untuk Indonesia di tanah Papua” Jelas Dosen Tetap Universitas Internasional Papua, Jayapura.

Sedangkan bagi Fernando Tanatty, Customer Service dan Gate Agent, United Airlines di Denver International Airport, Colorado, untuk dapat beradaptasi dalam lingkungan pendidikan di Amerika Serikat perlu memiliki kemampuan menggunakan teknologi terkini dan mempelajari teknologi yang sering digunakan di AS seperti pengarah navigasi. Selain untuk membantu proses adaptasi penguasaan teknologi juga dapat mendukung proses pembelajaran para mahasiswa Indonesia khususnya Papua di AS.

“Ke depan saya akan kembali ke Papua, dan akan menjembatani teman-teman Papua untuk mengikuti program-program di AS. Dengan berbekal pengalaman-pengalaman selama di sana,  saya yakin nanti dapat berguna untuk kontribusi dan terlibat langsung serta memberikan ide-ide ke pemerintah dalam pembangunan papua”, tandas generasi muda dari Serui Yapen Papua tersebut.

Sedangkan Gerpatius Bagau, mahasiswa Corban University AS dari Papua Tengah merasa bersyukur mendapatkan kesempatan terpilih menjadi orang yang lolos untuk belajar ke AS. Sebagai mahasiwa Papua di AS kami diharuskan untuk lebih kritis dan memiliki kemampuan dalam merencanakan strategi kedepannya. Dengan ilmu dan pengetahuan serta didukung dengan relasi yang telah terbentuk selama menempuh pendidikan di AS, kami siap kembali ke Papua guna membagikan semua ilmu yang didapat kepada generasi muda Papua.

“Saya mengajak teman-teman Papua harus berani ambil keputusan untuk mencari pengalaman di AS karena Iklim pendidikan mengharuskan untuk selalu aktif dan mampu menentukan keputusan” tandas pemuda Papua yang sedang magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, khususnya di divisi politik dalam  pada podcast “The educational Journey of Indonesian Students in the United states” (2/08)

Sebagai host, Ade Nurma, lifestyle content creator, Tik-Tok, IG Influencer, menyatakan bahwa saat ini telah dibentuk Insitut Internasional Papua untuk menyalurkan ilmu yang didapat oleh mahasiswa Papua di luar negeri kepada generasi muda Papua. Selain itu, institut tersebut juga bertujuan untuk memotivasi generasi Papua untuk berani menempuh pendidikan di luar negeri. Namun institut tersebut masih memerlukan dukungan dari pemerintah khususnya untuk fasilitas sarana dan pra sarana.

“Karenanya, semoga teman-teman Papua makin bersemangat untuk berkolaborasi Papua untuk bersumbangsih di tanah Papua” Tandas wanita yang sedang ikuti program fellowship di University of Texas at Austin. []

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *