Dilihat dari sisi nama Guru H. Anang Antung atau Tuan Guru H. Anang Antung bin Raihan bin H. Alif Pekauman Martapura adalah mempunyai trah darah bangsawan kesultanan Banjar, baik sebutan Anang maupun sebutan Antung adalah merupakan pertanda kebangsawanan tersebut. Entah, dari garis ibu beliau, mungkin yang punya gelar Gusti ataupun Antung. Beliau salah satu guru tingkat ulya (Aliyah) di PP. Darussalam Martapura yang dikenal memiliki sifat dan sikap lemah lembut, sangat sabar menghadapi sikap murid-murid beliau yang memiliki aneka-ragam tabiat.
Beberapa muridnya menyatakan, beliau mempunyai ilmu yang luas, cara mengajar beliau mudah dipahami dan cepat ditangkap karena beliau betul-betul menguasai materi ajar dan mata pelajaran dengan baik. Bila ada sebagian murid yang tidak mempunyai kitab yang dipelajari, beliau tidak segan-segan untuk segera membelikannya dengan kocek sendiri.
Menurut para murid-murid beliau, bahwa beliau dikenal juga sebagai ulama yang mudawamah (rutin dan rajin) hadir di Pengajian Abah Guru Sakumpul dan Majelis Maulidnya. Hampir sepanjang perjalanan Pengajian Abah Guru Sakumpul dan Majelis Maulidnya beliau akan selalu ada dan duduk tidak jauh dari Abah Guru atau tepatnya sering di belakang Guru Masdar (Tuan Guru H. Masdar) dan Guru Usuf (Tuan Guru H. Yusuf) dengan tampil sederhana dan bersahaja. Kenapa beliau sebagai seorang ulama yang sudah alim juga, masih mau berguru meskipun kepada guru yang usianya lebih muda daripada dirinya ? Jawabnya, pertama karena beliau mempunyai pendirian dan keyakinan bahwa belajar dan menuntut ilmu itu tiada kata untuk berhenti, dari buaian sampai ke liang lahat atau long life education (pendidikan seumur hidup). Kedua, beliau seorang yang rendah hati atau tawadlu, tidak merasa malu belajar kepada yang lebih muda, tersebab beliau tidak melihat ulama itu tidak pada ukuran usianya, melainkan pada ilmunya yang memang luas, mumpuni, akhlaknya terpuji dan adabnya yang tinggi.
Saya yakin hakkul yakin beliau sangat mencintai Abah Guru Sakumpul sebagaimana cintanya sahabat Abubakar ra, Umar ra, Utsman ra dan Ali ra kepada Nabi Muhammad Saw dengan cinta tak terpermanai bak samudera tak bertepi. Apalagi persahabatan beliau dengan Abah Guru, bukan baru ini saja, sudah terjalin sejak lama, kala masih sama-sama remaja, kawan sepermainan dimasa kecil, pernah mendulang intan bersama dan mungkin juga memancing ikan berdua.
Tak dinyana siang hari Senin 27 Juli 2020M/6 Dzulhijjah 1441H, kira-kira jam 13.00 wita beliau meninggal dunia di rumah beliau Jl. Pinggir Sungai Pekauman, kira-kira 1km dari PP. Darussalam karena sudah lama sakit.
Kesan saya dari lontaran komentar murid-muridnya di kanvas FB, semua mempunyai kenangan manis, indah dan terpuji, maka saya berani bersaksi bahwa beliau termasuk sebagai golongan orang baik dan ahli kebaikan. Insya Allah, beliau husnul khatimah, memperoleh ampunan Allah dan kasih-sayang-Nya, diluaskan kuburnya hingga menjadi taman surga yang indah dan mungkin akan disambut riang gembira oleh sahabat karibnya di alam barzakh sana, Abah Guru Sakumpul yang saling dicintai dan saling mencintai dunia-akhirat serta sudah barang tentu akan berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw yang sangat mencintai umatnya dengan sepenuh jiwa raga.
No responses yet