Jakarta, Jaringansantri.com – Peluncuran buku “Jejaring Ulama Diponegoro” karya Zainul Milal Bizawie dihadiri oleh tokoh-tokoh dari kalangan akademisi, santri dan para dzuriyyah Syaikh Mutamakkin sampai dzuriyyah Diponegoro dan pasukannya.
Salah satu yang disebut dalam sambutan Zainul Milal adalah Budi Gunawan seorang tokoh Kapala BIN (Badan Inteligen Negara) keturunan orang penting dalam lingkaran Jejaring Diponegoro.
“Pak Budi Gunawan ini adalah salah satu dzuriyyah telik sandi Diponegoro bernama Ki Rono Sentiko. Beliau ada di Salatiga,” kata Gus Milal di Auditorium Perpusnas RI. Kamis, 25 Juli 2019.
“Dimana Ki Rono sentiko inilah yang menjadi penyambung, menjadi informan utama Diponegoro yang ingin menyatukan Jogja, Surakarta dan Mangkunegaran,” tambahnya.
Dari Rono Sentiko inilah, ketika Diponegoro ditangkap, kemudian perjuangannya dilanjutkan para penerusnya.
Berhalangan hadir, testimoni Budi Gunawan disampaikan oleh Pak Wawan. Dalam testimoninya, Budi Gunawan mengatakan bahwa Pergerakan Diponegoro dan pasukannya memberi pengaruh besar dalam perkembangan Islam dan Peradabannya.
Pangeran Diponegoro menjadi simbol keberanian, kecintaan terhadap tanah air, kepemimpinan, prakarsa. Namanya akan terus melekat di hati paea pemuda Indonesia.
Kemudian, tokoh keturunan Syaikh Mutamakkin yang hadir adalah Dr. Ahmad Rumadi dan Syaiful Umam.
Gus Milal mengatakan “saya memulai buku ini dari Kajen, dimana di dekat Syaikh Mutamakkin juga ada pohon Sawo. Di situ ada tokoh-tokoh yang dikebumikan, para pejuang Diponegoro juga.”
Itulah yang menyambungkan sosok-sosok ulama pada akhir abad 19 dan awal abad 20 tersambung dengan jejaring pasukan Diponegoro.
Seperti halnya Syaikh Sholeh Darat Semarang, lanjut Gus Milal, itu juga keturunan Syaikh Umar, yang banyak berguru pada ulama-ulama dari Pantura. Dari Jepara, Kudus, dari kiai Muhammad Soleh, putra dari Syaikh Asnawi Sepuh Kudus. Yang mana Syaikh Asnawi ini juga cucu dari Syaikh Mutamakkin. Syaikh Sholeh Darat juga berguru pada Syaikh Murtadho, Syaikh Said yang ada di Kajen.
Termasuk Syaikh Nawawi yang berguru pada mbah Yusuf Purwakarta, salah satu ulama pasukan Diponegoro. Begitupun juga Syaikh Mahfudz Attermasi, ulama besar Nusantara yang karya-karyanya banyak dirujuk dunia Islam di Haramain. Ia merupakan cucu dari Kiai Abdul Manan Termas yang merupakan pasukan Diponegoro.
Dikenal juga mbah Soikhah atau di kenal Syekh Abdussalam, leluhur dari Mbah Wahab hasbullah dan Mbah Hasyim Asy’ari. leluhur dari bapak ada yang namanya Kiai wahid atau dikenal dengan mbah Gareng, juga salah satu pasukan Diponegoro.
“Banyak sekali ulama-ulama di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki ketersambungan. Baik ketersambungan sanad keilmuan, sanad silsilah kekeluargaan maupun maupun sanad perjuangan tersambung ke Pangeran Diponegoro,” pungkasnya.(Mohammad Anwar)
2 Responses