Diantara rujukan ‘menjadi-wali’ adalah kitab Khatmu al Auliya karya Al Imam al Muhaddist Al Hakim at Tirmidzi ( w. 320 H). Hal-hal yg dijelaskan beliau bukanlah tips-tips ataupun solusi-solusi untuk orang awam maupun orang khos. Akantetapi, hal-hal tersebut adalah sharing pengalaman terhadap orang-orang yg telah dzaaqa (mengenyam rasa) dan telah washala (sampai menikmati hakikat). Sehingga, 157 hal yg dibahas di Khatmu al Auliyaa’ perlu orang dzaaqa dan washala yg meresponnya. Supaya, generasi belakangan bisa lebih mudah mengerti.

Orang yg dzaaqa dan washala tersebut adalah Imam Muhyiddin ibn Arabiy (w. 638 H). Beliau mengisyaratkan respon-responnya, setidaknya, pada karyanya Al Futuhaat al Makkiyyah dan Al Jawab al Mustaqim Fi Maa Sa’ala ‘Anhu Al Hakim. Kemudian, hal ini diinformasikan dengan tahqiqan Prof. Dr Ahmad Abdurrahim As Saykh yg berjudul Ajwibatu Ibn Arabiy ‘ala As’ilati Al Hakim At Tirmidzi.

Diantara contoh isi kitab tersebut adalah maqam di bawah Nabi, yaitu maqam As-Shiddiqun. Dan, di bawah maqam As Siddiqun adalah maqam al muqarrabun. lalu, bagaimana dgn kwalitas dzauq (rasa spiritualitas ilmu dr Allah ta’ala) para penghuni di antara maqam-maqam tersebut?

Imam Muhyiddin Ibn Arabi menjawab;
لكل طبقة ذوق لا تعلمه الطبقة الأخرى
setiap level/maqam memiliki kekhasan dzauq yg tidak diketahui oleh level/maqam yg lainnya.

Hal ini diambil dari pemahaman akan kisah Khidhir yg berkata kepada Musa;
وَكَیۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرࣰا
Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai al-khubru (pengetahuan) tentang hal itu? (Q.S. al Kahf: 68)

al-khubru ini bermakna adz-dzauq (rasa spiritualitas ilmu dr Allah ta’ala), dan ini adalah ilmu al-hal (pengetahuan aplikatif/real yg dialami oleh penghuni suatu maqam).

Imam Muhyiddin ibn Arabiy melanjutkan penjelasannya terkait ayat di atas, dgn mengatakan;
قال الخضر لموسى: أنا على علم علمنيه الله لا تعلمه أنت، وأنت على علم علمكه الله لا أعلمه أنا
(dalam ayat tersebut, seakan-akan) Khidhir berkata kepada Musa; “Aku ini berdasarkan atas ilmu yg Allah ajarkan kepadaku, yang mana kamu tidak mengetahuinya, dan kamu itu berdasakan atas ilmu yg Allah ajarkan kepadamu, yang mana aku tidak mengetahuinya.

Sebagaimana kami jelaskan sebelumnya, bahkan di berbagai kesempatan, bahwasanya baik Khidhir maupun Musa adalah sama-sama mendasarkan sikap/prilakunya atas ilmu yg diajarkan Allah ta’ala. Khidhir dianugrahi karakter ilmu yg futurologis (melihat kedepan) dan efek berikutnya, sedangkan Musa dianugrahi ilmu yg realistis, ke-disini-an, ke-kini-an dan selanjutnya pasrahkan kpd Allah ta’ala.

Maka terkait ini, perlu merenungi ilmunya malaikat, yg termonumenkan dalam al-Quran;
قَالُوا۟ سُبۡحَـٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَاۤۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِیمُ ٱلۡحَكِیمُ
Para malaikat pun berkata (bermunajat kpd Allah): , “Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui (ilmu) selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
[Q.S. Al-Baqarah: 32].

Olehkarenanya, terkait kisah di surah al kahfi, harus dipahami bhwa antara Ilmu Khidhir dan Ilmu Musa punya karakter yg berbeda, dan ini kehendak Sang Guru Sejati Allah ta’ala. Sehingga, Tidak perlu dibanding-bandingkan, mana yg lebih utama dan hebat. Ini berkenaan ilmu dalam menyikapi realitas.

Tetapi, terkait sosok dan tugas berikut tanggungjawabnya di dunia hingga akhirat, maka Musa lebih terpilih, sebagaimana firman Allah ta’ala;
قَالَ یَـٰمُوسَىٰۤ إِنِّی ٱصۡطَفَیۡتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَـٰلَـٰتِی وَبِكَلَـٰمِی فَخُذۡ مَاۤ ءَاتَیۡتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّـٰكِرِینَ
(Allah) berfirman, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegangteguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.”
[Q.S. Al-A’raf: 144]

Olehkarenanya, mempelajari kitab Khatmu al Auliya, seyogyanya dibarengi mempelajari kitab Ajwibah Ibn Arabiy ini. Juga, ngajinya mesti santai dan hati riang, sambil merawat dan menyirami bunga-bunga di taman, misalnya.

~ Shofin ~
Jumah Barakah
Mari bershalawat
اللهم صل وسلم وعظم وكرم على سيدنا محمد في الأولين والأخرين، وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *