Setelah Nabi tiada yang tersisa dari agama ini (Islam) adalah pertarungan interpretasi —
*^^***
Antum pada Islam yang mana. Ada Islam versi isis yang keras lagi beringas. Islam versi Rumi yang lembut penuh kasih. Islam versi wahabi menuju theokreasi yang terkenal dengan jargon: dalilnya mannaa. Atau FPI yang konservatif semua dianggap salah dan harus diluruskan.
Setiap agama bisa didekati dari banyak spektrum — dari yang paling ujung hingga yang paling tengah dari yang paling ekstrim hingga yang paling liberal. Dari tempat yang riuh hingga tempat menepinya para salik. Dari yang paling formil hingga yang paling sufiistik.
Sebab agama punya banyak ruang bahkan terlalu banyak, hingga setiap pemeluknya tak ada sempat untuk mengunjungi setiap ruang itu satu-satu. Ia hanya berada di satu atau dua ruang sesuai yang ia mampu, jadi mana mungkin bisa menjelaskan ruang lainnya yang jumlahnya puluhan atau ratusan atau tidak berbatas.
*^^^*
Di ruang yang sekarang, antum tak akan menemukan Al Hallaj atau Rumi atau sebaliknja antum tak bakal menemukan Abduh, Ridha atau Al Afghan dalam ruang yang berbeda. Jenar dan Kudus tak mungkin berada di ruang yang sama sebagaimana nabi Yahya as yang murung dan Isa as yang periang.
Ini hanya soal interpretasi atas agama — pada ayat atau kredo yang ditafsir berbeda. Jadi siapa berhak atas tafsir agama sepeninggal Rasulullah saw tiada ? Tak ada keraguan atas ayat-ayat atau firman Allah Yang Maha Benar. Tapi tak ada jaminan tafsir atas firman Allah mutlak benar.
Jargon kembali kepada Al Quran dan as sunah juga bukan solusi, sebab masing-masing juga merasa merujuk pada Al Quran dan as Sunah. Tapi kenapa terus berselisih . Mungkin karena tafsir atas Quran dan Sunah itu yang beda. Merasa paling dekat dan mengenal Rasulullah saw sepertinya terlalu lebay mengingat waktu dan jarak tempuh yang amat jauh.
*^^^^*
Apapun yang kita perselisihkan tentang ushali, tahlilan, qunut subuh, perayaan maulid, bacaan sayidina hingga khilafah semua akan diputuskan Allah nanti. Dan apapun yang kita lakukan akan di balas setimpal sesuai niat.
QS Al-Hajj (22): 69, “Allah akan mengadili diantara kamu pada hari kiamat tentang apa yang dahulu kamu perselisihkan.” Penggalan Al Maidah 48 juga menarik : “ .. .. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu’.
No responses yet