Oleh: Diah Ayu Isnaeni (Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Akhir-akhir ini gaya hidup minimalis semakin populer di kalangan masyarakat dunia. Gaya hidup minimalis adalah suatu pola hidup yang menekankan kesederhanaan dan juga membahas perihal pemanfaatan sarana prasarana secara efisien dengan mengurangi kuantitas materi ataupun non materi namun tetap memperhatikan aspek kualitas materi atau non materi tersebut. Konsep dari gaya hidup minimalis adalah tidak selalu sederhana dan apa adanya tetapi yang terpenting tercukupi semua kebutuhan yang diperlukan. Gaya hidup minimalis ini sangat bermanfaat dari sisi budget pengeluaran, kesehatan mental, dan juga menghemat tenaga agar lebih produktif dalam hal-hal lain yang lebih bermanfaat.
Menurut Dena Haura, gaya hidup minimalis adalah soal pemenuhan kebutuhan yang pas dan esensial. Intinya, meninggalkan kebiasaan boros dengan membeli barang-barang yang dibutuhkan saja demi kehidupan yang berkualitas. 3 hal yang ingin dicapai dalam gaya hidup minimalis yaitu Happines (kebahagiaan), Fulfillment (kepuasan) dan Freedom (kebebasan).
Terkadang kebahagiaan bisa jadi muncul bukan dari banyaknya barang yang dimiliki tetapi lebih kepada upaya untuk menikmati, memanfaatkan dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Karena sejatinya, kebahagiaan rasa-rasanya mustahil dicapai apabila tanpa adanya rasa bersyukur. Dan rasa syukur tersebut, tidak ada tanpa adanya rasa cukup. Jika tidak dapat menemukan kebahagiaan dari banyaknya barang yang dimiliki, cobalah mencari kebahagiaan dari keterbatasan yang disyukuri.
Gaya hidup minimalis juga dapat membantu dalam hal kebebasan, bebas dari ketakutan, bebas dari kekhawatiran, bebas dari beban dan paling penting bebas dari bahaya budaya konsumerisme. Ternyata barang dapat memiliki keposesifan terhadap si pemiliknya. Ketika seseorang mempunyai banyak barang maka akan lebih memikirkan barang tersebut dan menjadi beban tersendiri bagi si pemiliknya.
Minimalism sebenarnya sudah dulu diajarkan oleh Islam. Pengimpelementasian minimalism dalam Islam terdapat dalam sikap zuhud dan qanaah. Zuhud yang berarti meninggalkan sesuatu dengan mengharap akhirat atau meninggalkan sesuatu karena kehinan baginya, dan Qanaah yang berarti rela dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki serta menghindari rasa tidak puas dalam menerima rezeki dari Allah Swt. Islam menganjurkan adanya keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat karena sikap meninggalkan dunia secara berlebihan sama tercelanya dengan mereka yang mengejar kehidupan dunia tanpa memperdulikan urusan akhirat.
Sebagai seorang muslim, Rasulullah saw adalah sosok suri tauladan seluruh umat manusia yang memiliki kepribadian sederhana. Terlalu banyak kisah yang menceritakan tentang kesederhanaan Rasulullah saw, sehingga banyak dari umat manusia berpengaruh untuk mengikuti kesederhanaannya yang sangat mencerminkan Islam.
Gaya hidup minimalis dapat kita mulai dengan berbagai hal, seperti dengan senantiasa bersyukur dan merasa cukup, menyeleksi barang yang tidak lagi digunakan, menghindari kredit terlebih yang berhubungan erat dengan riba, tidak berorientasi pada hal yang bersifat kekinian, dan selalu fokus apa yang dibutuhkan bukan apa yang diinginkan.
Allah Swt melarang sikap berlebihan dalam QS. Al Isra’ [17]: 26-27
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا – ٢٦
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا – ٢٧
26.” Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”
27.“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Apapun yang dimiliki pasti nantinya akan dihisab. Beban tanggung jawab akan diterima disaat tidak mampu menjawab atas dasar kepentingan apa membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Jadi, ketika ingin membeli sebuah barang maka utamakanlah fungsi bukan gaya!
No responses yet