Tangsel, jaringansantri.com – Islam moderat akan sangat mungkin terancam punah jika kita membiarkan media sosial dikuasai oleh kalangan intoleran. Santri milenial, atau yang ngetren disebut “santri zaman now” harus menguasai media sosial.

Apalagi kalangan intoleran itu disinyalir tidak belajar Islam secara mendalam. “Sekarang memang jarang orang yang mengaji secara struktural dari kitab paling dasar hingga paling atas. Jarang yang mengkaji Islam secara mendalam,” kata Dr. Syaiful Umam dalam sesi kajian di Islam Nusantara Center (INC), Ciputat, Sabtu (28/10).

Syaiful Umam menjelaskan lebih lanjut mengenai perlunya santri menguasai media sosial. Hasil berbagai survei menunjukkan penggunaan internet dan media sosial di Indonesia terus meningkat. “40 % penduduk Indonesia sudah bersosial media,” katanya.

Angka ini cukup besar. Ini menarik, melihat jumlah pengguna mobile phone lebih besar dari jumlah penduduknya. “Artinya, penggunaan internet dengan sosial medianya itu begitu massif. Bagaimana kalau kita bandingkan dengan dunia santri.” tandas Direktur Eksekutif PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dr. Syaiful Umam (Direktur Eksekutif PPIM), mengisi kajian di Islam Nusantara Center (INC) tentang Santri Milenial

Syaiful, yang juga santri mbah Sahal Mahfud Kajen Pati ini, mengatakan “sekarang banyak juga tokoh yang muncul bukan karena menguasai bidang-bidang tertentu, tapi karena ia pandai bermedsos, pandai membikin masalah lalu banyak dibicarakan lalu menjadi tokoh. Suka tidak suka Banyak pengikutnya.”

Kita harus akui, terang Syaiful, kelompok-kelompok yang menguasai diskursus di sosial media adalah kelompok-kelompok konservatif. Jumlahnya tidak banyak, tapi coba lihat di youtube dan media sosial lainnya, maka mereka yang dominan.

Dari studinya Savic Ali misalnya, ada 20 website Islam di Indonesia, yang dikategorikan sebagai islam moderat sejuk, intoleran, radikal, netral, konservatif. Hanya NU online yang terbukti lebih moderat dan sejuk di antara yang lain. Tapi dari kalangan konservatif intoleran lah yang mendominasi.

“Belum lagi jika kita melihat akun-akun sosial media Instagram, Twitter, Facebook, youtube, mereka pengikutnya sangat banyak.”, imbuhnya.

“Hasil survei PPIM dari siswa dan Mahasiswa, kita semua kaget dengan hasil angka ini. Ada sekitar 70 % siswa dan Mahasiswa terindikasi intoleran dan sangat intoleran. Ini dalam hal toleransi internal antar umat Islam.”, jelas Syaiful.

“Nah ini menjadi tantangan kita dan santri ke depan yang harusnya menjadi agenda Santri era sekarang.”, ujarnya.

Agenda tersebut adalah dengan menjaga nilai-nilai ideal santri, menjaga dan menguatkan silaturahmi. Kalau kita kuat, tidak saling mencari kesalahan, maka akan menang.

Suasana Kajian ttg “Santri era Milenial” bersama Dr. Syaiful Umam dan Gus Milal di Islam Nusantara Center (INC)

Hal penting lainnya adalah menebarkan pengetahuan agama secara langsung. “Merawat dan turun langsung ke Musholla misalnya. Kalau tidak, ini akan direbut oleh mereka. Tentu saja, yang online tetap jalan, offline iya.” katanya.

Di online harus terus terlibat dalam produksi konten-konten positif, lebih aktif berkontribusi di internet atau media sosial yang sehat dan mencerahkan. Syaiful menghimbau agar jangan hanya menjadi penonton, tapi juga menjadi aktor.

Perlu memberikan pilihan yang lebih beragam. Karena kita tidak bisa menjegah orang memproduksi konten yang tidak sesuai dengan pemahaman kita. Atau mengandalkan pemerintah dalam melakukan sensor. “Yang bisa kita lakukan adalah mengimbangi itu. Membuat narasi alternatif baru, tidak hanya mengconter di lapangan.”, pungkas Syaiful.

Sementara itu, Zainul Milal Bizawie mengatakan kita jangan tenang-tenang saja. Karena kita ketinggalan jauh dalam menguasai dunia maya. Kita harus bersinergi dengan santri-santri zaman old untuk bertarung di dunia maya.

“Saya kira penting untuk santri zaman now, memperkuat materi-materinya. Memanfaatkan santri zaman old, mencari informasi keilmuan dan mempublishnya. Butuh improvisasi dan kreatifitas untuk itu.” ujar santri sejarawan ini.(Damar).