Belakangan ini, umat Islam dunia marah besar dengan sikap Presiden Perancis. Statemen Macron berhasil mengundang protes umat Islam seluruh dunia. Kecaman pun bertubi-tubi dari berbagai pemimpin dunia. Termasuk dari pemimpin nomor wahid di Indonesia, Bapak Presiden Jokowi, dan ormas-ormas Islam lainnya.

Salah satu penyebab kecaman umat Islam se-dunia adalah sikap Macron yang mengizinkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad saw. sebagai bentuk kebebasan berpendapat di alam demokrasi. Selain itu, statemennnya yang kontroversial karena menuding Islam sedang dalam krisis yang disebabkan oleh tindakan terorisme yang dilakukan sebagian oknum pemeluk Islam.

Tentang karikatur, tentu saja umat Islam marah dengan hal itu. Mengingat dalam doktrin Islam, kemulian dan kesempurnaan Nabi Muhammad menjadi “tercederai” dengan adanya lukisan karikatur itu. Hal itu karena kemuliaan dan kesempurnaan Nabi tidak dapat digambarkan sekadar melalui lukisan. Justru sebaliknya, lukisan karikatur itu mengurangi kesempurnaan Nabi itu sendiri.

Pertanyaannya, andai Nabi masih hidup sekarang akankah Nabi marah sebab dilukis dalam bentuk karikatur? Saya yakin tidak. Karena kasih sayang Nabi kepada umatnya jauh lebih besar dari kemarahannya. Jangankan kepada orang yang melukisnya, bahkan kepada orang yang memusuhinya, menyakitinya, Nabi selalu memaafkannya. Karena Nabi diutus untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

Haruskah kita marah? Sebagai bukti cinta kita kepada Nabi, wajar saja umat Islam geram jika utusan Allah yang diyakini kemulian dan kesempurnaannya digambar dalam karikatur yang jauh dari kesempurnaan, bahkan terkesan dihinakan. Tapi, apakah masalah ini tidak terulang lagi sekadar dengan sikap umat Islam marah, boikot dan seterusnya.

Saya yakin tidak. Mari kita berpikir lebih jernih, mengapa mereka sampai tega menggambar sosok Nabi saw. yang dalam doktrin Islam merupakan sesuatu yang terlarang? Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak mengenal sosok Nabi besar Muhammad saw itu sendiri. Andai mereka kenal Nabi, memahami pribadi Nabi, mengetahui kemuliaan dan kesempurnaan fisik Nabi niscaya karikatur sosok Nabi tidak pernah ada.

Oleh sebab itu, marah saja tidak menyelesaikan masalah. Boikot saja belum tentu menjadi solusinya. Yang menjadi tantangan dan tugas kita adalah mengenalkan sosok baginda Nabi Muhammad kepada mereka. Mendakwahkan ajaran-ajaran cinta kasih yang sudah diajarkan Nabi Muhammad kepada mereka. Dan, agenda-agenda dakwah yang mengenalkan Islam yang rahmatan lil alamin.

“Terlalu” baper dan justru lupa dengan misi utama yakni dakwah mengenalkan sosok baginda Nabi kepada mereka tidak banyak faedah. Nabi akan bangga kepada umatnya, jika mendakwahkan ajarannya, bukan kepada umatnya yang membelanya membabi buta dengan segala cara, apalagi dengan cara-cara hina dan bertentangan dengan ajarannya. Wallahu a’lam.

Jogya, 1 November 2020

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *