NU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia dan dunia. Bergabung dan aktif di NU adalah pilihan terbaik, berdasarkan pertimbangan berikut ini:

NU menyebarkan dan merawat ajaran Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja) yang sejati seperti yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw dan ulama salafus saleh. Dari semenjak kelahirannya hingga sekarang NU konsisten di dalam menebar ajaran Aswaja sebagai ajaran terbaik yang menyelamatkan dunia dan akhirat.

Banyak yang mengaku Aswaja, seperti golongan Wahaby/Salafy, tapi setelah diteliti ternyata abal-abal karena tidak sesuai dengan tuntunan Aswaja yang telah disepakati oleh dunia Islam. 

Melanjutkan dakwah Walisongo yang menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, santun, dan menyejukkan. Mengedepankan akhlak, sehingga non Muslim merasa nyaman dan tertarik terhadap dakwah Islam. Dalam menyadarkan atau menginsyafkan orang dari lembah kemaksiatan kepada ketaatan juga menggunakan cara-cara yang lembut dan bertahap, tidak frontal atau dengan jalan kekerasan. Menghargai sisi-sisi kemanusiaannya. Tidak menghukumi hitam putih, tapi membimbing dengan penuh kasih sayang.

Toleran (tasamuh) terhadap perbedaan keyakinan, pendapat, dan golongan. Tidak suka menghantam orang yang berbeda agama, sebaliknya merangkul dan mengayomi minoritas. Tidak suka mengkafirkan, memusyrikkan, membid’ahkan atau menyalahkan orang lain. Tidak pernah usil terhadap perbedaan yang ada.

Moderat (tawassuth, lentur), tidak kaku dan picik; tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan, berada di tengah-tengah (ummatan wasatho), sehingga bisa menjadi perekat semua pihak.

Seimbang (tawazun) dalam pemikiran, sikap dan perbuatan. Menyeimbangkan antara hablum minallah (hubungan ritual) dan hablum minan naas (hubungan sosial), antara kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, pemenuhan antara hak dan kewajiban.

Menghargai budaya, budaya asing tidak diberantas begitu saja, tapi dimasukkan nilai-nilai Keislaman. Berbagai budaya yang sudah Islami itu menjadi keunikan tersendiri yang tumbuh di tanah air ini yang disebut dengan Islam Nusantara/Islam Indonesia. Budaya tersebut misalnya songkok (peci hitam), bedug penanda waktu shalat, gapura, mesjid berkubah limasan, sarung, tahlilan, ziarah kubur, maulidan, selametan, nujuh bulan, halal bi halal dan sebagainya.

sangat nasionalis, menanamkan cinta tanah air, bahkan pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan semboyan “Hubbul wathon minal iman” (cinta tanah air sebagian dari iman). Karena itu beliau mengeluarkan resolusi jihad untuk mempertahankan kemerdekaan RI yang akan dirampas kembali oleh bangsa asing. 

Selain itu komitmen kebangsaan NU ini terbukti dalam sejarah karena tokoh-tokohnya ikut membidani kelahiran NKRI, menjadi anggota BPUPKI, merumuskan UUD 45, ikut memberantas para pemberontak negara seperti DI/TII, PKI dan masa kini memiliki andil besar membubarkan HTI yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi khilafah.

Kendati menjadi ormas Islam terbesar, tapi NU tidak pernah berpikir untuk memberontak pada negara, mengambil alih kekuasaan dan memaksakan faham yang dianutnya kepada pihak lain, sebagaimana yang terjadi di negara Islam lainnya. 

NU bahkan tercatat dalam sejarah sebagai ormas Islam pertama yang mengakui Pancasila sebagai dasar keorganisasian, bahkan menganggap Pancasila sebagai falsafah bangsa yang sudah final.

Menimba ilmu-ilmu keislamannya tidaklah sembarangan. Bergurunya kepada ahli ilmu yang memiliki sanad (mata rantai) keilmuan yang menyambung hingga Rasulullah saw., sehingga dapat dipertanggungjawabkan, jelas rujukannya dari ulama-ulama yang keilmuan, kesalehan dan ibadahnya di atas rata-rata.

NU satu-satunya ormas Islam di Indonesia yang memiliki banyak ulama yang menjadi kekasih ALLAH (waliyullah). Kita tidak bisa mengandalkan keselamatan diri di akhirat hanya dengan amal ibadah kita sendiri. Karena itu kita membutuhkan syafa’at dari orang lain. Selain Rasulullah saw, yang bisa mensyafa’ati itu adalah para ulama yang menjadi kekasih Allah tersebut. Dengan bergabung dan aktif di NU, maka warga Nahdhiyyin kelak bisa ditolong dan diselamatkan oleh syafa’at dari mereka.

NU mencetuskan dimensi ukhuwah yang unik, menarik dan universal. Ukhuwah (persaudaraan) yang diperjuangkan oleh NU adalah persaudaraan antar sesama Muslim apapun partai, organisasi, suku dan bangsanya (ukhuwah Islamiyyah), persaudaraan sesama anak bangsa apapun agamanya (ukhuwah wathoniyyah) dan persaudaraan antar sesama manusia apapun keyakinannya, suku dan bangsanya (ukhuwah Basyariah).

Barangsiapa yang aktif di NU akan diakui sebagai santri Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, sekaligus dido’akan keturunannya menjadi orang saleh-salehah, hidupnya berkah dan akhir hidupnya husnul khatimah.

(Cep Herry Syarifuddin, Juli 2020)

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *