KH. Abdul Manan berasal dari Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin, Jambi. Lahir pada tahun 1906 M.

Sekitar umur 18 tahun (1923/1924), beliau melakukan perjalanan menggunakan transportasi laut menuju Malaysia dan berlabuh di pelabuhan Pulau Pinang. Sebuah pelabuhan yang dirintis oleh Datuk Janaton yang berasal dari Minangkabau, meski adapula yang mengatakan pelabuhan tersebut di gagas oleh Francis Light dari Inggris. Sementara itu ilmuwan Albert Einstein berlayar ke Pulau Pinang pada penghujung 1922 awal 1923.

Di Pulau Pinang tempat yang ditujunya saat itu adalah Masjid Kapitan Keling. Sebuah Masjid tertua di George Town, Pulau Pinang yang telah berdiri sejak tahun 1801 M.

Kemudian KH. Abdul Manan menuntut ilmu di Pondok Chegar, Pendang, Kedah dibawah asuhan Tuan Guru Haji Ahmad Rubat (w. 1963 M). Sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Awang (w. 1944 M).

Kepada Tuan Guru Haji Ahmad Rubat (Mudir ke-3 Pondok Chegar) beliau berbaiah Tarekat Naqsyabandiyyah Mujaddidiah. Lalu beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar di Pondok Chegar. Diantara muridnya adalah Syekh Badawi Alwi Padang Lumat (w. 2009 M).

Melanjutkan pengembaraan ke pondok Pesantren Cemara, Jeniang, Kedah yang didirikan pada tahun 1928 M oleh Tuan Guru Haji Sulong (w. 1966 M), seorang ulama kelahiran Langkat, Sumatera Utara yang sekaligus, juga murid dari Tuan Guru Haji Ahmad Rubat.

Lantas KH. Abdul Manan diambil menjadi menantu oleh Tuan Guru Haji Sulong, dinikahkan dengan putrinya yang bernama Syamsiah dari hasil pernikahnya dengan Jawahir, seorang perempuan yang berasal dari Bedaro, Muaro Bungo, Jambi. Tuan Guru Haji Sulong sendiri pernah menetap di Bedaro, Muaro Bungo, Jambi oleh masyarakat setempat beliau dikenal dengan ulama yang bertuah.

KH. Abdul Manan pernah diangkat menjadi dewan pertimbangan yang berkenaan dengan hukum Islam oleh Sultan Kedah Abdul Hamid Halim Shah (w. 1943 M), bersama 40 ulama lainnya. Diantara ulama tersebut adalah:

1. Tuan Guru Haji Ahmad Rubat

2. Tuan Guru Haji Abdul Aziz Pendang

3. Tuan Guru Haji Abdul Razak (Tuan Guru Haji Daq Pendang)

4. Tuan Guru Pak Chu Him Pondok Gajah Mati

5. Tuan Guru Haji Hussien Che Dol dll.

Alif Syazwan mengatakan ayahnya(kemungkinan murid KH. Abdul Manan) pernah bercerita tentang kekeramatan KH. Abdul Manan, suatu hari ada pencuri masuk ke rumah KH. Abdul Manan tetapi anehnya saat hendak keluar tak menemui jalan keluar (pintu hilang/buntu). Kejadian ini mengingatkan kita pada kisah seorang sufi perempuan Rabiah al-Adawiyah sebagaimana termuat dalam Kitab al-Nawadir karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi. Begitu pula saat kewafatannya hujan turun dengan lebatnya tetapi air tidak mengenangi liang kubur beliau dan orang-orang yang mengakat jenazahnya sangat ringan bagaikan kapas. KH. Abdul Manan bin Lebai Tahir wafat pada tahun 1984 M dan di makamkan di Perkuburan Islam Kampung Gajah Mati, Pendang, Kedah, Malaysia.

Waallahu ‘Alam

Jambi,  02 Juni 2021

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *