Sunan Abi Dawud Kitab “Muwadda’ah”
Setelah wafatnya almagfurlah KH. Ishaq Lathif pada tahun 2015, pengajian bandongan setelah Isya di pesantren Tebuireng sempat vakum. Pada akhirnya pengurus pondok meminta kepada beberapa kyai untuk mengisi bandongan setelah Isya. Diantara kyai yang diminta, Gus Fahmi Amrullah, KH. Habib Ahmad, KH. Mustain Syafi’i, dan KH. Taufiqurrahman.
Kitab yang dibaca oleh Kyai Habib pada waktu itu adalah kitab Riyadus Sholihin. Kitab itu merupakan buah karya dari tokoh besar abad ke-enam, yaitu Imam Nawawi Damasykus. Di dalam kitab tersebut dicantumkan hadits-hadits yang berkaitan dengan pokok ajaran Islam dan akhak karimah. Keistimewaan dari kitab tersebut adalah semua hadis yang tercantum di dalamnya tidak ada yang doif, alias hanya terdapat hadis Sohih atau Hasan saja.
Dengan izin Allah, kitab Riyadus Sholihin bisa dikhatamakan pada pukul 11 malam, tepat pada tanggal 9 Februari 2019. Pada saat khataman beliau memberikan “Ijazah Ammah” kepada semua santri yang pernah belajar kepada beliau. “kyai saya (Kyai Idris) dulu ketika khataman kitab dawuhnya “ajaztukum mutlakon”, mengijzahakan semua kitab yang pernah dipelajari beliau dari gurunya. Total 90 kitab yang diijazahkan semua ke santrinya. Dan sekarang saya meniru kyai saya dulu mengijazahkan kepada semua santri tebuireng yang mengaji kepada saya atau yang pernah mendengarkan pengajian ini melalui media apapun. “Ajaztukum Mutlakon” ’’, Dawuh kyai Habib di saat khataman kitab Riyadus Sholihin di masjid Tebuireng.
Setelah mengkhatamkan kitab Riyadus Sholihin beliau membaca kitab Sunan Abi Dawud. Yaitu salah satu dari kitab kutub sittah. Dikarang oleh ulama yang berasal dari Basroh, yang bernama lengkap Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani. Kitab ini disusun dengan model seperti kitab fiqh pada umumnya, yaitu diawali dengan kitab Thoharoh, kemudian Sholat dan seterusnya. Jadi sangat mudah dan membantu menemukan dalil fiqh yang berasal dari hadis. Kitab ini terdiri atas dua jilid besar.
Tepat pada malam Ahad 16 Februari dimulailah kajian kitab Sunan Abi Dawud. Alhamdulillah, ada hibbah 500 kitab sunan Abi Dawud dari Gus Kikin untuk semua santri yang ingin sungguh-sungguh mengaji. Dengan ada bantuan kitab dari pengasuh, santri-santri semakin semangat ngajinya.
Tapi dalam pertengahan kajian Sunan Abi Dawud, Kyai Habib jatuh sakit. Sehingga tidak bisa melanjutkan lagi. Beliau harus istirahat yang cukup terlebih dahulu. Dari waktu itu kajian kitab ini vakum hingga romo kyai dipanggil yang kuasa. Maka kitab Sunan Abi Dawud adalah kitab “muwadda’ah” dari kitab yang dibaca beliau kepada santri-santri Tebuireng. Semoga Allah selalu memberikan Maghfiroh dan RahmatNya kepada beliau. Amin amin amin.
Mbah Moen dan Kyai Habib Ahmad
Pada tahun 2006 Kyai Habib bersama sahabtanya Kyai Abdul Jalal silaturahim ke kediaman romo kyai Maemoen Zubair di Sarang. Di sana beliau berbincang-bincang dan diskusi masalah keagamaan, keumatan, hingga kebangsaan. Diskusinya orang alim memang berbobot sekali. Mereka tidak akan bicara kecuali ada manfaatnya. Itulah karakter yang melekat pada alim ulama yang mukhlis.
Beliau berdua, Kyai Habib dan Kyai Abdul Jajal diberi oleh-oleh Ijazah kitab “Asanid Al-Faqih” karya Musnid Dunia Syaikh Yasin Al-Fadani. Kitab itu berisi semua sanad yang dimiliki Syaikh Yasin yang sanadnya sambung kepada “Al-Faqih” Imam Ibnu Hajar Al-Haitami. Ibnu Hajar dijuluki “Al-Faqih”, karena beliau termasuk Mujtahid Tarjih. Mujtahid Tarjih adalah mujtahid yang mampu mentarjih (menguatkan) salah satu pendapat dari salah satu imam-imam mujtahid dalam sebuah mazhab atau riwayat-riwayat berbeda yang berasal dari mereka.
Mbah Moen memberikan Ijazah itu, sekaligus memberikan kitab pribadi miliknya. Kitab yang diberikan kepada Kyai Habib itu kitab milik Mbah Moen yang ada setempel asli dari Syaikh Yasin Al-Fadani. Sangat istimewa kitab tersebut, Karena kitab itu kitab yang diberikan Syaikh Yasin kepada Mbah Moen, dan diberikan lagi kepada Kyai Habib.
Di dalam kitab yang diijazahkan tersebut tertulis, “Sunnguh saya (Mbah Moen) meng-ijazahkan ammah, dengan ijazah umum, sanad-sanad yang terkandung dalam kitab ini -yang berasal dari kitab-kitab kreditabel, dari penyusun nya Syaikh Muhammad Yasin ‘Isa- kepada saudara fillah Kyai Habib Ahmad Jombang.” Bertanggal 27 Muharram 1427 H.
Alhamdulillah bi nikmatillah, Al-Faqir penulis mendapatkan ijazah kitab tersebut dari romo Kyai Habib pada 27 Januari 2019, bertepatan dengan hari wafatnya guru kami, Al Marhum wal Magfur lah Dr. KH. Johari Sidroh. Beliau memberikan izin kepada kami untuk mengcopy kitabnya dan memberikan tanda tangannya. Tanda tangan tersebut adalah sebagai tanda bukti Ijazah yang sah.
Hubungan rohani dua tokoh besar ini berlanjut di saat Mbah Moen silaturahim ke kediaman Kyai Habib di Perak. Saling mengunjungi, saling silaturahim itu teladan yang dicontohkan Rasulullah yang dilanjutkan oleh ahli warisnya. Dengan adanya silaturahim, hubungan kekeluargaan, pertemanan, dan hubungan antar guru dan murid akan langgeng dan terjaga.
No responses yet