KH. Maksum Abdullah Mas’ud merupakan tokoh ulama yang berasal dari keluarga sederhana. Lahir di desa Kalijirek, kecamatan Kebumen, kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 14 Jumadil Awwal 1353 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 25 Agustus 1934 M. Beliau lahir dalam keadaan yatim dikarenakan ayahanda beliau tercinta telah menghadap kepada yang Maha Kuasa ketika beliau berada di dalam kandungan.

Saat usia beliau menginjak remaja, atas arahan dari ibunda, beliau akhirnya memutuskan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren Semelangun kebumen, yang kemudian di lanjutkan ke Pondok Pesantren Al-Munawwir KrapyakSetelah kyai maksum memasuki usia remaja beliau diminta untuk menjadi santri sekaligus guru di Pondok Tremas yang terbilang pimpinan saat itu masih teman dekat beliau yakni KH. Habib Dimyati, yang memimpin pesantren Tremas Pacitan tahun 1952.

Pada saat itu, Tremas merupakan pesantren yang cukup popular disebabkan sebagian besar ahli bait (keluarga) pesantren Tremas tergolong sangat ‘alim, sehingga keberadaan Tremas saat itu sebagai gudangnya ilmu agama sangat diperhitungkan. Bukti kealiman mereka terukir dalam sejarah, dengan munculnya nama Syaikh Mahfuzh at-Tarmasi (wafat di Makkah 1918 M) di dunia islam yang menjadi ulama besar berkaliber internasional di Tanah Haram, penulis produktif dan guru besar di bidang hadis Shahih Bukhari serta diberi hak untuk mengajar di Masjidil Haram. 

Menurut saksi mata, sebagaimana yang dituturkan oleh Mbah Qomari, bahwa beliau KH Maksum Abdullah Mas’ud merupakan pribadi yang rajin, setiap harinya tidak pernah lepas dari kitab-kitab. Semangat belajarnya hebat melampaui usianya yang sangat muda dan melintasi batas-batas yang ditetapkan pesantren. beliau sering tidak tidur sampai larut malam, sehingga tidak aneh jika kamarnya terlihat tidak rapi, karena di sana-sini banyak kitab-kitabnya berserakan dalam keadaan terbuka. Julukan “Kamus Berjalan” untuk KH. Maksum Abdullah menunjukkan penguasaannya di bidang bahasa Arab beserta cabang -cabangnya. 

Sekitar tahun 1960an setelah menyelesaikan pendidikan dan pengabdian di Tremas, akhirnya beliau memutuskan untuk merantau yang pada akhirnya memutuskan untuk merantau ke desa Manunggal Makmur. 
Di desa Manunggal Makmur inilah yang kemudian pada akhirnya bersama masyarakat membangun sebuah madrasah yang saat ini di kenal dengan Pondok Pesantren Al-Ishlah. Yang kemudian dari Pondok Pesantren inilah, kelak menjadi cikal bakal berdirinya pondok-pondok pesantren di Tanjung Jabung Timur. 

Beliau memiliki tiga orang putra dan tiga orang yang selanjutnya kelak melanjutkan perjuangan beliau dalam bidang pendidikan khususnya, yaitu: 1. Amanah Hanifiyah2. Haizah Munawwarah3. KH. Ahmad Muzani Maksum(Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah)4. Naili Inayatillah5. KH. Ahmad Hizbulloh Maksum(Pimpinan Pondok Pesantren Barakatul Ishlah)6. KH. Muhammad Syukron Maksum(Pimpinan Pondok Pesantren JariNabi)

Semoga kita bisa dikumpulkan bersama beliau dan biografi beliau bisa menjadi motivasi bagi kita untuk semakin giat mendalami ilmu agama, Aamien Allahumma Aamien. 
Wallahu a’lamAhad, 12 September 2021

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *