Umurnya terpaut satu tahun dengan saya, beliau kelahiran 1975 dan saya kelahiran 1976, Alhamdulillah saya bertemu kembali hari ini, kita memang sering bertemu jika ada acara perdamaian antara pelaku dan korban, syahdu memang, saya sering menitikkan air mata jika dia bercerita tentang istrinya yang jadi korban, walau saya bukan pelaku utama, tetapi pelaku nya masih satu jaringan dengan kami.
Buat kalian yang tidak percaya adanya aksi Terorisme, maka lihatlah kami berdua, bahwa pelaku dan korban itu nyata, kami di hukum dan korban menderita, jangan katakan lagi ini Konspirasi, berempati lah kalian kepada korban, bahwa aksi Terorisme itu fakta, saya akan share kisah tentang bang Iwan Setiawan yang pernah di muat oleh tribun news, saksikan kisahnya sbb
Iwan Setiawan (29) dan istrinya, Halila (23) adalah suami istri yang menjadi korban bom di Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta Selatan. Iwan harus kehilangan mata sebelah kanan dan kehilangan istrinya karena luka yang yang tidak dapat disembuhkan akibat ledakan bom.
Kisah berawal ketika Halila, istri Iwan sedang hamil delapan bulan. Pada tanggal 9 September 2004, Keduanya saat itu berencana untuk mengunjungi bidan untuk melakukan pemeriksaan kandungan. Dengan menggunakan motor bebek, Iwan mengantar istrinya menuju tempat bidan tersebut.
Sebelumnya, Halila sudah mendapat firasat bahwa sepertinya ada yang ganjal pada hari itu. Pertama ia ragu-ragu untuk berangkat menuju bidan. Kedua dalam perjalanan, jalan Rasuna Said terlihat lengang pada hari itu. “Tumben ya pa jalanan hari ini lengang sekali. Tidak seperti biasanya,” ujar Halila kepada suaminya.
Firasat itupun berbuah kenyataan. Tiba-tiba mobil pick-up berwarna putih meledak persis di depan Kedubes Australia pada pukul 10.30 WIB persis di dekat Iwan dan Halila. “Astagfirullah, mama..mama tidak apa-apa?” Ujar Iwan seraya merangkak mencari Halilah yang tergeletak di jalan dalam asap hitam pekat. Halilah sadar dan melihat mata sebelah kanan Iwan penuh darah.
Dengan sisa tenaga yang mereka miliki. Keduanya bangkit dan mencoba mencari rumah sakit terdekat. “Kita kerumah sakit MMC saja ya ma. Karena paling dekat dari sini,” ujar Iwan sambil mendirikan motornya yang terpelanting jauh. Karena Iwan tidak dapat menahan luka di matanya, Halila memohon kepada orang sekitar yang melihat tragedi bom itu untuk mengantar Iwan ke rumah sakit. “Tolonglah pak suami saya luka berat. Saya mohon antar dia ke rumah sakit,” pinta Halila. Dengan berjalan kaki, Halila akhirnya sampai di rumah sakit MMC.
Singkat cerita, Iwan harus kehilangan mata sebelah kanannya, sementara itu anak yang dikandung Halila dapat diselamatkan. Namun luka dalam akibat ledakan bom yang menimpanya tidak dapat disembuhkan.
Halila akhirnya meninggal di RS MH Thamrin tanggal 14 April 2007 dan dimakamkan di TPU Casablanca, Kuningan Jakarta. Kisah ini merupakan kejadian nyata untuk memperingati tragedi bom 11 September dan dibukukan dalam komik anti-terorisme dengan judul “Kutemukan Makna Jihad” dengan harga Rp 35.000.
Lahirnya buku ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan dalam diri masyarakat dan juga memberikan gambaran bahwa sikap radikalis dan aksi teror bom merugikan warga sipil, negara dan juga umat Muslim itu sendiri.
———
Foto saya bersama bang Iwan Setiawan korban bom Australia
Sumber Tribunnews dengan sedikit perubahan
No responses yet