Masih ingat buku Faridhah Ghoibah (Kewajiban yang Hilang) ? Buku yang di tulis oleh Abdul Salam Faraj, salah satu guru dan murabbi Letnan Khalid Al-Islambuli, buku Faridhah Ghoibah menginspirasi sang Letnan Khalid Al-Islambuli untuk membunuh presiden Anwar Sadat presiden Mesir, Anwar di anggap berkhianat kepada bangsa Arab karena berdamai dengan Israel, dari kisah Khalid ini membuat saya terinspirasi untuk keluar dari kepolisian dengan mencuri beberapa pucuk di gudang senjata, ya dulu Khalid Al-Islambuli menginsipirasi saya.

Tahukah antum semua, Khalid Al-Islambuli adalah anggota Jamaah islamiyah Mesir, yang mengeluarkan sebuah buku dengan judul Qaulul Qati’, buku ini pernah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh penerbit Al-Alaq Solo di era 90 a dan 2000an dengan Judul Menolak Syariat.

Kitab Qaulul Qati’ kelak menjadi kitab rujukan bagi jamaah Jihad modern diseluruh dunia akan legalitas perang melawan rezim yang di anggap murtad dan belum seratus persen menegakan syariat Islam seperti Mesir, Indonesia, Libya dan semisalnya.

Pendekatan fiqh Jamaah Islamiyah Mesir menjadi rule model Al Qa3da kedepan bahwa memerangi rezim murtad bukan berarrti mengakfirkan mereka secara ta’yin. Mereka mengqiyaskan bahwa kondisi rezim murtad itu hampir sama dengan kondisi bangsa Tartar menggunakan Elyasiq yang isinya gado-gado, lalu dalil memerangi karena Maniuz Zakat (Enggar membayar zakat)

Berbeda dengan koleganya jamaah Jihad Mesir yang membantah Qaulul Qati’  melalui kitab Al-Jami thalabul Ilmis Syarief dalam bab Iman dan Kufr, yang di karang oleh amirnya sendiri yaitu Abdul Qadir bin Abdul Aziz bahwa jamaah Jihad justru mengkafirkan tentara dan polisi secara Ta’yin (individu ).

Prahara ini yang menyebabkan jamaah Islamiyah Mesir dan Jamaah Jihad Mesir tidak jadi bersatu dengan alasan beda manhaj dan ideologi.

Ternyata Maroji’ Qaulul Qati’ milik jamaah Islamiyah mesir memang banyak mengambil dari majmu Fatawa ibnu Taimiyah dan Ad-Durar As-Saniyah Syaikh Qasim An-Najdi, bahwa memerangi reIm murtad sama dengan memerangi ahlu riddah yang enggan membayar zakat, atau memerangi ahlu Baghy, dengan kata-kata yang khas nya 

لو رأيتموني في صفهم وعلى رأسي المصحف فاقتلوني

“Jika kalian melihat saya dalam barisan mereka dan di atas kepala saya ada Al Qur’an maka bunuhlah saya.”

Qaul di atas menjadi sangat populer dan di hafal oleh kalangan jihadis modern akan bolehnya memerangi rezim yang di anggap Murtad. tetapi qaul tersebut sebetulnya lahir dari syubhat dari para ulama dan kaum muslimin yang ragu memerangi Rezim Tartar di karenakan banyak yang beragama Islam.

Di dalam kitab Ad-Durar As-Saniyah juz 9 di halaman 9, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berargumen sbb (lihat tanda biru) : 

قاتل من قاتله، ليس لكونهم بغاة، و إنما  قاتلهم علي ترك الشرك و إزالة  المنكرات، و علي اقام الصلاة  وايتاء الزكاة، و الذين قاتلهم الصديق والصحابة لاجل منيع الزكاة، ولم يفرقوا بينهم  وبين المرتدين في القتل و اخذ المال.

“Memerangi orang-orang yang memeranginya, bukan karena mereka bughat, tetapi mereka memerangi karena (agar) meninggalkan  kesyirikan dan menghilangkan kemungkaran dan untuk mendirikan shalat dan membayar zakat, dan sebagaimana Abu Bakar As-Sidiq dan para sahabat memerangi oleh sebab enggan membayar zakat, dan memerangi mereka tidak membedakan antara mereka yang murtad dan memungut uang (zakat).

Lihat tanda hijau, mereka di sebut sebagai Thoifah Mumtaniah (kelompok yang enggan) menjalankan syiar dari syi’ar2 Islam lainnya, kelak dari beberapa jamaah Jihad yang saya sebutkan di atas menjadi inspirasi bagi kelompok ALQA3DA dan IS15, satu  memerangi karena sebab “Thoifah Mumtaniah an Iltizam Syariat” , sedangkan 15IS memerangi karena “Man Lam Yukaffir musyrikin Aw Syakka Fie Kufrihi Fahuwa Kafir”  tidak mengkafirkan orang-orang Syirik maka dia kafir..

Lebih jelasnya, saksikan di YouTube kami SofyanTsauri channel, promosi dulu.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *