Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati: Buah yang Matang dalam Membangun apa yang Berhubungan Dengan Bid’ah
Berikuti ini adalah kitab yang berjudul Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati: merupakan karya ulama Sunda yaitu Kiayi Haji Raden Hasan Basri Bin Kiai Haji Raden Abdullah (Jawa Barat) asal Cicurug Kabupaten Sukabumi.
Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati, ini adalah sebuah kitab yang menjelaskan mengenai persoalan lima padangan bid’ah menurut Kiayi Haji Raden Hasan Basri yang ditulis dengan dengan menggunakan bahas Arab. Perihal mengenai kitab ini saya dapatkan dari Kiayi Haji Abdul Rajak selaku alumni Pondok Pesantren al-Hasaniyyah, mengenai kitab ini didapatkan ada sebeberapa tulisan yang hilang akibat dari lembaran kitab yang sudah lapuk, akan tetapi mengenai tulisan di dalam kitab tersebut walaupun sudah lapuk kretasnya akan tetapi tulisannya masih sangat bisa di baca dan sangat jelas. Kitab tersebut merupakan kitab hasil tulisan ulang oleh Kiayi Haji Raden Muhsin Baidhowi, karena di cover depan terdapat ada tulisan perihal tersebut, adapun tulisannya sebagai berikut.
موكى- موكى الله سبحانه وتعالى عدا مل كنا اى رسا له سع جدى وسيلة دى همفونتن كا لوفوتن ننا سرع وسيله كنا درحمة نا انو عدامل اي رسلة
حقوق الطبع مخفوظة لورثة المؤلف حاج محسن بيضاوى بن محمد بصرى ججروك
Semoga Allah SWT memaafkan kesalahan serta memberikan rahmat bagi orang yang telah membuat risalah ini, dan hak cipta ini dimiliki oleh ahli waris penulis Haji Muhsin Baidhowi bin Muhammad Hasan Basri Cicurug.
Dalam kitab ini di halaman pertama dimulai dengan permulaan Bismillah dan dilanjutkan denga pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi beserta keluarga, sahabat, dan dilanjut dengan perkataan beliau.
(وسميتها) اكام الثمار اليانعة فى تهديب ما يتعلق
Dan kitab ini dinamakan, Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati (Buah yang matang dalam membangun apa yang berhubungan dengan bid’ah).
Tentunya mengulas kembali mengenai masalah bid’ah tentunya sangat perlu dilakukan, karena pada saat ini banyak sekali orang saling lontar atau hujat menghujat satu sama lain itu kepada sesama muslim, maka tentunya kehadiran kitab Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati, perlu untuk di bahas, supaya nanti kemudian hari tidak saling menghujat dan tidak saling menyalahkan satu sama lainnya.
Mengenai perihal mengenai Bid’ah itu sendiri tentunya bukan hal yang baru, karena ini sudah ada sejak lama, maka Kiayi Haji Raden Hasan Basri Bin Kiayi Haji Raden Abdullah memberikan metodologi atau cara menyikapi mengenai hukum Bid’ah dengan sangat menarik adapun mengenai perihal contoh-contohnya sama sekali tidak membuat orang menjadi berpikir dua kali (tidak berat atau tidak sulit), karena saking mudahnya untuk di pahami. Akan tetapi disini saya hanya bisa mengurai mengenai beberapa konsep Kiayi Haji Raden Hasan Basri diantaranya mengenai perihal metodologi atau cara lima pandangan hukum mengenai masalah Bid’ah yang terdapat dalam kitab Akami Astsimari Al-Yaningatu Fi Tahdibi Ma Yata’alaku Bi Al-Bida’ati.
Pertama Bid’ah yang bersifat Wajib, yaitu mengenai perihal mempelaajari ilmu-ilmu Arab (bahasa Arab) seperti ilmu Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan dan ilmu lainnnya yang menjadi sandaran untuk memahami al-Qur’an.
فالاشتغل بالعلوم العربية كالنحو والصرف والمعا نى والبيان المتوقف عليها فهم الكتاب والسنة هو من البدع الوجبة
Terlibat dalam mempelajari ilmu-ilmu arab diantaranya seperti ilmu Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan dan ilmu lainnnya yang menjadi sandaran untuk memahami al-Qur’an, itu termasuk Bida’h yang bersifat Wajib.
Kedua Bida’h Yang Bersifat Sunnah yaitu diantaranya adalah perihal dimana ditulis dan dikumpulkannya lembaran-lembaran al-Quran menjadi satu yaitu itu termasuk dalam Bida’h Sunnah. Pengumpulan al-Qura’n dilakukan oleh Abu Bakar, Umar, dan Jaed bin Sabit semoga Allah SWT meridhoa kepada semuanya,
و من صورالبدعة الحسنة الةى هي ما راءه ائمة الهدى مما يوافق الكتاب والسنة من حيث ايثا ر الاصلح والانفع والاحسن جمع القران فى مصحف كما هو واقع لابى بكر وعمر و زيدبن ثا بت رضى الله تعالى عنهم فان عمر اشار به على ابى بكر خوفا من اندراس القران بموت الصحا بة رضي الله تعلى عنهم لما كثر فيهم القتال يوم اليمامة وغيره فتوقف لكونه صورة بدعة ثم شرح الله صدره لفعله لانه ظهرله انه يرجع ال الدين وانه غير خارج عنه ومن ثم لما دعا زيد بن ثابت وامره بالجمع قال له كيف تفعل شيئا لم يفعلعه رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال و الله انه حق ولم يزل يراجعه حتى شرح الله صدره الذى شرح له صدرهما
Dan dari sebagian Bid’ah Sunnah adalah mengenai apa yang diteteapkan oleh para imam yang sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah, sehinga dengannya menjadi timbul manfaat serta kebaikan dalam hal mengumpulkan al-Qura’n, Pengumpulan Alquran dilakukan Abu Bakar ra setelah dia menerima informasi tentang banyaknya para penghafal Alquran yang meninggal dunia dalam Perang Yamamah. Atas pandangan Umar bin Khaththab, tercetuslah ide tersebut. bahwa awalnya Abu Bakar ra takut akan dosa karena melakukan hal yang tidak ada di zaman nabi. Namun, Umar terus menerus mengemukakan pandangannya hingga Abu Bakar dibukakan pintu hatinya oleh Allah SWT. Maka, dia segera memanggil Zaid ibn Tsabit. Karena itu, menurut pendapatku, hendaknya engkau memerintahkan pengumpulan Alquran, Bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah jawab Zaid. Namun, Umar tetap bersikukuh sampai kemudian Allah mencerahkan pula hati Zaid. Dia terus membujuk Zaid sampai Allah melapangkan dadanya sebagaimana dirinya dan Umar.
Adapun mengenai Bida’h yang bersifat sunah diantaranya adalah mengenai adzan pertama pada hari jumat
ومن صورة البدعة الحسنة الاذا ن الاول يوم الجمعة لعثمان رضي الله عنه قا ل البخارى قال كان النداء يوم الجمعة اوله اذا جلس الامام على ا لمنبار على عهد النبى صلى الله عليه وسلم وابى بكر و عمر رضى الله عنهما فلما كان عثمان رضى الله عنه وكثر الناس زاد النداء والثالث على الزوراء
Dan adapun dari sebagian Bid’ah yang bersifat Sunnah adalah mengenai adan awal pada hari juma’t yang telah dilakukan pada masa khaifah Usman, dan telah berkata Bukhari sesungguhnya adzan di hari Jumat pada asalnya ketika masa Nabi SAW, Abu Bakar RA dan Umar RA dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar, namun ketika masa Khalifah Ustman RA dan kaum muslimin sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga. Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura (nama pasar).
Akan tetapi dijelaskan perihal mengenai orang-orang yang membid’ahkan adzan awal dan termasuk orang-orang yang perotes, kemungkinan ini terjadi menurut saya pada masa Kiayi Haji Raden Hasan Basri, banyak orang yang mempermasalahkan mengenai hal tersebut dan pada akhirnya beliau menulis kitab yang sangat berharga ini. Adapun isi dari kitab tersebut adalah:
فان الناس وان كثرة الا ان المسجد تعددة وكثرة ايضا ومقصود هذا البعض ان لاذان الاول يوم الجمعة فى هذا الزمان لا يفعل لفقدعلته لان الحكم يدورمع علته وجودا وعدما
Mengenai adzan awal pada hari jumat sekirinya tidak dilakukan karena sudah banyak masjid yang beragam bentuknya, pada saat ini tidak perlu dilakukan karena aturannya berkisar pada penyebab ada dan tidaknya.
Menurut Kiayi Haji Raden Hasan Basri walaupun dengan hal demikian tetap saja adzan awal yang dilakukan pada hari Jumat merupakan Bida’h Sunnah, karena ini semua tidak melihat banyaknya masjid dimana-mana dan beragam bentuknya, walaupun sama sekali tidak ada ketentaunnya di masa Nabi. Sama halnya seperti mengucapkan lapal سمع الله لمن حمده, ketika berdiri setelah ruku, mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, pembacaan shalat dhur, ashar dengan suara pelan dan pembacaan shalat magrib, isya, dan subuh pembacaanya dengan suara keras. Karena pada waktu itu (Shalat Duhur, dan Shalat Ashar) orang-orang kfir sedang melakukan aktifitasnya, dan pada waktu Shalat Magrib, Isya, dan Subuh mereka semua pada waktu magrib dan isya sibuk akan makanan dan minuman, sedangkan pada waktu subuh mereka masih dalam keadaan tidur.
Bida’h hasanah diantaranya adalah memberantas pelacur, karena dengan ada niatan yang baik untuk memberantas pelacur yang bertujuan untuk supaya orang tersebut dekat dengan Allah, atau mengajak kepada orang lain dalam hal mengajak kebaikan itu juga termasuk Bida’h Hasanah.
ما تركت شيئا يقربكم الى الله الا وقد امرتكم به ولا شيئا يبعدكم عن الله الا وقد نهيتكم عنه ولا نه حسن
Saya tidak meninggalkan apa pun yang membawa kamu lebih dekat kepada Tuhan kecuali aku telah memerintahkan kamu untuk melakukannya, dan tidak ada yang akan memisahkan kamu dari Tuhan kecuali aku yang melarang Anda darinya, juga tidak baik
Bida’h Hasanah juga diantaranya adalah bersedekah, memakai pakaian yang rapih, indah dan sopan, merasa senang atau membuat orang lain senang, melakukan kebaikan kepada orang miskin setiap setahun sekali, pada hari dimana bertepatan dengan hai kelahiran Nabi Muhammad SAW.
الصدقاة و اظهر الزينة واسرور والاحسان ال الفقراء كل عام فى اليوم المواقف ليوم مولده صلى الله عليه وسلم
Bersedekah, memakai pakaian indah, rapih, sopan dan merasa bahagia atau memberikan kebahagian kepada orang lain, dan berbuat baik kepada pakir miskin setiap setahun sekali, pada hari dimana bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tiga Bid’ah yang Bersifat Mubah diantaranya adalah memperbanyak menikmati kelejatan makanan dan minuman, pakaian itu termasuk dalam Bida’ah Mubah, dan hal ini ulama berselisih paham ada yang bilang bahwasannya itu adalah makruh, da nada juga yang bilang bahwasannya itu termasuk Bida’h yang tidak baik menurut pendapat orang yang juhud dan qana’h.
(من صور البدع المباحة )التوسيع فى لذيذ الماكل والمشارب والملابس وقد تختلف العلماء فى ذلك فيجعله بعضهم مكروها وداحلا فى البدعة المدمومة على لسان الزهد والقناعة فقط
(Dari sebagian Bida’ah Mubah) memperbanyak menikmati kelejatan makanan dan minuman, pakaian itu termasuk dalam Bida’ah Mubah, dan hal ini ulama berselisih paham ada yang bilang bahwasannya itu adalah makruh, da nada juga yang bilang bahwasannya itu termasuk Bida’h yang tidak baik menurut pendapat orang yang juhud dan qana’h.
Keempat Bida’h yang Bersifat Haram, diantaranya adalah percaya kepada sesuatu barang misalnya percaya kepada batu, mereka beranggapan bahwa batu ini akan menyembuhkan dan dapat mengabulkan kebutuhan, dan meringankan kebutuhan.
(واما البدعة المحرمة ) فكمذهب سا ئر اهل البدع والا هو المخلفة لما عليه اهل السنة والجماعة و كما عم به الابتلاء من تزيين الشيطان للعامة تخليق حا ئط او عمود وتعظيم نحو عين او حجر او شجرة لرجاء شفاء او قضا ء حاجة وقبا ئجهم فى هذا ظا هرة غنية عن الايضاح والبيان
(Dan adapun yang termasuk Bida’h Haram) Dan seperti yang lazim yang telah ditetapkan mengenai Bid’ah yaitu segala sesuatu yang bertentangan dengan perkaranya mengenai Ahli Sunnah Waljama’ah, menghiasi dingding dan tembok dan dijadikan sebagai alat pemujaan seperti batu, atau pohon, dengan harapan menyembuhkan atau dapat mengabulkan kebutuhan, dengan hal tersebut dapat mendatangkan kekayaan, dan meringankan kebutuhan.
Kelima Bida’h yang Bersifat Makruh prinsip dasarnya mengenai mengambil makanan pada hari pertama, ketiga dan ke tujuh adalah Bida’h. Dan apabila ada yang meninggal dunia maka di sunatkan untuk melakukan ta’jiyah kepada orang yang ditinggalkan dengan mengucapkan bela sungkawa. Apabila kita melakukan ta’jiyah dengan alasan untuk memperoleh berkat dari keluarga yang telah ditinggalkan maka hukumnya adalah Bid’ah Makruh .
No responses yet