Di pagi-pagi buta, di media sosial, muncul khabar duka meninggalnya guru kami di kampung, K.H. Masykur Mu’in. Sungguh sedih dan berduka yg mendalam begitu kami rasakan. Beliau adalah pribadi yg tawadhu’, bersahaja, dan sangat alim. 

Kenangan kami dengan beliau, adalah ketika umur kami masih belasan tahun, tepatnya sebelum kami dimasukkan oleh orangtua kami ke Pesantren. Dari lisan beliau, kami mendengarkan bacaan beliau akan kitab Tafsir Jalalain Juz 30, Kitab Bidayatul Hidayah, kitab Kifayatul Atqiya, Kitab Fathul Muin, dan lainnya. Ini secara ilmu kitab. 

Adapun secara ruhaniyah, beliau mengajari kami wirid-wirid, dan yg paling sering dibacakan beliau adalah wirid Ratibul Haddad. Bahkan, hingga saat ini, pun telah banyak orang di kampung kami terbiasa dengan wirid Ratibul Hadad, yg secara istiqamah dipimpin langsung oleh beliau. Ciri khasnya, Majelis wirid ini menghadirkan tradisi makan bersama (makan kepungan di nampan) dengan menu sayur-mayur dan lauk ala kampung yg sederhana. Dan, orangtua kami pun sangat senang dengan tradisi ini, sehingga berusaha untuk tidak absen dari menghadiri majelis beliau ini.

Juga,  dalam tempaan ruhani, seingat kami dulu beliau pernah memberi klue dengan mengatakan; bahwa ada doa-doa bagus yg membacanya hanya di sela-sela ayat-ayat pada surah Yasin, tetapi saya tidak punya catatannya, dan hanya mendengar dari guru saja. Dan, Alhamdulillah, karena klue ini, setelah perjalanan lama thalabul ilmi akhirnya kami berjodoh dgn doa tersebut, yg sanadnya dari Sayyid Muhammad Al Maliki. 

Selain wirid, beliau juga pernah mengajak kami berziarah ke orang-orang shalih. Diantaranya, dulu beliau membawa kami bertemu Mbah Hasan Mangli Magelang, untuk memperoleh barokah nasehat agama, ilmu kehidupan, dan doa. Di sini, beliau mengajarkan arti hidup riyadhah bagi penuntut ilmu agama dan ta’dzim guru.

Terakhir ketemu beliau, adalah saat momen pernikahan sepupu kami. Ya, sebelum pandemi covid 19 tentunya. Saat itu, beliau bertanya kepada kami, “sekarang tugas di mana?”. Kami menjawab, “Kami khidmah sebagai Dosen Tetap di UIN Sulthan Maulana Hasanudin Banten dan Pengajar Hadis di Pesantren.” “Sudah lama saya tidak ke Banten lagi, saya ingin sekali ke sana”, demikian respon beliau.

Ternyata, Beliau ini adalah murid almaghfurlah Abuya Dimyati Cidahu, Waliyullah yg sangat diagungkan di Banten dan lainnya. Kepada para santrinya, Abuya sering mengatakan; “Thariqah aing mah ngaji” (Thariqah saya ya ngaji). 

Dalam dunia spiritual Islam, thariqah adalah jalan spiritual yg secara istiqamah dilalui dalam rangka mendaki derajat Taqwa dan meraih kesempurnaan Ridha Allah ta’ala. Adapun jalan pendakian derajat Taqwa yg khusus dilalui oleh Abuya Dimyati, adalah mengaji, membaca kitab, dan cinta ilmu. Jalan ini pulalah yang hingga akhir hayatnya, guru kami ini jalani dan mengistiqamahinya. Sehingga, di banyak tempat didapati majelis ngaji kitab beliau, juga di madrasah-madrasah. Bahkan, juga di berbagai momen, beliau sering menyisipkan ilmu yang dinukilnya dari Kitab ulama. Sehingga, Banyak santri Kudus yang mempunyai kenangan mendengarkan Ilmu dari beliau.

Hal ini, mengingatkan kami pada nasehat kuno, yang mengatakan; 

الاستقامة خير من ألف كرامة

Anugrah laku istiqamah itu lebih-baik daripada seribu keramat (yg didemonstrasikan para wali).

Di antara pembicaraan kami saat itu, selanjutnya, juga adalah prihal thariqah syadziliyah yg dianut almaghfurlah Abuya Dimyati. Secara implisit, sepertinya guru kami ini beramaliyah thariqah sbgaimana gurunya, yaitu syadziliyah. Kemudian, beliau bicara tentang Abul Abbas Al-Mursyi, murid utama Pendiri Thariqah Syadziliyah, yaitu: Imam Abul Hasan As Syadzili. Pokoke, Intinya, sosok kisah kedua Imam Besar Thariqah Syadziliyah ini dapat dijumpai di Kitab Lathaiful Minan Fi Manaqib Syeikh Abil Abbas al Mursyi wa Syaikhihi Abil Hasan. Dengan demikian, saya fikir; bacaan beliau akan kitab langka ini menunjukkan bahwa beliau seorang alim yg rajin baca dan cinta ilmu. 

Sehingga, kami berkesimpulan bahwa beliau adalah orang shalih, tawadhu’ dan sangat alim. Tetapi, secara ilmu, dan ini sangat subjektif personal, kami katakan; beliau ini orang shalih yg istiqamah mengikuti gurunya Abuya Dimyati, dan keistiqamahan ini lebih agung dari keramat-keramat. 

Demikian kenangan kami yg menghiasi sedih dan duka atas wafatnya guru kami ini tadi malam, Rabu Malam, 2 Juni 2021, dan dikebumikan tadi, yaitu:  Kamis 3 Juni 2021. 

Dengan turut berduka, dan tulus kami berdoa untuk beliau….

إنا لله وإنا إليه راجعون.. 

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واكرم نزله ووسع مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس وابدله دارا خيرا من داره وأهلا خيرا من اهله وقه فتنة القبر وعذاب النار واجعل الجنة مثواه والحقه بالصالحين من الأنبياء والمرسلين  والشهداء والاولياء والعلماء العاملين المخلصين، آمين يا الله يا رب العالمين.

 الفاتحة ……

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *