Seperti tulisan sebelumnya, kita jangan sampai mencintai orang yg salah. Usahakan mencintai orang yang layak dicintai dengan standar ilmu, komitmen dan integritas yang baik menurut Gusti Allah dan Rosul-Nya. Dengan begitu, kita otomatis akan terobsesi dengan berbagai jenis kebaikan dan akhlaq yang baik. Lalu berusaha meniru para orang-orang baik tersebut.
Karena itulah di surat Al Faatihah, kita disuruh memohon diberi petunjuk seperti orang yang diberi nikmat hidayah.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ¤ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Kami memohon petujuk jalan yang lurus kepada-Mu, Ya Allah. Yaitu jalannya mereka yang telah Engkau beri kenikmatan kepada mereka, bukan jalan orang yang Engkau murkai dan orang yang tersesat”
Yaitu ikut orang sholeh. Artinya kita disuruh meneladani jalan para orang sholeh. Untuk bisa meneladani, maka butuh cinta pada orang sholeh.
Ketika kita berusaha meniru dan meneladani kebaikan orang2 baik, ilmu kita akan bertambah. Lama2 kita akan sadari bahwa semua kebaikan hamba Gusti Allah itu terkumpul pada diri Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sehingga, lantaran mencintai orang sholeh, cinta kita pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW pun jadi makin kuat. Saat cinta kita pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu menguat, cinta kita pada Gusti Allah sebagai Tuhan yang memilih beliau menjadi utusan pun makin kuat.
Jadi, menurut Imam Ghozali, kunci agar bisa mencintai Gusti Allah secara cepat itu lewat jalur mencintai orang-orang sholeh. Karena pertama, dengan mencintai orang sholeh, otomatis kita akan ikut mencintai yang dicintai orang sholeh tersebut, yaitu Gusti Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Makanya, kita jangan sampai salah pilih panutan.
Kedua, dengan mencintai orang sholeh dan Kanjeng Nabi Muhammad, kita bisa bercermin. Betapa akhlaq kita, ilmu kita, amal kita, perilaku kita itu masih jauh dibandingkan mereka. Rasa malu pun muncul. Ini termasuk akhlaq mulia. Bahkan mengetahui kekurangan diri itu nilai ibadahnya sangat tinggi karena menghilangkan kesombongan.
Gak salah para ulama itu menganjurkan kita untuk mempelajari sejarah orang sholeh, menziarahi mereka, meraup ilmu dan meneladani akhlaq mereka, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Dengan begitu, kita bisa mengoreksi diri dan meninggalkan kesombongan. Maka, ayo nyarkub untuk memperbesar mahabbah kita pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan kepada Gusti Allah.
Dan untuk makin memperbesar cinta kita pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, mumpung bulan Maulid, insya Allah kita akan selingi sesekali dengan mbahas kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Turmudzi. Mugi kita jadi punya rindu dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
No responses yet