Oleh: Achmad Ardiansyah, universitas muhammadiyah prof. Dr hamka
Isra’ Mi’raj atau yang sering disebut dengan Al-Isra wal Mi’raj merupakan peristiwa yang
melekat dengan kerisalahan Nabi Akhiruzzaman (akhir zaman) Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam dalam perjalanan sejarahnya.
Isra’ dan Mi’raj diabadikan di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 1 sebagaimana Allah
berfirman yang artinya, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Allah telah memberkahi sekelilingnya
supaya Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah sungguh Maha
Mendegar dan Maha Melihat”.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ada banyak
pandangan dan beda pendapat soal tahun persis dari Isra’ dan Mi’raj itu, tetapi poin
pentingnya adalah peristiwa ini merupakan mukjizat sekaligus tanda dari kerisahalahan Nabi
Muhammad SAW.
Isra’ yakni Nabi diperjalankan oleh Allah dari Mekkah Masjidil Haram ke Baitul Maqdis dan
Mi’raj, Allah Memir’rajkan (menaikkan) Nabi Muhammad SAW sampai ke Sidratul
Muntaha ditempat yang tertinggi dimana Rasulullah bertemu dengan Allah SWT dalam
lingkup kekuasaan Allah
Isra’ dan Mi’raj memiliki banyak dimensi dan makna bagi kita kaum muslimin yaitu yang
pertama tentu Isra’ dan Mi’raj itu menguji keimanan orang Islam. Waktu itu Abu Bakar Ash-
Shiddiq orang yang pertama kali mempercayai Nabi menjalankan Isra’ dan Mi’raj karena
bagi Kaum Quraisy peristiwa yang tidak bisa mereka pahami bahkan Nabi Muhammad
dianggap berbohong. Bagaimana mungkin dalam satu malam Nabi bisa berjalan dari Mekkah
ke Baitul Maqdis kemudian juga Mi’raj sampai ke Sidratul Muntaha. Mereka menganggap
Nabi Muhammad mengada-ada, tetapi Abu Bakar Ash-Shiddiq mempercayai sebagai bentuk
dari keimanan.
Kedua, bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah merupakan wujud dari mukjizat dan anugerah Allah
untuk Muhammad dalam mengemban risalahnya. Kita tahu ketika Isra’ dan Mi’raj saat itu
Nabi mengalami Am al-huzn (tahun kesedihan), beliau ditinggal oleh Siti Khadijah RA istri
tercinta yang begitu lama mendukung dan berada disamping Nabi, orang yang paling
dicintainya dan paling membela perjuanganya.
Nabi juga ditinggal oleh Pamannya Abu Thalib yang selalu membela bahkan disaat Nabi
terancam dan diancam jiwanya oleh Kaum Quraisy, Abu Thalib lah yang membela Nabi.
Setelah keduanya wafat Nabi merasa sedih dan itu wajar sebagai manusia. Disaat seperti
itulah Allah meng-Isra’kan Nabi dan Me-Mi’rajkan Nabi sebagai bentuk perjalanan ruhani
yang terdalam dan melampaui akal pikiran dan mungkin melampaui kebiasaan manusia.
Dengan kesabaran kesungguhan Nabi maka Isra’ dan Mi’raj merupakan tonggak bagi Nabi
untuk terus berjuang membawa risalah Islam.
Ketiga, dengan Isra’ dan Mi’raj semakin memperkokoh kebenaran risalah Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Dari Isra’ dan terutama Mi’raj Nabi membawa perintah sholat
dan lebih dari itu juga lewat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad menunjukan satu hal kepada
umat Islam. Beliau tidak cukup menikmati perjalanan ruhani untuk bertemu dengan Allah
dalam lingkup kekuasaan Allah bukan dalam nalar manusia. Yang boleh jadi mungkin dalam
spirit orang-orang yang sebutlah mereka ingin mencari hidup zuhud dan wara’ dan berada
dalam spiritualitas tassawuf dia akan cukup berhenti disitu.
Tapi Nabi tidak, Nabi kembali lagi ke bumi mengeban risalah Islam dengan segala dinamika
perjuangan dan tantanganya Nabi hadir untuk membawa peradaban dan membangun
peradaban Islam. Alhamdulillah setelah itu Nabi hijrah ke Yatsrib (Madinah) selama 13 tahun
dan total selama sekitar 23 tahun akhirnya terbukti risalah Islam yang dibawa oleh Nabi
Akhiruzzaman membangun puncak peradaban Al-Madinah Al-Munawarah (kota peradaban
yang cerah mencerahkan) yang lahir dari Islam.
Dari sinilah maka ketika kita memperingati Isra’ dan Mi’raj kita tidak cukup hanya
mengenang sejarah Isra’ dan Mi’raj itu tetapi jadikan sebagai spirit ruhani untuk kita seluruh
umat Islam mewujudkan Islam sebagai risalah akhir zaman yang membangun peradaban.
“Semoga momen Isra Miraj dapat semakin memperkuat amalan ibadah kita. Jadikan makna
atas peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Bukan sekedar mengucapkan selamat
memperingati Isra Mi’raj Rasulullah SAW. Namun maknai sebagai motivasi diri sendiri
untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.”
No responses yet