Di jaman dahulu kala kecanggihan telekomunikasi dan medsos belum menyeruak ramai seperti sekarang ini, dibutuhkan waktu panjang untuk mengetahui benar tidaknya sebuah informasi. Kebanyakan orang mudah percaya dengan satu informasi yang diterimanya. Kini, saat berita bertebaran dan bercampur aduk antara yang valid dan yang tidak valid, antara yang fakta dan yang hoax, orang dituntut untuk curiga dan waspada lalu kroscek memverifikasi sebelum percaya. Semakin ribet, bukan?
Si jaman dahulu, seorang ayah yang ingin sekali anak lelaki semata wayangnya menikah. Sayangnya selalu saja tak bertemu dengan yang cocok. Anaknya sangat selektif dan pilih-pilih. Suatu pagi sang ayah berkata kepada anaknya bahwa beliau akan memilihkan jodoh untuknya. Anaknya berkata: “Anaknya gubernur, nak.” Anaknha menjawab: “Kalau begitu, cocok.”
Sang ayah lalu mendatangi gubernur dan menawarkan anaknya untuk menikahi puterinya. Sang gubernur berkata: “Anakmu tidak akan cocok dengan anak saya.” Sang ayah dengan percaya diri berkata: “Anak saya adalah direktur bank, Bapak gubernur.” Sang gubernur lalu menjawab: “Kalau begitu, ya cocok.”
Lalu sang ayah pergi menuju ke bank untuk bertemu dengan dewan komisaris dan direktur utama bank itu. Tujuannya adalah mengajukan lamaran pekerjaan untuk anaknya agar diangkat menjadi salah seorang direktur di bank itu. Semuanya kompak menjawab bahwa anaknya tidak cocok untuk posisi itu. Sang ayah dengan meyakinkan dan nada tinggi berkata: “Lha anakku ini calon menantu gubernut kita.” Mereka akhirnya diam dan mengangguk: “Kalau begitu, cocok.”
Sang anak menjadi direktur bank dan menjadi menantu gubernur. Mudah sekali hidup ini, bukan? Jangan dipersulit. Bagaimana dengan hidip para pembaca tulisan ini? Ingin mudah? Tanyalah resepnya pada ayah anak itu. Sayangnya kisah di atas hanyalah mimpi dari orang yang sudah putus asa dalam menjalani hidup. Salam pagi, tersenyumlah.
No responses yet