Dalam Seminar Mushaf Qur’an Al-Banjari di Aula MUI Kal-Sel, 10 November 2020, terjadi perdebatan sengit masalah Ornamen Al-Banjari. Arif Haryanto (Dosen ISI Yogya) salah satu Konsultan peletakan ornamen ke dalam Mushaf Al-Banjari menghendaki ornamennya dari kebudayaan Banjar yang filosofinya sesuai dengan makna ayat-ayat Alqur’an yang dihiasinya.
Sementara Rustam Effendy (Guru Besar FKIP ULM) menginginkan lebih spesifik ornamen yang filosofinya menggambarkan kepribadian, perjuangan dan kepakaran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sehingga sosok beliau terasa hadir dalam mushaf tersebut, termasuk beberapa hewan dan tumbuhan lokal Banjar yang beliau cantumkan di dalam kitab Sabilal Muhtadin seperti anak Wanyi, Haliling, Gondang, Bidawang, Bidara, Janar dan Jariangau. Rustam juga, mengusulkan buah lokal Banjar lainnya seperti Kasturi, Karamunting, Papaken dan lain-lain. Adapun dari perwakilan Bani Arsyadi menyurung pohon dan buah kelapa. Akbar Aji dari perwakilan Kesultanan mengajukan berbagai jenis burung khas Banjar.
Zulfaisal Putera sebagai budayawan meminta buah Nenas dan motif sasirangan seperti gigi haruan dipertimbangkan. Humaidy sebagai sejarawan dan budayawan Islam menghendaki ornamen yang ada di Masjid Tua dan Rumah Adat Banjar ditambah Rajah dan Wifik.
Demikian serunya perdebatan tersebut yang ternyata bisa menghadirkan sejumlah ornamen lokal Banjar dari berbagai sumber sehingga dibutuhkan tim tersendiri untuk menginventarisir, kemudian memilih dan memilahnya yang mana kira-kira layak diserahkan kepada tim ahli ornamen, terus terakhir diserahkan kepada divisi fatwa MUI Kal-Sel. Rencananya, ornamen akan menghiasi bagian sampul luar dan dalam, surah Al-Fatihah dan permulaan surah Al-Baqarah, setiap juz yang berjumlah 30 dari mushaf Al-Banjari. Selamat Bekerja Keras dan Penuh Pengabdian dalam Kerja Besar Penulisan Mushaf Alqur’an Al-Banjari.
No responses yet